"Tapi aku tetap cinta!" Balas Arman cepat.
Hening"Aku cinta padamu, Mayang!""Aku jatuh CINTA, pada pandangan pertama denganmu! Saat aku melihatmu, Otak dan pikiranku membeku! Di mana, hanya ada KAMU! KAMU! Dan KAMU!""Ingat! Sampai kapan pun, dan di mana pun kamu berada, aku akan tetap menjadi Bayangan Hitam buatmu! Dan, aku akan selalu mengikutimu!""Kamu, akan menyesali atas keputusanmu hari ini!""Dan, ingat! Aku akan menghancurkan, orang-orang yang ada di sekelilingmu!Sama seperti kamu, yang menghancurkan dan memporak-porandakan hati dan perasaanku saat ini!""Ingat, itu, Mayang!"Seketika, kata-kata yang terdengar olehnya beberapa tahun yang lalu, kini kembali terngiang-ngiang di pikiran dan otak Mayang. Membuat tubuhnya sedikit ambruk dan menggigil. Sehingga, laki-laki yang berdiri di hadapannya itu, tersenyum senang. Sambil menyerigai, Arman bertanya kepada Mayang,"Apa yang kamu pikirkan, kakak ipar? Apa, kamu mengingat sesuatu? Hhmm," tanya Arman dengan santainya.Mendengar suara lelaki tersebut, membuat Mayang kembali tersadar dari lamunannya. Dia sempat teringat, tentang beberapa serpihan masa lalu, sehingga membuat dada Mayang menjadi sesak.Orang yang ada di depannya sekarang, adalah seseorang yang seharusnya dia hindari. Tetapi siapa sangka takdirlah yang mempertemukan mereka kembali, di dalam sebuah pernikahan, yang menjadikan Arman adik iparnya sendiri.Dengan mengumpulkan semua keberanian, agar tidak dipandang lemah, Mayang pun berucap kepada adik iparnya itu."Apa yang kamu inginkan?!" Tanya Mayang cepat."Dirimu!" Balas Arman."Kau, gila!" Bentak Mayang."Ya! Dan aku tergila-gila padamu!" Jawab Arman dengan sorot mata yang sangat tajam. Sorot mata, yang pernah dilihat Mayang berapa tahun yang lalu. Sorot mata, yang penuh ambisi."Ingat, Arman. Ada, Dinda, istrimu! Adik, kandungku! Apa kamu tega, menyakitinya?! Dia sangat mencintaimu!" Tanya Mayang penuh emosi."Kenapa, tidak! Aku, tak mencintainya. Rasa ini tetap sama, dan itu hanya untukmu!" Balas Arman dengan tegas. " Ikutlah denganku! Hiduplah denganku! Dan, aku akan menyayangi anakmu, seperti anakku sendiri." Ucap Arman, yang mengulurkan tangannya ke hadapan Mayang.Dengan tersenyum sinis, Mayang pun membalas ucapan Arman tersebut,"Kalau kamu tak mencintai Dinda, kenapa kamu menikahinya?! Hah!" Tanya Mayang lagi, yang mendengar perkataan Arman tadi. Mayang tidak menyangka, kalau Arman bisa mengucapkan hal seperti itu."Apa aku harus memberitahukan alasannya kepadamu? Sedangkan, kamu sendiri sudah tahu, apa alasanku menikahi adikmu?!" Tanya Arman dingin."Saya tidak tahu. Dan, tak mau tahu! Dan saya, tidak peduli dengan semua ucapan, kamu itu!" Teriak Mayang yang membalas ucapan dari Arman."Benarkah?" Tanya Arman dengan tersenyum sinis."Terkadang, aku heran denganmu Mayang. Masih juga, kamu memikirkan adikmu itu. Masih juga, kamu memedulikan dirinya. Sementara, dirinya sendiri, tidak pernah peduli dan memikirkan kalian sama sekali," sentak Arman kepada kakak iparnya itu."Dinda itu, merupakan adik yang sangat durhaka, Mayang. Adik yang tidak tahu balas budi dan berterima kasih kepada kakaknya sendiri. Apa dia ingat, dengan semua pengorbanan dan perjuangan kamu selama ini?! Bukankah, dulu kamu bekerja hanya untuk, dia?! Tapi lihat sekarang, kamu malah dihina dan dicaci! Dan, lebih parahnya lagi, kamu malah dijadikan budak di rumah ini. Sungguh miris!" Sentak Arman emosi. Membuat Mayang tiba-tiba terdiam, mendengar penuturan dari Arman, suami adiknya itu.Sebenarnya, Mayang juga membenarkan ucapan adik iparnya itu, di hatinya. Tetapi, Mayang tidak memperlihatkannya. Melihat Mayang terdiam, Arman melanjutkan ucapannya itu."Dan, kamu tetap peduli terhadapnya, setelah apa yang dilakukan padamu selama ini! Ayolah Mayang, jangan terlalu bodoh, begitu" sindir Arman sambil mengejek kakak iparnya itu."Cukup, Arman! Bagaimana pun, Dinda tetap adik kandung, saya! Dan, saya, sebagai kakaknya, wajib menjaga dan melindungi dirinya, dari orang-orang yang tidak tulus dan suka memanfaatkannya selama ini." Sindir Mayang pula.Bukannya tersinggung, Arman malah tertawa mendengar ucapan Mayang."Aku tahu, kalau kamu itu, wanita yang sangat baik, Mayang. Makanya, aku sangat mencintai, kamu. Dan, aku, tidak pernah bisa melupakan dirimu di hati ini. Dan dirimu, tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun!" Ucap Arman melunak sambil menunjuk hatinya sendiri."Tapi saya, tak mencintai kamu, Arman! Dulu ataupun sekarang! Cinta itu tak pernah ada untuk kamu!" Bentak Mayang dengan cepat.Karena, Mayang tidak ingin mendengar semua isi hati Arman untuk dirinya."Cinta itu akan, ada! Kalau kamu hidup dengan aku, Mayang!" Balas Arman lagi dengan lebih tegas. Membuat Mayang, bergidik ngeri mendengarnya. "Tolong lepaskan saya, Arman. Jangan seperti ini. Biarkan saya dengan putra saya pergi. Saya ingin, hidup damai berdua dengan anak saya," Ucap Mayang, yang mulai menangis. Dia memohon kepada adik iparnya itu, dengan menangkupkan kedua tangannya di dada."Tidak akan! Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, Mayang. Ingat! Kalau sampai kamu kabur dari sini. Jangan salahkan aku, untuk menyakiti adikmu, Dinda!" Balas Arman tegas dengan sorot mata tajam dan juga dingin ke arah Mayang.Mendengar ancaman dari Arman, membuat Mayang merinding dan merasa ketakutan. Sebab, siapapun kalau melihat sorot mata seperti itu, pasti akan merasakan ngeri.Dan, tanpa mereka sadari, tiba-tiba..."Kalian sedang apa?!" Ucap seseorang yang baru saja datang.Mendengar pertanyaan seseorang yang berasal dari belakang tubuhnya, Arman. Membuat mereka berdua, sontak mengalihkan pandangan kepada orang tersebut."Eh, sayang, kenapa balik lagi?" Tanya Arman dengan tenang kepada istrinya, Dinda. Se'akan-akan tidak pernah terjadi apa-apa. Sementara Mayang, cepat-cepat menghapus air mata yang sempat terjatuh di pipinya."Iya nih, sayang. Ada dokumen penting yang ketinggalan. Makanya, aku buru-buru balik ke rumah. Terus, kalian sedang apa di sini?" Tanya Dinda dengan sorot mata tajam."Apa kalian berselingkuh?!" tiba-tiba saja kata itu keluar dari mulut Dinda."Ada-ada saja kamu sayang. Mana mungkin, aku selingkuh dari kamu. Aku mau ambil air minum, lihat ini, " jawab Arman cepat yang memperlihatkan gelas kosong di tangannya."Ouh, kirain, " sindir Dinda dengan sewot. Sedangkan Mayang buru-buru melanjutkan mencuci piringnya, se'akan-akan tidak melihat mereka berdua."Kira'in apa? Hhmm," Tanya Arman sambil mencubit hidung, Dinda. "Sudahlah. Tapi katanya, mau ambil dokumen, terus kenapa masih berdiri di sini?" Tanya Arman kepada Dinda dengan senyuman di bibirnya."Haus, sayang. Pengen minum. Soalnya, sempat berlari tadi, saat ke dalam rumah. Dan melihat kamu di sini." Balas Dinda sedikit manja."Ouh, ya sudah. Aku ke kamar dulu, mau siap-siap berangkat kerja," ucap Arman yang tersenyum ke arah istrinya itu."Hhmm," balas Dinda, dan dia langsung mengambil gelas dan air yang ada di sampingnya.Setelah minum, Dinda tidak langsung pergi. Tetapi, dia malah berdiri memperhatikan Mayang. Dan dengan muka dingin, Dinda pun berkata kepada kakaknya itu."Jangan suka cari perhatian pada suami orang! Jangan coba jadi pelakor!" Sindir Dinda cepat.Mendengar sindiran adiknya itu. Mayang dengan cepat berbalik badan, untuk melihat Dinda."Apa maksud kamu, Dinda? Siapa yang jadi pelakor?" Tanya Mayang terkejut."Hahhff, Jangan Naif atau pura-pura polos begitu!" Sentak Dinda dengan tersenyum sinis."Maksud kamu?!" Tanya Mayang tidak mengerti."Tak ada!" Balas Dinda dingin yang langsung beranjak pergi.Setelah kepergian Dinda, Mayang berbicara pada dirinya sendiri, seolah-olah dia bertanya kepada sang adik."Apa maksud dari perkataan kamu itu, Dinda? Apa kamu berpikir, kalau kakak adalah pelakor di dalam rumah tanggamu," tutur Mayang sedih.💦Siang ini, Mayang kedatangan tamu. Tamu itu, merupakan sahabat lama Mayang, yang sangat jarang bertemu sekarang, Nurma namanya. Dan Mereka berteman sudah sangat lama, semenjak dari kecil.Dan, Nurma baru tahu, kalau sahabatnya ini sudah menjadi janda. Karena suami Mayang yang bernama Devandi Narendra, sudah lama meninggal akibat kecelakaan beberapa tahun yang lalu. Ditambah lagi, melihat keadaan Fikry, anak lelakinya itu, makin bertambah kesedihan yang diderita sahabatnya itu.💔💔💔Setahun yang lalu, merupakan hari terkelam buat Mayang, sesudah suaminya meninggal dunia. Di mana, Fikry, anak lelakinya mengalami kecelakaan saat bermain di depan kontrakannya sendiri. Na'asnya, waktu itu, Fikry yang berumur 2 setengah tahun ditabrak oleh mobil. Yang mengakibatkan, salah satu kakinya harus diamputasi.Mayang selalu merutuki dirinya, atas apa yang menimpa putranya itu. Seandainya, kalau dia tidak teledor, untuk tidak lupa menutup pintu gerbang waktu itu. Mungkin Fikry tidak akan mengalami kecelakaan. Dan pastinya, masih bisa berjalan dan berlari hingga saat ini.Waktu itu, Fikry lagi asik bermain bola di dalam perkarangan kontrakan. Sedangkan Mayang sendiri, asik menyapu halaman. Tanpa sadar, kalau pintu gerbang belum terkunci. Dan, saat bola yang dimainkan Fikry, terlempar keluar dari perkarangan, dan menuju ke arah jalan raya, yang berada di depan kontrakan mereka. Dan dengan berlari, Fikry keluar dan mengambil bola itu dengan cepat. Tapi, tiba-tiba saja, dari arah depan, datang mobil dengan kecepatan tinggi. Sehingga menabrak tubuh kecil Fikry, kemudian mobil itu berlalu pergi melarikan diri, tanpa mau membantu bocah malang tersebut.Mendengar bunyi yang sangat keras, Mayang jadi kaget dan terkejut, melihat anaknya di luar gerbang yang sudah bersimbah darah."Fikryyyyyyyyyy!!!" BersambungSuasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia
Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma
Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi
"Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca
"Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt
Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu