Share

7. Lakukan Saja

last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-22 22:09:50

**

“Ap-apa yang anda katakan? Bukankah … bukankah anda bilang kesepakatan itu sudah batal?” Clara bertanya dengan raut ketakutan sembari repot menutupi tubuhnya dengan apa yang tersisa dari bajunya. Ia terisak putus asa. Kancing baju blusnya lepas semua dan hilang entah ke mana. 

“Apa kau pikir aku membuang tujuh ratus ribu dollarku dengan cuma-cuma?” balas Daniel dingin. Pandangan matanya tampak seperti serpihan es.

Clara tidak mengerti mengapa Daniel terlihat semarah itu. Bukankah Clara yang baru saja tertimpa musibah, bukan dirinya?

Ah, benar. Siapa sih yang tidak marah jika mendadak kehilangan tujuh ratus dollar dalam sekejap mata?

“Saya minta maaf, Tuan Addams. Tapi … saya tidak meminta anda melakukan semua itu.”

“Jadi kau lebih senang menjual tubuhmu pada berandal tua yang bau itu?” Sang bos besar berujar dengan wajah dan suara tenang, namun siapapun tahu ada kemarahan yang mematikan dalam sorot mata hitamnya. Hal itu membuat Clara gentar.

“Tidak, Tuan Addams ….” Clara menunduk perlahan. “Saya tidak seperti itu. Saya … terpaksa melakukannya.”

“Maka lakukan denganku juga. Apapun masalahmu dengan bajingan tua itu, aku sudah menyelesaikannya untukmu.”

Clara kembali mengangkat wajah. Ia memandang lurus kepada sosok sempurna di hadapannya. Dan jujur saja, seketika Clara dilanda perasaan insecure. Daniel sesempurna itu, apakah ia pantas bahkan hanya menyentuhnya?

Namun seperti yang dikatakan sang tuan barusan, tujuh ratus ribu dollar bukan jumlah yang sedikit. Bahkan nilai itu sangat fantastis bagi manusia pas-pasan seperti Clara. Jika ia membayarnya kembali dengan bekerja sampai reinkarnasi ketiga pun entah bisa lunas atau tidak. Adakah cara lain?

Maka gadis manis itu tidak lagi berusaha menutupi tubuhnya yang terbuka. Ia diam, melangkahkan kaki kecilnya pelan ke arah Daniel, lalu berhenti di hadapan pria itu. Menghela napas kecil, ia berjinjit kemudian menempelkan bibirnya yang bergetar pada ujung bibir sang tuan yang mendadak kaku.

Clara melakukannya dengan hati perih. Ini terpaksa, ia berbisik dalam hati. Bagaimanapun aku harus membayar hutangku.

“Saya … harus apa, Tuan?” bisiknya lirih. Lirih, namun seperti memantik bara api dalam tubuh Daniel Addams yang sudah lama padam.

Pria itu tiba-tiba meraih tengkuk Clara yang sudah menjauh beberapa senti, lalu mencium bibirnya dengan lapar.

Panas, berantakan, dan brutal.

Clara mendorong dada bidang Daniel dengan kedua tangan karena merasa napasnya habis, bibirnya yang sebelumnya sudah luka karena ulah Markus terasa perih sekali. Namun Daniel segera mencekal kedua tangannya dan mencengkeramnya dengan erat. 

Pria itu melangkah, memaksa Clara berjalan mundur dengan bibir masih berpagutan. Sampai di tepi ranjang, Daniel melepas ciumannya kemudian menjatuhkan tubuh si gadis. Keduanya terengah-engah seperti habis berlari maraton.

“Kau harus apa?” tanya Daniel dengan suara parau. Pandangan menusuk pria itu membuat Clara bergidik tanpa sadar.

“Kupikir kau sudah tahu. Jangan membodohiku dengan pura-pura bertanya.” Teringat bandit tua yang jelek tadi sempat menindih Clara di atas ranjang seperti ini, Daniel rasanya marah sekali.

Clara sudah pasrah menerima nasib buruknya. Sebenarnya bukan nasib buruk, melainkan konsekuensi dari perbuatannya sendiri. Ia memejamkan mata sesaat, kemudian memandang Daniel yang menunduk di atas tubuhnya, bertumpu pada kedua tangan. Rambut hitam pria itu yang biasanya selalu ditata rapi, menunjukkan integritas dirinya yang tinggi, sekarang jatuh beberapa helai menutupi dahi.

Clara tidak punya celah untuk melarikan diri.

….

Daniel merasa disengat listrik dengan voltase tinggi ketika bibir Clara yang lembut menyentuh ujung bibirnya. Pria itu sudah terlatih mengendalikan ekspresi dan kontrol emosi dalam berbisnis dan menghadapi berbagai macam kolega, sehingga wajahnya bisa tetap datar dan dingin sekalipun jiwanya sedang dihantam badai.

Tapi ketika Clara berbisik dan bertanya harus apa, akal sehat Daniel seperti padam sesaat. Ia mencium bibir mungil itu seperti tidak ada lagi hari esok.

Sesaat lupa siapa dirinya dan apa posisinya, Daniel mendorong tubuh kecil itu hingga jatuh di atas ranjang.

Daniel tidak tahu mengapa, namun dadanya bergemuruh seperti ada petir di dalamnya.

“Tu-Tuan!” Clara tersengal. Gadis itu mendorong dada Daniel sekuat tenaga dengan sepasang mata terbelalak kaget.

“Jangan menatapku seolah aku adalah penjahat. Jika kau tidak mau, aku tidak memaksa. Tapi kembalikan tujuh ratus dollar itu sekarang!”

Daniel mendesis setelah mengatakan itu. Ia tidak bermaksud berkata jahat, tapi bayangan Markus yang terkekeh menjijikkan di atas tubuh Clara tadi sungguh membuat amarahnya terpantik lagi.

“Sa-saya bukan tidak mau ….” Clara tercekat. Sepasang matanya yang bening bergetar berkaca-kaca. “Tapi … bisakah anda … melakukannya dengan pelan-pelan?”

Clara seperti kelinci kecil yang berusaha bernegosiasi dengan singa lapar yang akan menelan dirinya. Melihat Daniel yang tidak membuat pergerakan dan hanya memandang dingin, gadis itu bergerak mendekat perlahan.

“Saya akan bertanggung jawab, Tuan. Saya tidak akan lari. Tapi … tolong lakukan dengan pelan. Saya … belum pernah ….”

Gadis manis itu memalingkan pandangan. Rona merah muda menjalar memenuhi pipinya yang putih. Daniel benci mengakuinya, tapi Clara sungguh terlihat … menggemaskan.

Ia tidak tahan lagi.

Pria itu kembali mencium Clara, tapi kali ini dengan sedikit lebih lembut. Tangannya menarik lepas blus si gadis yang sudah tidak berkancing. Clara mengernyit tidak setuju, tapi ia tidak juga mencegah.

Daniel bukan pria sok suci. Ia berganti teman kencan setiap minggu dan seringkali berhubungan dengan perempuan-perempuan seksi dalam one night stand. Ia tampan, berkuasa, dan bergelimang harta. Segala rupa gadis sudah pernah mampir dalam pelukannya.

Tapi kali ini, malam ini, ketika mencium gadis yang bahkan tidak pandai berciuman ini, rasanya Daniel seperti tenggelam dalam kabut manis. Ia tahu Clara ketakutan, tapi tetap mencoba bertanggung jawab dengan membalas ciumannya.

Tekniknya buruk, tapi murni, tulus, dan manis.

Tahu-tahu saja, Daniel sudah berbaring menindihnya di atas ranjang. Keduanya melepaskan diri sejenak, pandangan gelap Daniel jatuh menembus kedalaman iris biru Clara.

Jernih dan lembut, seperti permukaan telaga di tengah hutan.

“Aku tidak akan berhenti, Clara Anderson,” tutur Daniel jujur dan penuh penekanan. “Apapun yang terjadi, sekalipun kau memohon.”

“Tidak.” Gadis itu menimpali. “Tuan Daniel bisa melakukannya sekarang.”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   15. Insiden Pantry

    **Clara tercekat. Selama beberapa saat ia terdiam dengan bingung, hendak menjawab bagaimana. Ia berdehem, mencoba menampakkan sikap biasa-biasa saja.“Aku tidak tahu. Mungkin mereka hanya salah lihat saja.”Em terlihat tidak yakin.“Mana mungkin aku bersama direktur kita, kan? Itu … tidak masuk akal. Kau tahu, aku hanya pegawai biasa di perusahaan ini.”Rasanya Clara mau menghilang dari tempat itu saja saat melihat pandangan Emmeline yang penuh tuduhan.Sesudah ini, Clara semakin yakin untuk tidak berteman dengan gadis ini di kantor. Biarlah ia sekedar kenal sebagai rekan kerja saja.“Aku hanya ingin mengatakan ini kepadamu,” kata Em akhirnya setelah sekian menit. Ia menatap Clara dengan lurus dan tidak ragu-ragu. “Berhati-hatilah dengan langkahmu. Kau tahu kantor ini tempat seperti apa. Bahkan sebatang pulpen pun memiliki mata dan telinga.”Gadis bersurai hitam itu kemudian berlalu, meninggalkan Clara yang masih terpaku di dalam kubikelnya. Ingin rasanya memanggil kembali Em dan ber

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   14. Aku Melihatmu!

    **“Benar itu bos kamu di kantor, ya?”Clara menelan saliva. Sedikit rasa panik mulai merambat naik sebelum kemudian Gerard melanjutkan, “Padahal ini akhir pekan, tapi kamu masih dikejar-kejar pekerjaan ya, Sayang? Kasihan sekali. Boleh tidak kalau tidak usah diangkat saja teleponnya?”Rasa panik itu mendadak turun lagi. Clara membalas pandangan tulus Gerard dengan senyum simpul.“Tidak enak, Ger. Mungkin saja ada hal yang penting sampai harus menghubungiku selarut ini. Aku akan menjawabnya di luar, ya? Lanjutkan makan apelnya.”Gadis itu melesat keluar sebelum Gerard sempat memberi jawaban. Ia menjauh dari pintu dan memelankan suara ketika menjawab panggilan.“Ya, Tuan Addams?”‘Kau pikir jam berapa sekarang ini?’Clara membuka mulut namun batal menjawab. Ia menengok layar ponselnya untuk melihat jam. Sekarang masih jam sembilan lebih empat puluh menit.“Saya akan segera kembali, Tuan.”‘Aku tidak suka orang yang tidak disiplin.’“Ya, ya maafkan saya. Tapi ini masih belum jam sepuluh

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   13. Terus Bersamaku, Ya?

    ****Tapi Daniel memutuskan tidak usah mencari tahu saja saat ini. Ia pikir barangkali Clara masih repot dengan urusan apartemen lama yang mendadak harus ia tinggalkan. Gadis sepolos itu, mana mungkin punya urusan aneh-aneh di luar sana, kan? Kecuali mungkin bisa berurusan dengan anomali tua bangka seperti kemarin itu. Nah, Daniel cukup yakin Clara sudah tidak berhubungan lagi dengan rentenir itu sekarang.Akhirnya sang direktur hanya melangkah kembali memasuki kamar depan penthouse-nya yang biasanya kosong. Ia memandang berkeliling ruangan luas itu. Atensinya kemudian jatuh pada rak kayu di samping nakas. Semula tidak apa-apa di sana, karena Daniel tidak terlalu menyukai ornamen atau pajangan kecil. Namun baru saja, Clara meletakkan sesuatu. Sebuah frame foto kecil.Daniel mendekat dan mengangkat frame putih itu untuk melihat lebih jelas. Objek yang tercetak di sana adalah seorang pria, seorang wanita, dan di tengah-tengah keduanya jelas adalah Clara sendiri. Daniel mengasumsikan it

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   12. Calon Tunangan?

    **Clara tersinggung, tentu saja. Meski mungkin penampilannya terlalu sederhana, tapi keterlaluan jika seseorang menyebutnya asisten rumah tangga. Gadis itu mengatupkan mulut dan mengalihkan pandangan. Sakit hati yang terpaksa ia telan mentah-mentah rasanya pahit sekali.“Oh, bukan. Ini adalah Nona Clara … salah seorang bawahan Tuan Addams di kantor.”Clara terpaksa sekali mengalihkan pandang kembali kepada gadis secantik bidadari di luar mobil itu. Ia tersenyum dan menyapa demi kesopanan. “Selamat siang, Nona Williams.”Sialnya, Hailey mengabaikannya.“Oh, begitu?” katanya tak tertarik. “Kalau kau akan pergi ke apartemen, aku ikut ya? Daniel sudah lama sekali tidak membalas pesan atau menjawab teleponku. Aku tahu dia pasti merindukanku. Hanya sedang sibuk saja.”Clara tahu sopirnya keberatan. Tapi seperti halnya ia sendiri, tidak memiliki kesempatan untuk bersuara. Untung saja si artis cantik membawa kendaraan sendiri, sehingga tidak harus satu mobil dengan Clara.Setelah menempuh p

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   11. Dingin, Perfeksionis, dan Brengsek

    **"Tuan, sebentar ...." Clara berhasil melepaskan diri. Ia segera menjauh setelah berhasil mendorong dada bidang Daniel dengan kedua tangan.Pria ini memang agak gila, Clara rasa. Beberapa saat bersamanya, ia kini tahu ada sisi lain dari Daniel yang sangat berbeda dengan apa yang ia lihat di kantor sehari-hari. Selama ini yang Clara tahu, Daniel adalah laki-laki dingin dan seorang pemimpin yang perfeksionis. Kendati sering diterpa gosip miring dengan banyak wanita cantik, Clara sama sekali tidak mengira Daniel 'sebuas' ini.“Kau tidak dengar kata-kataku? Mengapa diam saja?”Clara terhenyak saat mendengar suara dingin itu lagi.“Lepaskan sendiri bajumu.”“Ta-tapi Tuan—”“Lupa dengan perjanjiannya?”Kali ini, Clara dengan mantap menambahkan, selain dingin dan perfeksionis, Daniel juga sangat brengsek.….Clara pergi beberapa saat kemudian, setelah Daniel berhasil mencuri kesempatan untuk 'mengerjainya' sekali lagi. Gadis itu berkata akan pulang dan mengemasi barang-barangnya. Maka Dani

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   10. Seperti Disandera

    **“Apa kau tidak salah alamat? Bisa-bisanya kau membawaku ke tempat kumuh seperti ini!”Daniel melayangkan protes dingin kepada sopirnya. Pria itu berdecak sebal ketika sekali lagi melihat ke luar mobil. Dalam mimpi pun ia tak pernah menginjakkan kaki ke tempat seperti ini.Pria itu jujur saja, agak heran dengan keputusannya sendiri yang memaksakan diri mendatangi tempat tinggal Clara hari ini, setelah si gadis tidak bisa dihubungi sama sekali. Daniel merasa dirinya nekat dan bodoh dalam waktu bersamaan.“Ini adalah alamat yang anda sebutkan tadi, Tuan. Saya sudah berkali-kali mencocokkan dengan maps. Kita tidak salah alamat.”Kernyitan dalam segera menghiasi kening Daniel. Apakah mungkin divisi personalia kantornya yang salah memberikan informasi tentang alamat Clara?Sekali lagi pria itu mengecek ponselnya, dan ternyata tidak salah.“Gadis itu tinggal di tempat seperti ini? Yang benar sajalah!”Sebenarnya, agak berlebihan jika Daniel bersikap seperti itu dan mengatakan bahwa tempat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status