Seorang pria muda terlihat duduk bersila dengan takzim di depan sebuah meja pendek. Dia meletakkan kuas lukis yang dipegangnya ke dalam segelas air. Kemudian pria tersenyum simpul sambil mengamati hasil coretan di canvas putih yang dibuatnya. Sebuah kaligrafi. "Kok jelek banget ya? Gak ada bedanya dengan coretan asal-asalan saja." Gerutu pemuda itu menilai sendiri hasil karyanya. "Huuuuft, mungkin aku memang tidak berbakat dalam hal kesenian." Pemuda itu adalah Zircon, sahabat terakhir dari Pangeran Jasper. Zircon adalah yang paling tampan di antara empat sekawan. Meski keempat putra bangsawan istana itu memiliki paras di atas rata-rata, Zircon tetap paling menonjol karena sifatnya yang dingin dan terkesan misterius. Para sahabatnya biasa menyebut Zircon sebagai si 'Balok Es Batu'. "Baiklah aku akan mencobanya sekali lagi." Zircon mengambil satu lembar canvas baru dan mulai menorehkan kuasnya di atas tinta. Kemudian dengan gerakan gemulai dia menarikan kuas itu di atas lembaran puti
Zircon tahu bahwa dia tidak akan bisa berbohong kepada sang ayah. Jadi dia pun menjawab Morgan dengan sejujurnya "Benar, Ayah. Tapi mohon maaf, saya mempunyai alasan untuk itu." "Apapun alasanmu, jika sudah menyakini sesuatu itu benar, maka kamu harus berani memperjuangkannya. Dan ayah tak suka jika kau hanya setengah hati memperjuangkan keyakinanmu itu." Jawaban dari sang ayah kontan membuat Zircon keheranan. Jawaban yang terdengar sangat ambigu. 'Jadi beliau setuju aku ikut revolusi Jasper ini? Bukannya malah menentang?' "Tadi pagi Opal dan Amethys mengundang kami. Mereka berpresentasi kepada ayah, ibu dan semua paman bibi di kediaman Paman Euclase. Pembicaraan aneh tentang revolusi Jasper." Garnet membantu untuk menjawab keheranan Zircon. "Tapi ibu senang dan sependapat dengan apa yang mereka kemukakan. Memang hal itu tidak pernah terpikirkan oleh kami sebelumnya." Zircon semakin penasaran dengan apa yang telah dilakukan oleh Opal. Zircon tahu benar bahwa Opal sangat cerdas, n
"Diamond itu ... Benar-benar pria yang tidak bisa ditebak." Amethyst tersenyum simpul saat mengucapkan kalimat itu. "Otak Diamond memang random banget." Zircon membenarkan ucapan Amethyst. "Nah benar sekali. Hanya Tuhan dan dia sendiri yang tahu apa yang ada di kepala randomnya." "Mending gak tahu. Daripada pusing." "Hahhaha, yaampun Zircon? Kamu ternyata lucu juga ya?" Amethyst tergelak mendengar celetukan spontan Zircon. "Eeeeh?" Mau tak mau Zircon menjadi salah tingkah dengan pujian dari dokter cantik yang sedang bersamanya. 'Dia bilang aku lucu? Lucu ini konotasinya bagus atau jelek sih?' "Aku kira kamu adalah cowok dingin dan membosankan. Tidak kusangka ternyata kamu bisa juga bercanda begini." "Hehe." Kali ini Zircon hanya menanggapi dengan tawa ringan. Tak sanggup untuk menahan rasa senang yang menyembul di dada karena kebersamaannya dengan Amethyst yang terasa akrab. "Nah kita sudah sampai di kamar Opal." Ujar Amethys saat mereka telah sampai di depan pintu kamar nomer
Siang itu saat ke tempat latihan Gear istana yang biasa, Jasper tidak menemukan Morgan yang biasa menjadi instruktur gearnya. Malahan yang ada disana dan sudah menunggunya adalah Diamond dan Zircon. Serta di belakang mereka berdua, menjulang tinggi tiga buah private gear yang terlihat sangat canggih dan menakjubkan.Gear merah dan biru yang pernah dilihat oleh Jasper beberapa hari yang lalu. Gear milik Diamond dan Zircon yang mereka pakai untuk berduel. Lalu masih ada satu lagi, gear hitam yang tidak dia kenali."Ada apa lagi ini? Kenapa mereka berdua bisa berada di sini?" Jasper membatin curiga melihat kedua sahabatnya itu."Apa mereka mau latihan gear bareng aku? Dengan memakai private gear mereka? Yang benar saja?" Jasper semakin ngeri membayangkan harus berduel melawan salah satu dari Diamond atau Zircon dengan Gear mereka. Sementara dirinya masih memakai common Gear yang tidak canggih. Detik berikutnya perhatian Jasper teralihkan kepada Gear ketiga yang ada di sana. "Lalu gear hi
"Wah sepertinya kalian sudah sangat bersemangat untuk menjalani latihan hari ini." Sebuah suara merdu wanita tiba-tiba terdengar di sekitar arena latihan Gear. Dan tak lama kemudian sebuah Gear ungu yang ramping mendarat di hadapan Jasper, Diamond dan Zircon."Itu adalah Leviathan, dan kamu pasti sudah mengenal siapa pilotnya." Diamond berbisik kepada Jasper tentang siapa tamu yang mendatangi mereka bertiga."Kak Amethys?" Jasper membuat tebakan dari nada suara yang dikenalinya. Pertanyaan Jasper segera terjawab saat pintu kokpid tempat pilot berada dari gear ungu itu terbuka. Dari situ muncullah sosok tubuh langsing seorang wanita. Dan setelah wanita itu melompat turun dari Gear dan menghampiri mereka, Jasper dapat mengenalinya sebagai Amethys."Maaf terlambat." Amethys menyapa sambil memberikan angelic smile yang sangat menawan. Senyuman yang mampu membuat wajah Zircon dan Diamond bersemu kemerahan sekaligus."Tidak masalah. Kita juga baru saja mulai." Zircon menjawab sedikit canggu
Jasper menutup mata rapat-rapat, untuk mencoba memisahkan suara-suara yang mendengung menjadi satu di telinganya. Suara kicauan burung, suara gemerisik rerumputan, suara tiupan angin, bahkan suara hembusan napas dari ketiga orang yang berada di bawah Gearnya. 'Woah cool! Aku bisa mendengar semuanya dengan sangat jelas.' "Jez? Apa kau bisa mendengarku?" Kali ini suara Zircon yang terdengar menyapanya. "Sekarang kamu bisa menghidupkan layar monitor. Bersiaplah untuk membiasakan matamu!" "Oke, akan kulakukan." Jasper menjawab sambil menekan beberapa tombol untuk menghidupkan layar monitot. Dalam sekejap kelima layar di hadapannya menyala sekaligus. Menghadirkan cahaya yang sangat terang, menyilaukan dan membuat pedih mata. Sekali lagi Jasper menutup kedua matanya rapat-rapat. Kemudian dia mengarahkan pandangan pada salah satu layar saja, mengamatinya dengan seksama. Setelah itu dia beralih ke layar lainnya dan yang lain lagi. Barulah kemudian mengamati kelima layar itu sekaligus. 'He
"Kalau terlalu sering menggunakan jurus combo maka bahan bakar Gear akan cepat habis." Jasper bergumam sambil membuat corat-coret hitungan kasar di kertas."Sedangkan kalau terlalu banyak menggunakan tenaga dalam, bahan bakar tidak akan berkurang, tapi stamina kita yang akan cepat terkuras habis.""Makanya pakai otakmu! Jangan sampai Gear overload kehabisan bahan bakar sampai meledak. Tapi juga jangan sampai kau yang lemas kehabisan tenaga dan pingsan. Keduanya bisa berakhir dengan fatal. Mati!" Diamond mengetukkan jari telunjuknya ringan tepat ke kening Jasper."Sebenarnya semua tergantung insting saja. Karena dalam sebuah pertarungan sesungguhnya, kita tidak akan sempat berpikir." Lanjutnya menambahkan."Kau harus bisa menghindari serangan lawan, balas menyerang atau paling parah saat kau cidera atau gearmu mengalami kerusakan. Yah dengan banyak berlatih insting bertarungmu akan terasah dan mengalami kemajuan dengan sendirinya." Diamond menjelaskan panjang lebar.Jasper menyandarkan
"Sebut saja jika mendiang paduka raja adalah Jasper Senior dan kamu adalah Jasper Junior. Karena entah sengaja atau tidak nama kalian sama." Diamond megambil kesimpulan, dan Jasper hanya mengangguk dengan senyuman lebar sebagai reaksi. Terlihat sangat senang mengetahui kenyataan ini."Entah bagaimana sepertinya Advandli salah mengenali kamu sebagai beliau. Tidak hanya karena nama kalian yang mirip, mungkin karena kalian adalah ayah dan anak, jadi susunan DNA kalian mirip."Jasper semakin sumringah mendengar ucapan Diamond. Senang sekali dikatakan mirip dengan mendiang ayahnya sendiri, meskipun dia tidak tahu bagaimana wajah dan sosok beliau."Yang perlu kau tahu, bahwa Gear milik ayahmu adalah Gear dengan level tinggi yang sama dengan Xenogears. Gear itu memiliki nama Brigandine. Gear dengan warna merah seperti darah yang memakai senjata utama, Twin Sonic Whip."Serasa ada angin sejuk yang tiba-tiba berhembus, dan melegakan bagi Jasper demi mendengar penjelasan terakhir Diamond. Akhirn