Home / Urban / Jatah Malam Untuk Mertua / Firasat Yang Tak Bisa Dibohongi

Share

Firasat Yang Tak Bisa Dibohongi

Author: WAZA PENA
last update Last Updated: 2025-08-04 15:52:42

Leo datang ke rumah sakit menemui Pak Bram.

Pak Bram tampak terkejut ketika melihat anaknya tiba-tiba muncul di ruang kerjanya. Suasana langsung terasa tegang. Leo tak lagi ingin berbasa-basi. Tanpa ragu ia langsung duduk dan menatap ayahnya dengan tajam.

"Ada apa menelepon Dinda?" tanya Leo datar namun penuh tekanan.

"Dia sudah resign. Papah tidak berhak memintanya datang ke sini lagi."

Pak Bram menarik napas panjang. Ia mencoba bersikap tenang, walaupun jelas dari sorot matanya bahwa kedatangan Leo membuatnya tidak nyaman.

"Aku hanya ingin bicara baik-baik dengannya. Ada hal penting yang harus dia tahu sebelum semuanya terlambat," ucap Pak Bram.

"Apa itu? Katakan langsung padaku," desak Leo.

Pak Bram menunduk sebentar, lalu menatap Leo lagi. "Kamu tidak mengerti, Leo. Semua ini lebih rumit dari yang kamu kira. Dinda, dia tak seharusnya ikut campur terlalu dalam."

Leo menahan amarahnya. Ia tidak ingin emosinya meledak di rumah sakit. Tapi semakin ayahnya berbicara, semakin yakin Le
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Teman Atau Selingkuhan

    Leo tersenyum lagi, senyum yang kali ini terasa lebih berat. "Sedikit."Dinda meraih tangan Leo, menggenggamnya. Sentuhan itu biasanya menenangkan. Tapi kali ini, justru membuat hati Leo bergejolak.“Kamu kenapa, Mas?” tanya Dinda lagi, jelas merasakan ada yang berbeda.Leo menatap tangan mereka yang saling menggenggam. Ada dorongan kuat untuk bertanya. Kalimat itu sudah hampir keluar dari bibirnya. "Siapa yang kamu telepon? Kenapa kamu bilang begitu? Apa maksudnya?"Namun ia menahannya.Leo mengangkat kepala dan menatap Dinda. "Nggak apa-apa, Sayang" ucapnnya.Dinda mengangguk, meski raut wajahnya masih menyiratkan kebingungan. "Kamu mau minum, Mas? Aku ambilin.""Nanti aja," jawab Leo.Dinda menghela nafas.Mereka duduk berdampingan dalam diam. Dinda menyandarkan kepalanya ke bahu Leo, seperti kebiasaannya. Leo membiarkan, meski pikirannya tak berhenti bekerja.Di satu sisi, ia merasa bersalah, karena tadi pagi pikirannya sendiri sempat menyimpang. Di sisi lain, rasa curiga itu kini

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Apakah Dia Selingkuh

    Leo menegang. "Jangan ganti baju di sini," ucapnya cepat, nada suaranya sedikit lebih tinggi dari yang ia maksudkan.Sindi menoleh, alisnya terangkat. "Kenapa?" ucapnya ringan. "Kan di dalam mobil. Nggak ada yang lihat. Cuma Mas Leo doang.""Iya itu, aku lihat.. aku ini normal tahu," sahut Leo spontan. Begitu kata itu keluar, ia langsung menyesalinya. Ada perasaan campur aduk, antara refleks jujur dan kesadaran bahwa kalimat itu membuka celah yang tak seharusnya.Sindi terkekeh pelan. "Tenang aja. Aku cuma lepas jaket," ucapnya sambil menarik resleting hingga terbuka. Jaket itu melorot dari bahunya, memperlihatkan kaos tipis yang melekat rapi di tubuhnya. "Lagipula Alaku masih pakai kaos, kok."Leo menelan ludah. Ia tak berkata apa-apa. Tangannya mencengkeram setir sedikit lebih kuat. Hatinya berkecamuk, bayangan Dinda terlintas cepat, senyum istrinya saat melepas kepergiannya tadi pagi, pesan singkat agar ia tak lama-lama. Leo memejamkan mata sepersekian detik, lalu membukanya lagi,

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Gairah Membara 21+

    "Maaf ganggu… aku cuma mau izin. Aku boleh pakai sabun cuci muka yang di kamar mandi itu nggak? Yang warna hijau. Itu punya Mbak, kan? Sabun aku habis."Dinda menghela napas kecil. Ada rasa sebal, tapi ia menahannya. Ia melirik Leo sekilas, lalu melangkah ke pintu dan membukanya."Oh, iya. Pakai aja," jawab Dinda datar. Sindi tersenyum lebar, senyum yang terlalu manis untuk situasi sederhana. Pandangannya sempat melirik ke arah Leo yang berdiri agak ke belakang. Mata mereka bertemu sepersekian detik, cukup singkat, tapi cukup untuk membuat jantung Leo berdetak lebih cepat dari seharusnya."Makasi ya, Mbak," ucap Sindi, lalu berbalik menuju kamar mandi.Pintu kamar ditutup kembali.Begitu sunyi menyelimuti ruangan, Leo menghembuskan napas panjang. Ada rasa kesal yang tak bisa ia sembunyikan. Bukan pada Dinda, bukan juga sepenuhnya pada Sindi, tapi pada situasi yang memotong sesuatu yang sedang ia nikmati."Ganggu banget tuh anak," gumam Leo tanpa sadar.Dinda menoleh. "Kamu kenapa, M

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Gairah Tak Tertahan 21+

    Sindi menggeser tubuhnya mendekat, gerakannya begitu pelan dan penuh maksud. Tatapan matanya menyapu tubuh Leo dari atas ke bawah tanpa rasa malu sedikit pun."Mas Leo…" suara Sindi terdengar manja, sengaja dipertebal. “Kopi pagi enak ya kalau ditemani yang cantik?”Leo tersenyum kaku. “Hehe… iya, pagi-pagi gini enaknya minum kopi.”Tapi Sindi tidak berhenti. Ia merunduk sedikit, membuat bagian atas tanktopnya ikut menurun, menampilkan lebih jelas belahan buah dadanya yang besar.“Mas Leo tergoda nggak sih liat aku kayak gini?” tanya Sindi tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik, tapi jelas.Leo langsung membelalak tipis. “S-sindi… kamu kenapa ngomong gitu?”Sindi hanya tersenyum miring, dagunya terangkat sedikit. “Mas kelihatan kok dari tadi ngeliatin aku terus.”Leo langsung menelan ujung napasnya. Ia memang melihat. Bukan karena mau, tapi karena Sindi bergerak terlalu mencolok.“Aku cuma… ya refleks aja. Kamu kan lewat depan aku, dan sekarang duduk di depanku,” jawabnya mencoba tenang.

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Hasrat Yang Tertahan

    Saat itu Sindi ikut keluar dari dalam kamar dengan wajah terlihat kaget. Rambutnya sedikit berantakan, namun pakaiannya masih lengkap.“Ini salah paham, Mbak,” ucap Sindi cepat. “Tadi lampu kamarku tiba-tiba mati dan bunyi letupan kecil. Aku takut konslet. Aku panik, jadi aku panggil Mas Leo.”Dinda menatap Sindi, kemudian menoleh ke arah Leo. “Benar itu, Mas?”Leo mengangguk cepat. “Iya. Dia panik, aku cuma bantu periksa saklarnya. Ternyata memang ada kabel yang bermasalah. Aku sudah matikan dari MCB.”Dinda terdiam. Dadanya masih naik turun menahan emosi.Sindi menambahkan dengan nada polos, “Aku benar-benar takut tadi, Mbak. Kalau sampai kebakaran bagaimana?”Dinda menutup matanya sejenak, lalu menghembuskan napas panjang. “Kamu seharusnya bangunkan aku juga.”“Aku nggak enak, Mbak. Kamu lagi hamil,” jawab Sindi cepat.Leo mendekat ke arah Dinda. Ia memegang bahu istrinya dengan lembut. “Aku benar-benar cuma membetulkan lampu. Tidak ada yang lain. Kamu percaya, kan?”Dinda menatap

  • Jatah Malam Untuk Mertua    Antara Godaan Dan Tanggungjawab

    Di kamar tamu, Dinda membantu menyiapkan selimut. “Kalau butuh apa-apa, bilang saja,” ucap Dinda. Sindi tersenyum tipis. “Terima kasih, Mbak. Aku nggak nyangka kamu sekarang hidup seenak ini.” Dinda tertawa kecil. “Ini juga bukan murni karena aku. Semua berkat suamiku.” Tatapan Sindi sekilas bergeser ke arah pintu, ke arah Leo yang berdiri di luar. Ada kilatan aneh di matanya sebelum ia kembali tersenyum. “Mbah-mbah sekali ya kamu sekarang,” candanya. Dinda hanya tertawa kecil. Setelah Sindi beres, Dinda dan Leo kembali ke kamar mereka. Dinda langsung duduk di tepi ranjang dengan wajah sedikit lelah. “Kamu baik-baik saja?” tanya Leo lembut. Dinda mengangguk. “Cuma agak capek.” Leo pun duduk di sampingnya. “Maaf ya… jadi tiba-tiba ramai.” “Tidak apa-apa,” jawab Dinda pelan. “Dia keluargaku juga.” Leo terdiam sebentar. Dalam dadanya muncul rasa bersalah. Ia teringat detik-detik ketika hatinya tadi sempat tergoda. “Sayang…” “Hmm?” “Kalau nanti kamu merasa nggak nyaman, kamu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status