Share

Bab 3 : Ancaman

Author: Embusan Angin
last update Last Updated: 2023-10-10 09:05:56

Saat Mayang lagi asik, membereskan area dapur, serta mencuci peralatan sehabis memasak tadi. Tidak lupa juga, Mayang mempel lantai di area dapur tersebut. Agar tidak kotor dan licin. Dan, pekerjaannya hari ini cepat selesai. Karena, Mayang merasa tubuhnya sudah sangat lengket oleh keringat. Yang tadi, harus tergesa-gesa untuk membersihkan rumah dan memasak untuk adik dan suaminya itu.

Karena Dinda sang adik, hanya memberikan waktu dalam waktu satu jam saja, dan semua harus selesai tepat waktu. Kalau tidak, entah apa yang terjadi. Mungkin, Mayang akan menerima kembali, amukan dari adiknya itu.

Dan, sekarang, Mayang merasa tubuh dan hatinya hari ini, benar-benar sangat lelah dan juga sangat capek. Mungkin, dengan cara mandi dan menuntaskan kewajibannya kepada sang pencipta, akan mengurangi rasa lelah dan kekecewaan yang dia rasakan kepada sang adik, akan berkurang.

Ya, Mayang hanya akan mengadukan gundah gulananya selama ini, hanya kepada sang pencipta. Dan tidak lupa pula, Mayang selalu mendoakan sang adik, agar kembali seperti dulu. Di mana, saat mereka sama-sama masih remaja dulu. Mereka selalu kompak, saling sayang dan saling mengasihi. Yang selalu tolong menolong, saat salah satu dari mereka mengalami kesusahan.

Masih jelas diingatan Mayang, saat dulu dirinya mengalami kecelakaan saat pulang bekerja, karena mengendarai motor. Saat itu, Mayang ditabrak oleh kendaraan lain, yang mengakibatkan kakinya terluka, dan salah satu jari kakinya patah.

Dan, saat itu juga, Mayang dilarikan ke rumah sakit terdekat. Dan beruntung sekali, orang yang menabrak Mayang itu mau bertanggung jawab.

Saat Dinda mendapat kabar, kalau sang kakak berada di rumah sakit, dan harus segera dioperasi. Dinda, sang adik menjadi panik dan menangis. Dengan diantar temannya, yang saat itu masih berada di kampus. Merekapun langsung menuju ke rumah sakit tersebut.

Dan sesampainya di sana. Dinda langsung memeluk Mayang dan menangis sejadi-jadinya, karena melihat kondisi sang kakak yang sudah terluka.

Dan dari mulai operasi, sampai Mayang sudah diperbolehkan pulang pun. Dinda selalu membantu dan menolong sang kakak dalam segala hal. Sekali pun, sang kakak ke kamar mandi. Dinda tidak pernah lupa dan selalu siaga menjaga sang kakak sampai dia, benar-benar sembuh.

Mengingat kejadian itu, tiba-tiba saja air mata Mayang berlinang. Dalam diam, dia menangis. Mengingat, betapa perhatiannya sang adik kepada dirinya dahulu.

Tetapi sekarang, sang adik sangat berbeda jauh. Entah apa yang terjadi, sehingga Dinda, jadi berubah sangat jahat dan sangat tidak perduli kepada dirinya dan juga anaknya, Fikry.

Saat Mayang yang sedang asik melamun memikirkan perubahan pada diri, Dinda. Tiba-tiba saja, terdengar suara sang adik, yang memanggil dirinya. Sehingga, Mayang tersadar dari lamunannya.

"Kak Mayangggggg!" Teriak Dinda.

"Ya Din! Kakak lagi di dapur. Sedang mempel lantai," jawab Mayang.

"Sini bentar, donk kak!" Teriak Dinda lagi.

"Ya, Din. Tunggu, sebentar," jawab Mayang.

Dan, Mayang pun, mau tak mau harus menuruti ucapan sang adik. Karena, dia tidak mau memperpanjang, atau pun mencari masalah. Karena tidak ada gunanya.

Dipikirannya sekarang adalah, segera menyelesaikan semua pekerjaan. Agar secepatnya, bisa mandi dan beristirahat sebelum sang anak bangun dari tidurnya.

"Ya, Din. Ada apa?" Tanya Mayang, yang saat ini, telah sampai di ruang makan. Dan dia melihat, di sana juga ada suaminya Dinda, Arman. Dan ternyata, mereka sudah selesai makan.

"Lama amat! Lelet amat sih, kak! Dari tadi dipanggilin, baru nongol," umpat Dinda sinis, setelah kedatangan kakaknya itu.

"Tu, beresin semuanya. Karena, kami sudah selesai makan. Dan juga, ada tu ayam goreng yang disisa'in sama bang Arman untuk, Fikry. Kata suami aku, kasihan lihat badan Fikry yang kurus! Kayak kurang gizi gitu," sinis Dinda dengan tersenyum mengejek.

"Baikkan suami aku," sentak Dinda yang membanggakan suaminya kepada Mayang.

Mendengar pujian dari sang istri, membuat suami dari Dinda tersebut, tersenyum sambil berkata, "Apaan sih sayang, Fikry kan juga keluarga kita. Anak dari kakak kamu." Ucap Arman tersenyum.

"Iya, sih, sayang. Tapi keluarga ke re," jawab Dinda, yang menimpali ucapan suaminya itu, dengan tetap mengejek Mayang.

Mendengar ucapan, Dinda. Mata Mayang reflek melihat ke arah, Arman. Tetapi tanpa disadari oleh Dinda. Arman malah membalas tatapan Mayang dengan memberikan kedipan di sebelah matanya, dan tersenyum manis ke arah Mayang. Yang membuat gigi Mayang menggeletup, menahan jengkel melihat tingkah suami dari adiknya itu.

☘️☘️☘️

Setelah selesai mandi, dan menyelesaikan kewajibannya kepada sang pencipta. Mayang segera mengambilkan nasi serta ayam goreng yang disisakan oleh Arman tadi untuk anaknya, Fikry. Fikry sudah dari tadi bangun dan juga sudah selesai mandi.

"Sekarang, Fikry makan, ya. Lihat ibu ada ayam goreng kesukaan Fikry," ucap Mayang tersenyum, sambil menyuapi makanan itu, ke mulut anaknya.

Meskipun, didalam hati Mayang sendiri, sedih melihat kondisi daging ayam, yang sudah ditinggalkan oleh adik iparnya itu. Yang mana, dagingnya hanya disisakan separoh saja dan satu leher ayam.

"Ye ye, makan ayam goyeng, ayam goyeng," sorak Fikry, dengan tertawa senang.

"Enak?" Tanya Mayang pada anaknya.

"Ennyak bu, laji-laji bu," ucap Fikry sambil membuka mulutnya untuk disuapi lagi.

Fikry sangat senang dan bahagia, makan hari ini. Mungkin sudah lama tidak merasakan enaknya daging ayam, sehingga sekarang, Fikry menjadi lahap makannya.

Melihat kesenangan putranya itu, membuat hati Mayang senang dan terharu. Dalam hati, Mayang berucap,

"Maafkan ibu, nak. Tidak bisa memberimu makanan yang sedikit layak dan bergizi. Ibu belum mampu membelikan kamu, ataupun menukar-nukar menu makanmu setiap hari, sayang. Seandainya, ayah kamu masih hidup, mungkin hidup kita tidak akan seperti ini. Ayah kamu tidak akan tega melihatmu hidup seperti ini, " Mayang membatin, sambil meneteskan air mata. Mengingat sang suami yang lebih dulu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Bu, becok macak ayam lagi ya, Picky cuka ayam goyeng. Picky bocan makan ikan teli cama tempe, acinnnnn racanya," celetuk Fikry, dengan menaikkan kedua bahunya sambil memperlihatkan gigi ompongnya.

Melihat dan mendengar ucapan putranya, Mayang pun menjadi sangat sedih dan sedikit lucu melihat tingkah dan polah anak semata wayangnya tersebut.

"Doain ibu ya, sayang. Agar ibu ada rezeki. Biar ibu bisa membelikanmu ayam goreng," tutur Mayang dengan tersenyum.

"Yang bancak ya, bu, ayam goyengnya," timpal putranya lagi, yang langsung di iyakan oleh, Mayang. Dan Mayang terus menyuapi Fikry, sampai makannya habis tak bersisa.

☘️☘️☘️

"Maafkan ibu, yang belum mampu untuk keluar dari rumah ini. Meskipun, ibu ingin sekali untuk pergi dari sini. Tapi ibu tidak mau melihat kamu, akan terlunta-lunta di luaran sana, kalau kita tetap pergi dari sini."

"Lagian, ibu juga belum tahu, harus pergi kemana. Ibu juga takut, kalau terjadi apa-apa dengan dirimu, sayang. Dan, ibu juga belum ada uang untuk mengganti biaya operasimu itu, nak. Kalau ibu, tetap ingin keluar dari rumah ini. Maka orang itu, akan meminta uang itu kembali," gerutu Mayang sendirian sambil menatap wajah anaknya itu.

"Dan, ibu juga takut, kalau kita pergi. Ancaman orang itu, benar-benar akan dia lakukan untuk menyiksa dan menghancurkan tantemu, Dinda!"

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 72 Emosi

    Suasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 71 Karma?

    Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 70 Permainan

    Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 69 Mayang Mencoba Kabur

    "Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 68 Mayang DiCulik

    "Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt

  • Jangan Jadikan Aku Babumu, Dik!   Bab 67 Salah Sangka

    Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status