Share

Bab 4 : Kecolongan

Tepat jam 00.00 WIB, Mayang terbangun. Dan, dia merasa sangat haus. Tetapi ternyata, Mayang malah lupa membawa segelas air ke dalam kamarnya. Sudah menjadi kebiasaan Mayang yang selalu minum, disaat dia terbangun pada malam hari.

Dan, karena kebiasaannya itu lah. Mayang selalu membawa air ke dalam kamar disaat dia akan tidur. Agar, saat akan merasakan haus begini, dia dengan mudahnya untuk minum. Tanpa harus pergi ke dapur lebih dulu. Dan mungkin, saat menidurkan Fikry tadi, Mayang malah lupa membawanya ke dalam kamar.

Dan, dengan sedikit malas, Mayang harus bangun secara berlahan dari tempat tidur. Agar, pergerakannya tidak membuat anaknya itu terganggu dari tidur nyenyaknya.

Ya, setelah Mayang menyuapi Fikry tadi, Mayangpun mengajak anaknya itu, untuk tidur lebih awal dari biasanya. Karena kerjaan yang dia lakukan seharian tadi, membuat tubuh Mayang benar-benar letih. Sehingga saat menidurkan Fikry, tanpa sadar, dia pun ikut tertidur di samping anaknya itu.

Saat menuju dapur, Mayang harus melewati ruang tamu yang sedikit gelap. Karena ruangan itu, hanya diterangi oleh lampu dari arah luar saja. Dan, karena sudah terbiasa,

Mayang pun tidak merasakan takut sama sekali.

Seperti malam ini, dan malam-malam sebelumnya, Mayang selalu merasakan kesunyian. Karena semenjak suaminya meninggal, Mayang lebih memfokuskan dirinya untuk masa depan sang anak. Tanpa ada kepikiran, untuk mencari pengganti Devandi dihatinya. Karena, cintanya sudah dia kubur bersama perginya sang suami tercinta.

Dan, menurut Mayang sendiri, malam ini seperti malam biasanya, di mana semua orang sudah tertidur lelap di peraduan mereka masing-masing. Termasuk dengan adiknya, Dinda dan suaminya Arman.

Yang, tanpa dia sadari. Saat pertama kali dia keluar dari kamarnya itu, dia sudah diperhatikan oleh seseorang dari arah gelap.

Mayang yang tidak mengetahui hal itu, dengan santainya mengambil gelas serta air, dan langsung meminumnya. Karena melihat pergerakan bibir serta tenggorokan Mayang yang naik turun, saat meminum air tersebut. Membuat seseorang yang dari tadi bersembunyi di arah kegelapan malam itu, tersenyum menyerigai.

Setelah merasa hausnya hilang, Mayang pun mengisi kembali gelas tadi untuk dibawa kedalam kamar. Agar, saat Fikry juga merasakan haus, dia tidak susah payah lagi untuk mengambilnya ke dapur.

Dan saat membalikkan badan, Mayang dibuat terkejut oleh kehadiran seseorang yang berdiri di belakangnya. Untung saja gelas yang ada ditangannya itu, tidak sampai jatuh dan pecah ke lantai.

"A-arman! Sejak kapan kamu di sini?! Dan mau apa kamu?!" Sentak Mayang yang sedikit takut, dan segera bersingsut ke belakang. Karena terkejut mendapati suami dari adiknya itu, sudah berdiri di belakangnya tadi.

Apalagi, mengingat keadaan dan suasana yang sunyi sepi seperti malam ini. Mayang jadi takut, kalau tiba-tiba saja, iparnya itu akan melakukan hal yang tidak baik kepada dirinya. Apalagi, mengingat siapa dia sebenarnya.

Sedangkan orang yang ditanya, malah tersenyum. Seperti tidak terjadi apa-apa. Dan dengan santainya, sang adik ipar menjawab pertanyaan Mayang, kakak iparnya itu.

"Oh, kakak ipar. Tidak usah takut, Santai saja. Aku tidak gigit, kok. Kakak tenang saja, aku baru kok di sini. Dan mau ambil air juga untuk minum. Haus, Nih," jawab Arman yang memperlihatkan gelas kosong ditangannya.

"Kakak ipar sendiri ngapain malam-malam di dapur sendirian? Kesepian, ya? Hhmm," kelakar Arman, yang tersenyum dan tanpa rasa malu berucap seperti itu, sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

"Tidak, kok!" Ucap Mayang cepat. "Saya, cuma ambil air minum saja!" Sentak Mayang dengan cepat dan ketus.

Mayang sangat takut dan tidak nyaman berada diposisi seperti ini. Apa lagi, melihat senyuman yang ada di bibir Arman. Bagi Mayang sendiri, senyuman Arman itu sangatlah menakutkan di matanya.

"Kalau begitu, saya permisi!" Balas Mayang, yang berlalu pergi dengan cepat dan sangat tergesa-gesa.

Melihat tingkah Mayang, Arman pun tersenyum senang. Karena, menurut Arman sendiri, sikap Mayang itu sangatlah lucu. Dan sebelum Mayang benar-benar menjauh, Arman kembali berucap,

"Tunggu dulu kakak ipar!"

Mendengar dirinya dipanggil, Mayang pun berhenti. Tetapi, dia tidak membalikkan tubuhnya untuk menghadap Arman.

"Apa?!" Jawab Mayang, dengan dingin.

"Tidak ada apa-apa, sih. Cuma mau mengingatkan. Kalau tidur, jangan lupa kunci pintu. Karena, orang bisa saja masuk disaat kamu tertidur. Dan satu lagi, saat tertidur, kamu sangatlah cantik." Celetuk Arman, dengan tersenyum lebar. Karena merasa senang, sehingga memperlihatkan giginya yang putih. Sedangkan Mayang, mendengar ucapan adik iparnya itu, membuat bola matanya membulat sempurna.

Karena mendengar ucapan dari Arman, Mayangpun langsung berjalan dengan sangat cepat, dan berlari menuju kamarnya. Melihat itu, Arman pun tersenyum senang. Karena, malam ini dia sudah menjahili Mayang sang kakak ipar.

☘️☘️☘️

Sesampainya di dalam kamar, Mayang cepat-cepat mengunci pintu. Dia sekarang sangat ketakutan setelah mendengar ucapan Arman tadi. Dan, setelah meletakkan air minum tadi di atas nakas, Mayang pun duduk di atas tempat tidur sambil memperhatikan Fikry yang terlelap.

"Apakah aku lupa, mengunci pintu kamar tadi? Dan, apakah, dia masuk ke kamar ini, saat aku dan Fikry ketiduran? Kalau benar, betapa cerobohnya, aku. Sehingga, laki-laki lain dapat melihat aku tidur." Ucap Mayang menggerutu sendiri, mengingat kecerobohan yang sudah dia lakukan.

"Ya allah, hamba mohon. Tolong dan lindungilah hamba dan anak hamba, dari orang-orang yang berniat untuk menzolimi hamba," tutur Mayang yang meminta perlindungan kepada Allah. Dan, malam ini Mayang tidak bisa tidur dengan tenang.

💦

Tepat adzan subuh, Mayang terbangun. Dia merasa baru sebentar dia tertidur, sekarang bangun lagi. Entah jam berapa Mayang bisa tertidur. Seingatnya, tadi malam dia tidak bisa tidur. Karrna dia berjaga-jaga, kalau saja pintu kamarnya, tiba-tiba dibuka oleh seseorang.

Setelah melaksanakan dua rakaat, dan sebelum memulai aktifitasnya kembali, Mayang menyempatkan dirinya sebentar, untuk melihat anak lelakinya yang masih tertidur. Dan, setelah memastikan kalau Fikry benar-benar sudah aman, Mayangpun keluar kamar dan menuju ke arah dapur untuk mulai membuat sarapan. Dia teringat ucapan Dinda kemarin, kalau adiknya itu, ingin berangkat lebih awal, dikarenakan akan berangkat keluar kota.

Sedangkan untuk sarapan, biasanya Mayang hanya membuat makanan yang ringan-ringan saja. Seperti hari ini, Mayang membuat nasi goreng dan tahu isi. Dan minumannya teh manis hangat serta segelas kopi untuk Arman, adik iparnya itu.

Biasanya kalau membuat nasi goreng, Mayang akan membuat lebih, agar dia dan anaknya bisa kebagian juga. Itupun tanpa sepengetahuan Dinda adiknya. Karena, Dinda sendiri tidak bisa mencek-nya, sebab Dinda tidak ada waktu saat pagi hari. Karena, dia harus pergi mengajar. Sedangkan Arman suaminya, bekerja di perusahaan dia sendiri.

Biasanya, Dinda yang duluan pergi mengajar, barulah setengah jam kemudian suaminya pergi untuk bekerja. Seperti saat ini, setelah sarapan, Dinda buru-buru berangkat. Katanya, ada urusan penting. Sedangkan suaminya, setelah sarapan langsung menuju kamarnya. Sementara, Mayang sendiri membersihkan meja makan dan mencuci piring kotor.

Saat asiknya mencuci piring, tiba-tiba Mayang dikejutkan oleh suara seseorang.

"Apa tidurmu nyenyak tadi malam kakak ipar?" Tanya Arman sambil tersenyum.

Mendengar suara Arman, Mayang pun berbalik. Dan menampaki, kalau dia sudah berdiri di belakang Mayang, dengan hanya berjarak semeter saja. dan tidak lupa senyuman yang selalu menghiasi di bibir Arman.

Melihat Arman, membuat Mayang benar-benar jengkel. Apalagi melihat senyuman di wajahnya, membuat Mayang sangat muak.

"Mau apa kamu di sini?!" Sentak Mayang ketus dengan menajamkan matanya kepada Arman.

"Seperti semalam, aku mau ambil minum, nih." Balas Arman yang memperlihatkan gelas di tangannya.

"Di meja sana, kan ada air! Kenapa kamu susah-susah ambil di sini?!" Tanya Mayang dengan sinis.

"Tidak apa-apa. Lagi ingin saja, ambil di sini. Sekalian lihat wajah galak, kamu. Cantik!" Kelakar Arman dengan terkekeh.

"Kamu!"

"Sudahlah. Aku cuma bercanda, kakak ipar," balas Arman. "Bagaimana semalam, apa kamu tidur dengan nyenyak?" Tanya Arman lagi, yang mengulangi kembali pertanyaannya tadi.

Mendengar pertanyaan, Arman. Membuat Mayang memasang wajah marah.

"Apa kamu semalam, masuk ke kamarku?!" Tanya Mayang tegas kepada adik iparnya itu.

Pertanyaan Mayang tidak dijawab oleh Arman. Dia cuma tersenyum memandang wajah Mayang, yang sedang marah. Baginya, wajah Mayang yang sedang marah, sangatlah lucu dan menggemaskan.

Melihat Arman yang hanya tersenyum tanpa mau menjawab, membuat Mayang makin murka dan meradang.

"Jawab Arman! Apa kamu masuk,diam-diam ke kamarku semalam?!" Bentak Mayang lagi, dengan intonasi yang sedikit tinggi.

"Menurutmu, apa aku masuk ke kamarmu?" Tanya Arman pula. Bukannya menjawab, Arman malah bertanya balik ke kakak iparnya itu. Sehingga, membuat Mayang makin meradang.

"Kamu memang brengsek, Arman!"

"Dari dulu hingga sekarang, kamu benar-benar brengsek! Aku membencimu!" Bentak Mayang, yang meluapkan semua emosinya.

"Tapi aku tetap cinta!"

Hening

"Kalian sedang apa?!"

Bersambung

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status