Share

CP 7. Informasi

Mbok Yah keluar dari rumah dan membisikkan sesuatu ke telinga Demang Yasa. Dengan tenang lalu sang demang beranjak dari sana.

"Ki Nambi, Ki Tarso, Darwis, ikut aku masuk ke dalam. Sisanya tetap disini, kita bahas lagi setelah ini." Perintah sang demang kepada para pengikutnya.

Keempat lelaki segera masuk ke dalam rumah, mengikuti sang wanita paruh baya.

Di dalam bilik, wanita hamil itu tengah menangis tersedu sedu. Matanya sayu, dan tubuhnya sedikit menggigil. Tangannya tak henti menghapus air mata yang terus keluar.

Kondisi wanita itu sudah mulai membaik dari sebelumnya. Tubuhnya penuh dengan balutan kain, sepertinya luka di tubuhnya sudah diobati, tercium dari bau ramuan tanaman obat yang sangat khas. Dia sudah diberi pakaian ganti yang lebih bersih.

Mbok Yah melirik kearah sang demang, kemudian mengangguk. Seakan diberi kode, sang demang perlahan mendekati wanita muda itu. Di lantas duduk bersila dihadapan sang wanita.

"Nak, saya Demang Yasa, pemimpin di wilayah Janti. Saya ingin bertanya kepada ananda ini, apakah ananda bersedia?" Pelan pelan sang demang menanyai si wanita itu.

Tangis si wanita mulai reda saat didekati oleh sang demang. Sambil terisak, dia mengangguk setelah mendengar pertanyaan dari sang demang.

"Kalau boleh tahu, siapa nama ananda dan asalnya dari mana?"

Si wanita menghela nafas, dia lalu berkata, "Nama saya Rantini dari dukuh Banyu Urip. Sebelumnya, terimakasih kepada demang dan simbok sekalian sudah mau menolong dan mengobati luka saya."

"Tenang saja nak, itu sudah kewajiban kita sebagai manusia. Sekarang saya mau tahu kenapa ananda bisa berada dalam kondisi seperti ini?"

"Tuan demang, saya ingin melaporkan kalau desa kami semalam diserang oleh gerombolan perampok Tanduk Api. Semua warga desa dibunuh, dan hanya sedikit dari kami yang berhasil meloloskan diri. Saya dan ayah saya berhasil lolos, namun di jalan kami dikejar oleh mereka sampai bapak ..." Wanita itu tidak berani melanjutkan ceritanya. Sambil menggigit bibirnya, wanita itu berusaha untuk menahan tangis yang mulai keluar lagi.

Mendengar sedikit penjelasan itu, sang demang mulai tegang kembali. Walau dia sudah menduga akan hal itu, namun mendengarnya langsung dari mulut seorang korban selamat tetap membuatnya merinding.

Dari informasi yang sudah dia dapat hingga saat ini, sekitar enam desa dan dukuh yang sudah dihancurkan oleh gerombolan tersebut.

Setelah beberapa kali dia bertanya seputar penyerangan oleh gerombolan Tanduk Api, sang demang akhirnya mendapat sedikit informasi berharga. Seperti jumlah kekuatan gerombolan tersebut, lalu dimana mereka sekarang berada, dan kemampuan salah satu wakil perampok yang bernama Kijan.

Tanpa menunggu lebih lama sang demang segera membalikkan badan.

"Tuan demang, tunggu sebentar!"

Beberapa saat Demang Yasa membalikkan badan, si wanita kembali memanggilnya.

"Ada sesuatu yang harus saya berikan kepada tuan." Sang wanita mengambil sebuah gulungan tua dari daun lontar yang tergeletak di dekatnya. "Ini adalah gulungan kitab meditasi yang saat ini sedang dicari oleh gerombolan perampok itu. Suami saya menemukannya di sebuah gua di dekat dukuh kami. Dia memberikan ini sesaat sebelum dukuh kami diserang."

Wanita itu lantas memberikan gulungan daun lontar itu kepada sang demang.

Demang Yasa menerima gulungan tersebut. Wajahnya sontak terkejut dan agak gemetar saat menerima gulungan itu. Terasa dingin dan jahat saat gulungan itu berada di tangannya. Tampaknya aura dari gulungan itu hanya mampu dirasakan oleh orang orang yang memiliki ilmu tenaga dalam.

'Wah, gulungan ini memiliki aura yang sangat jahat. Apa mungkin ini adalah ilmu meditasi yang dilakukan oleh para penganut ilmu hitam? Kalau begini jangan sampai gulungan ini berada di tangan gerombolan perampok itu.' Pikir sang demang.

"Ki Nambi, tolong masukkan gulungan ini ke dalam kotak peti harta dan simpan di tempat yang paling aman." Perintahnya sambil menyerahkan gulungan itu kepada pengikutnya.

Ki Nambi yang menerima gulungan itu juga sedikit kaget saat merasakan aura jahat darinya. Dia segera berbalik arah dan bergegas menghilang keluar bilik.

"Nak Rantini, saya mau tanya sekali lagi. Kenapa para perampok itu bisa tahu tentang gulungan itu?"

"Suami saya memberitahu saya bahwa dia juga berpapasan dengan seorang lelaki bertubuh kekar di hutan setelah dia mendapat gulungan itu. Kalau pikir saya, kemungkinan lelaki itu adalah salah satu anggota gerombolan perampok yang juga mencari gulungan tersebut. Mungkin karena tidak menemukan gulungan itu di gua, dia mencurigai suami saya dan menyerang desa desa di dekat hutan."

Sang demang menghela nafas, kini titik terang sudah muncul. Dia akhirnya mulai bisa menyambungkan semua informasi yang dia dapat.


Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status