Share

Perdebatan

Author: ukhty ijah
last update Last Updated: 2025-12-22 06:38:37

Ruang keluarga kembali dipenuhi anggota keluarga Hadiwijaya setelah makan malam. Amanda duduk di samping Arman, punggungnya tegak, tangannya terlipat rapi di pangkuan. Ia masih mencoba menyesuaikan diri, menjadi bagian dari keluarga besar ini, meski hatinya belum benar-benar tenang.

Nenek Rosa menyesap tehnya perlahan, lalu menatap Amanda dengan senyum penuh sayang. Setelah itu, pandangannya beralih pada Arman.

“Man,” ucapnya lembut, “Nenek ingin mengenalkan Amanda pada keluarga besar dan teman-teman dekat kita. Bagaimana kalau kita adakan pesta kecil?”

Amanda refleks menahan napas. Ia tidak menyangka namanya disebut dalam rencana sebesar itu.

Arman tidak langsung menjawab. Ia menghela napas pelan sebelum berkata, “Nek… kita sudah sepakat sebelumnya. Tidak ada pesta.”

Nada suaranya tenang, namun tegas.

“Aku harus kembali ke Amerika besok,” lanjutnya. “Pekerjaanku tidak memungkinkan aku mengambil cuti lebih lama.”

Amanda membeku.

Besok? Ke Amerika?

Kata-kata itu bergema di kepalanya. I
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Janji Suci Yang Retak   Kenyataan Pahit

    Amanda membuka pintu kamar perlahan. Pandangannya menyapu ruangan, namun kamar itu kosong. Tidak ada Arman. Ia melangkah masuk beberapa langkah, lalu berhenti ketika telinganya menangkap suara air yang mengalir dari arah kamar mandi.Arman sedang mandi.Amanda menghela napas kecil, antara lega dan gugup. Ia menutup pintu kamar, lalu duduk di tepi ranjang. Tangannya bertumpu di atas paha, jemarinya saling bertaut tanpa sadar. Ia menatap lantai sesaat, lalu ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat."Apa yang harus kukatakan nanti?Haruskah aku bertanya? Atau diam saja seperti biasa?" batinnya.Suara air itu terus mengalir, seolah memberi Amanda waktu untuk menata pikirannya. Waktu yang justru membuat dadanya semakin sesak.Tiba-tiba, ponselnya bergetar.Amanda terkejut kecil. Ia segera meraih ponsel di atas nakas. Nama Ibu tertera di layar. Dadanya menghangat seketika.“Ibu…” gumamnya lirih sebelum mengangkat panggilan.“Assalamu’alaikum, Nak,” suara ibunya terdengar dari seberang,

  • Janji Suci Yang Retak   Pagi Yang Sunyi

    Pagi itu Amanda terbangun dengan perasaan asing. Cahaya matahari menembus celah tirai, menyinari kamar yang masih terasa terlalu sunyi. Ia menoleh ke sisi ranjang.Kosong.Tidak ada Arman.Amanda duduk perlahan, memandangi ranjang yang tetap rapi di sisi seberangnya. Apa dia sudah bangun lebih dulu? pikirnya. Namun rasa ragu segera menyusul. Atau… dia memang tidak pulang semalam?Dadanya terasa menghangat oleh cemas. Amanda bergegas turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Ia membersihkan diri secepat mungkin, mencoba menenangkan pikirannya, lalu berganti pakaian sederhana sebelum melangkah keluar kamar.Saat menuruni anak tangga, langkah Amanda terhenti ketika melihat Bibi Ningsih sedang berjalan ke arahnya.“Selamat pagi, Bi,” sapa Amanda sopan.“Pagi, Nyonya,” jawab Bibi Ningsih ramah.Amanda ragu sejenak sebelum bertanya, “Bi… Mas Arman sudah bangun?”Bibi Ningsih menggeleng pelan. “Sejak pagi saya belum melihat Tuan Arman, Nyonya.”Amanda menarik napas kecil. “Semalam Mas Arm

  • Janji Suci Yang Retak   Perdebatan

    Ruang keluarga kembali dipenuhi anggota keluarga Hadiwijaya setelah makan malam. Amanda duduk di samping Arman, punggungnya tegak, tangannya terlipat rapi di pangkuan. Ia masih mencoba menyesuaikan diri, menjadi bagian dari keluarga besar ini, meski hatinya belum benar-benar tenang.Nenek Rosa menyesap tehnya perlahan, lalu menatap Amanda dengan senyum penuh sayang. Setelah itu, pandangannya beralih pada Arman.“Man,” ucapnya lembut, “Nenek ingin mengenalkan Amanda pada keluarga besar dan teman-teman dekat kita. Bagaimana kalau kita adakan pesta kecil?”Amanda refleks menahan napas. Ia tidak menyangka namanya disebut dalam rencana sebesar itu.Arman tidak langsung menjawab. Ia menghela napas pelan sebelum berkata, “Nek… kita sudah sepakat sebelumnya. Tidak ada pesta.”Nada suaranya tenang, namun tegas.“Aku harus kembali ke Amerika besok,” lanjutnya. “Pekerjaanku tidak memungkinkan aku mengambil cuti lebih lama.”Amanda membeku.Besok? Ke Amerika?Kata-kata itu bergema di kepalanya. I

  • Janji Suci Yang Retak   Makan Malam Keluarga Hadiwijaya

    Amanda berdiri sejenak di depan cermin. Dress berwarna lembut yang membalut tubuhnya terasa sedikit asing, namun juga istimewa. Ini adalah hadiah lamarannya, dress yang tampak pantas untuk makan malam keluarga pertamanya. Tangannya merapikan lipatan kain di pinggang, napasnya ditarik dalam-dalam."Mudah-mudahan aku tidak terlihat salah kostum," batinnya.Dengan langkah pelan, Amanda menuruni anak tangga. Suara hak sepatunya nyaris tak terdengar di rumah besar itu. Baru beberapa anak tangga ia lewati, suara ramah menyapanya.“Wah, ini dia pengantin baru kita,” ujar seorang pria dengan senyum lebar.Amanda mendongak. Di hadapannya berdiri Daniel Hadiwijaya, kakak Arman, bersama istrinya, Tamara, dan tiga anak mereka. Kehangatan keluarga kecil itu langsung terasa.“Halo, Kak Daniel, Kak Tamara,” sapa Amanda sambil melangkah mendekat, wajahnya memerah menahan malu.Tamara tersenyum lebar, lalu memeluk Amanda tanpa ragu. “Halo, Manda. Kamu kelihatan cantik malam ini.”“Terima kasih, Kak,”

  • Janji Suci Yang Retak   Langkah Pertama Di Kamar Arman

    Arman melangkah lebih dulu menuju tangga besar yang mengarah ke lantai atas. Amanda mengikutinya beberapa langkah di belakang, menjaga jarak yang terasa semakin nyata sejak mereka tiba di rumah ini. Tangga itu lebar, dengan pegangan kayu mengilap dan karpet tebal yang meredam suara langkah kaki. Amanda melangkah pelan, masih berusaha menyesuaikan diri dengan suasana rumah yang terasa asing.Baru beberapa anak tangga mereka naiki, sebuah suara ceria memecah keheningan.“Kak Arman!”Seorang gadis berusia sekitar tujuh belas tahun berlari kecil ke arah mereka. Rambut hitam panjangnya tergerai, wajahnya cantik dengan senyum lebar yang penuh energi. Tanpa ragu, ia langsung memeluk Arman.“Hei, Adel,” sapa Arman sambil membalas pelukan itu, nadanya berubah hangat, berbeda dari nada yang selama ini ia gunakan pada Amanda.“Kapan kakak pulang?” tanya gadis itu riang.“Baru saja sampai,” jawab Arman. “Kamu dari mana?”“Biasa, kak. Hangout sama teman-teman,” jawab Adelia santai.Mereka tertawa

  • Janji Suci Yang Retak   Rumah Hadiwijaya

    Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar yang berdiri anggun di balik gerbang besi hitam. Pak Supir turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Amanda.“Silakan, Nyonya.”Amanda melangkah turun perlahan. Begitu kakinya menyentuh lantai halaman, ia langsung terdiam. Matanya membelalak tanpa bisa ia cegah.Rumah itu berdiri megah di hadapan Amanda, seolah menutup seluruh pandangannya. Bergaya Amerika modern dengan garis-garis tegas dan simetris, bangunan dua lantai itu didominasi warna putih bersih yang memantulkan cahaya matahari sore. Dindingnya tampak halus tanpa noda, seperti tak pernah disentuh debu. Berbeda jauh dari tembok rumah yang biasa ia lihat, yang sering menyimpan garis usia dan noda hujan.Jendela-jendela tinggi berbingkai hitam berjajar rapi, sebagian menjulang dari lantai hingga hampir menyentuh langit-langit, memperlihatkan tirai tipis berwarna krem yang bergoyang pelan tertiup angin dari dalam. Amanda teringat jendela kayu di rumahnya sendiri, yang harus dibuka deng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status