Share

Bab 2 : Sepotong Ayam

Author: Embusan Angin
last update Last Updated: 2023-10-10 09:04:24

Satu jam kemudian,,

"Bagaimana, kak? Apa semuanya sudah selesai? Ini sudah se-jam, lho," tanya Dinda yang tiba-tiba saja, sudah berada di dapur.

Dengan sedikit terkejut, Mayang menjawab pertanyaan dari adiknya itu. Meski, keringat sudah membasahi sebagian baju yang dia pakai.

"Su-sudah, Din. Yang tinggal, cuma sayur asemnya saja lagi. Dan mungkin, sebentar lagi sudah matang," tutur Mayang, yang sedikit ngos-ngosan kepada Dinda, karena lelah.

Karena waktu yang diberikan adiknya itu, sungguh sangatlah sedikit. Tetapi, mengingat tentang, Fikry. Mayang, harus bisa membagi dan menggunakan waktu yang setengah jam itu, dengan sebaik-baiknya. Alhasil, sekarang masakannya 99% masak.

"Bagus! Ini yang aku suka dari kakak. Karena semua pekerjaan selalu terselesaikan dengan sangat baik. Kakak, adalah tipe orang yang sangat bisa diandalkan. Dan juga, tipe orang yang tepat waktu. Mantap! Tak salah dan sia-sia, aku memungut kakak untuk tinggal di sini. Seenggaknya, aku tidak susah payah mencari pembantu dan mengeluarkan uang banyak untuk menggajinya,"tutur Dinda dengan sinis.

"Hhmm, lagian gak rugi-rugi amat, untuk membiarkan kakak dan anak kakak itu tetap tinggal di rumah ini," ucap Dinda dengan tersenyum sumbang ke arah Mayang.

Mendengar ucapan Dinda, Mayang cuma bisa menelan salivanya dengan sedikit kasar. Agar air matanya tidak menetes lagi.

Mayang sudah bertekat dan berjanji, kepada dirinya sendiri, untuk tidak menangisi atas sikap dan kelakuan adiknya itu. Dan, Mayang, tidak mau mengeluarkan air mata, hanya untuk meratapi nasibnya sendiri. Dia ingin bangkit dan tetap sabar untuk masa depan dan kehidupan Fikry, anaknya sendiri.

Dengan sedikit tenang, Mayang pun menjawab perkataan Dinda.

"Iya, Din. Kakak akan usahakan, untuk mendengar dan melakukan semua perkataan kalian. Karena kakak sangat membutuhkan tempat tinggal untuk, Fikry," Ucap Mayang datar.

"Baguslah kalau begitu. Jadi, kakak sudah faham, apa fungsi dan kegunaan kakak di sini, bukan? Dan, aku, tidak mau lagi, mendengar alasan-alasan yang tak masuk akal dari kakak. Mengerti!" Ucap Dinda pongah.

"Kakak, mengerti. Dan, sangat mengerti adikku!" Balas Mayang datar, dengan memegang erat kain yang ada ditangannya.

"Bagus!" Celetuk Dinda dengan sangat cuek.

Dia tidak memperdulikan perasaan kakaknya itu. Baginya sekarang, Mayang hanya seperti orang luar, yang tidak perlu dikasihani. Semua rasa itu, sudah habis terbuang, semenjak dia tahu semuanya.

☘️☘️☘️

" Oh, ya kak, apa kakak sudah meletakkan dan merapikan semua masakannya di atas meja makan? soalnya sebentar lagi Bang Arman, suamiku tercinta, a-dik i-pa-r kakak yang tampan itu, akan segera pulang. Jadi, aku tidak mau membuatnya menunggu lama, karena makanan yang belum selesai," sinis Dinda dengan intonasi menjeda.

"Iya, Din. Kakak ngerti," ucap Mayang yang menjawab pertanyaan adiknya, sambil meletakkan dan merapikan sayur asem yang baru matang ke meja makan.

"Oh, ya. Mana anak kakak yang tampan itu? Tumben, tidak kelihatan. Biasanya, akan terdengar bunyi 'Tak Tik Tok' kalau dia nongol," cela Dinda, yang mengejek keponakannya itu.

"Hhmm, Fikry mungkin ketiduran, Din. Dia mungkin lelah habis menangis tadi," ucap Mayang menunduk, dengan memainkan kain lap yang ada di tangannya itu.

"Emang kenapa lagi, anak manja kakak itu menangis? Bikin ribet saja!" Sentak Dinda sambil mengerutu.

"Kan sudah, aku bilang. Mendingan, kakak masukkan saja, dia ke panti asuhan. Atau, kakak buang saja, dia ke jalanan sana. Biar tidak menyusahkan lagi hidupnya. Seenggaknya, kalau gak ada dia, kerjaan kakak tidak akan lelet dan berantakan. Dan, lebih penting lagi, pengeluaran aku jadi berkurang lah." Ucap Dinda lagi, yang lagi-lagi tidak memikirkan perasaan Mayang.

"Astagfirullah, Dinda! Istigfar kalau kamu ngomong! Fikry itu anak kakak! Darah daging kakak! dan keponakan kamu juga! Jangan pernah lagi kamu ngomong seperti itu, terhadap anak, kakak. Kakak bertahan di sini, itu juga mengingat Fikry! Kalau tidak, mungkin sudah lama, kakak pergi dari sini!" Sentak Mayang, dengan sangat emosi. Karena, anaknya direndahkan dan disepelekan seperti itu.

Dengan masih menahan emosi karena kesal dengan adiknya itu, Mayang berkata lagi,

"Lagian, Fikry di sini. Juga tidak menyusahkan siapa-siapa, terutama kamu! Kakak sangat bersyukur memiliki Fikry. Kakak ikhlas menjaga dan mengasuhnya. Seperti kakak, yang mengasuh dirimu dulu!" Sentak Mayang lagi, dengan menatap mata Dinda. Dan, Mayang juga mengingatkan kembali kepada Dinda. Kalau dia lah yang selama ini, mengasuh dan menjaga dirinya.

Tetapi, mungkin karena watak dan sikap angkuh dari Dinda sendiri. Sehingga, menganggap ucapan kakaknya itu, seperti angin lalu saja. Dan, malahan dengan sengaja menyepelekan semua ucapan kakaknya itu.

"Uuhh takutttt," cela Dinda, yang memasang exspresi pura-pura takut.

"Serius amat, sih, kak. Jangan marah-marah kenapa,sih. Jelek tahu, kalau kakak seperti itu. Udah jelek, nanti makin jelek lho. Emang ada, uang untuk perawatan?" Ejek Dinda kepada Mayang.

"Kakak bilang, apa tadi? Tidak menyusahkan aku? Begitu! Hei, dengar ya, kakakku sayang. Terus yang ngasih makan kalian itu siapa?! Yang biayain kalian itu siapa?! Terus, yang membayar operasi anak kakak itu, siapa? Hhmm. Siapa kak?!" Tanya Dinda, yang menghardik kakaknya, Mayang.

"Aku! Aku kan! DIN-DA MA-HA-RA-NI! Ingat itu!" Bentak Dinda, yang menyombongkan dirinya di hadapan Mayang.

"Kalau bukan aku, yang bayarin operasi Fikry saat itu, mungkin dia sudah Ma-ti kale kak, nyusul bapaknya." Sindir Dinda, kepada Mayang.

"Dan, satu lagi. Aku tau kok, kalau kakak yang menjaga dan mengasuh aku sejak dulu. Maka dari itu, aku sangat berterima kasih banyak-banyak kepada kakak. Yang sudah rela menjaga aku," ucap Dinda yang menangkupkan kedua telapak tangannya, di dada, lalu baru berucap lagi,

"Tapi'kan itu emang tanggung jawab kamu sebagai seorang kakak. Dan juga, janji kakak kepada ibu. Kalau kakak, akan menjaga aku dengan sangat baik. Ingatkan!" Sentak Dinda. "Atau selama ini, kakak tidak ikhlas ya, untuk jaga aku? Hhmm," ucap Dinda yang berpura-pura sedih, agar Mayang merasa bersalah.

"Bukan begitu, Dinda. Kakak ikhlas, dan sangat ikhlas menjaga kamu, karena kamu satu-satunya saudara, kakak. Jangan pernah kamu ngomong seperti itu sama kakak. Apapun, yang kakak lakukan dahulu, itu semata-mata hanya untuk kamu, Dinda," ucap Mayang sedih, mendengar ucapan dari adiknya itu, yang meragukan atas ketulusannya selama ini.

"Kalau begitu, OK, baiklah. Aku jadi capek, kalau mengingat tentang yang dulu. Lebih baik aku mandi saja, karena, sebentar lagi suamiku akan pulang. Aku tidak mau, dia sampai melihat, kalau istrinya yang cantik ini, masih seperti ba bu," sindir Dinda, dengan tersenyum sinis

"Lagian, Makanan sudah beres kan, kak. Ya sudah, aku beranjak dulu, ya. Dadah, kakakku sayang," ucap Dinda yang melambaikan tangannya ke arah kakaknya itu, yang hendak mau berlalu.

"Hhmm, tunggu dulu, Din," ucap Mayang, dengan cepat.

"Apa, lagi?" Tanya Dinda ketus.

"Hhmm gini Din, kakak mau mi--,"

"Apa sih kak? Oh, ya aku sampai lupa. Ingat kan, kak. Kalau aku sama suami aku, kalau lagi makan, kakak dan anak kakak itu harus apa?" Ucap Dinda yang bertanya sambil mengingatkan kepada Mayang, tentang kebiasaan mereka kalau sedang makan.

"Ingat, Din. Kakak sama Fikry, tidak boleh mendekati atau berkeliaran di sekitar ruangan tempat makan," ucap Mayang yang menjawab pertanyaan adiknya itu, dengan menunduk.

"Bagus! Karena, kalau kalian terlihat, terutama melihat anak kakak si Fikry itu, bisa-bisa suamiku akan mual dan hilang nafsu makannya," ejek Dinda yang menyunggingkan senyum sinis di bibirnya.

"Iya, Din. Kakak, ngerti. Tapi, kakak mau minta sesuatu sama, kamu?" Ucap Mayang lagi.

"Apa?!"

"Hhmm, bolehkah, kakak minta sepotong ayam goreng untuk, Fikry? Tadi, sebenarnya, Fikry menangis karena meminta ayam goreng," jawab Mayang sedikit ragu.

"Tidak, boleh!" Jawab Dinda dengan cepat. "Ayam itu, untuk Bang Arman. Karena dia, sangat suka dengan ayam goreng. Kakak sama Fikry, kan bisa makan dengan tahu tempe. Lebih banyak gizinya dan lebih cocok buat kalian. Lagian jangan dibiasakan memberi makanan mewah kepada, Fikry. Nanti akan kebiasaan. Dan kakak, tidak akan mampu membelinya, " sinis Dinda, yang lagi-lagi merendahkan Mayang.

"Kakak mohon, Din! Buat sekali ini, saja! Kakak kasihan lihat, Fikry. Sudah lama dia tidak makan ayam," keluh Mayang, dengan sedih. Mengingat anaknya yang menangis dari tadi meminta sepotong ayam.

"Lihat nanti saja, kalau ada sisa!" Sinis Dinda yang berlalu pergi, dengan meninggalkan Mayang, dalam perasaan sedih.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dhesu Nurill
Terus semangat, Thor!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 72 Emosi

    Suasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 71 Karma?

    Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 70 Permainan

    Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 69 Mayang Mencoba Kabur

    "Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 68 Mayang DiCulik

    "Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 67 Salah Sangka

    Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status