Share

2. Interview

'Aku harus optimis, insyaallah HRD tidak melihat dari penampilan, aku mampu, aku punya skill yang tak dimiliki orang lain."

***

'Bismillah, semoga saja HRD merekomendasikan diriku untuk menjadi staf disini.' Batin Aisyah.

Dia pun kembali merapikan baju juga jilbabnya, sepanjang lorong dia mengingat-ingat suara lelaki yang dia tabrak.

'Aku pikir tadi itu, Pak Angga. Tapi, kok beda ya? dulu dia ganteng dan ramah. Tadi, galak bener, Wajahnya pun berbeda. Tapi mirip sih. Ah, bodo amat' Guman Aisyah.

Gadis itu buru-buru menghilangkan pikirannya dari lelaki itu, dia ingin fokus. Tujuan utamanya adalah mencari kerja untuk membantu keuangan keluarganya.

Aisyah menuju ruangan khusus untuk calon karyawan baru, disana sudah ada tiga orang wanita, yang juga akan interview, Aisyah melihatnya langsung ciut, penampilan mereka sangat cantik dan elegan. Jika dibandingkan dirinya yang hanya menggunakan kemeja putih dan sepatu flat.

'Aku harus optimis, insyaallah HRD tidak melihat dari penampilan, aku mampu, aku punya skill dibandingkan yang lain. Aku cantik alamai...' Batin Aisyah menyemangati dirinya sendiri.

Penampilan memang nomor satu, tapi manager perusahaan juga akan menilai dari kemampuan calon karyawan, selain dari nilai akademik yang mereka lihat, perusahaan juga akan mencari latar belakang mereka.

Aisyah menarik nafas berkali-kali untuk menghilangkan rasa gugup, tadi dia pikir tak akan segugup itu, namun saat melihat wajah-wajah masam dari orang-orang sebelumnya, hatinya pun galau.

Saat namanya di panggil, Aisyah memejamkan mata, dia harus percaya diri, agar tak terlihat gugup Aisyah memasang senyuman yang paling manis.

'Bismillah...'

Dia masuk dengan wajah ceria.

"Assalamualaikum..."

Deg

Angga yang duduk disisi karyawannya mendongak, dia tak pernah lupa dengan suara itu. Di tatapnya wajah Aisyah dari samping, Sebastian pun ikut memperhatikan gadis itu lalu menoleh pada atasanya.

"Silahkan duduk," Kata Sang HRD.

Angga pun tersadar, dia memperbaiki duduknya dan memandang Aisyah yang terlihat tenang. Karena penasaran, dia meminta CV gadis itu.

"Nama Aisyah Maheswari, lulusan universitas Patriot, SMA juga Patriot. Keahlian..." Lirih Angga, seketika lelaki itu menyunggingkan senyum.

'Kita bertemu lagi gadis kecil.' Guman Angga.

"Dia bukan gadis kecil lagi bos, udah lulus kuliah." Ujar Sebastian di sampingnya.

Seakan tahu apa yang ada di pikiran bosnya, Sebastian terkekeh, karena melihat Angga tersenyum sendiri.

Angga diam saja, saat ini dia seakan terhipnotis dengan suara Aisyah yang dengan tegas dan tanpa ragu menjawab semua pertanyaan dari HRD dan kepala Manager.

Setelah selesai, Aisyah menunduk lalu berbalik. Dia tak berani menoleh kanan kiri, namun karena merasa diperhatikan, Aisyah menoleh ke sebelah kanan. Dan ekor matanya tak sengaja bersitatap dengan seseorang.

Deg

'Pak Angga... Jadi dari tadi dia ada di ruangan ini juga.' Batin Aisyah.

Dia terkesiap lalu menundukkan kepala dan membungkuk memberi hormat pada kepala perusahaan itu, sedangkan Sebastian hanya geleng-geleng kepala melihat Angga yang terpaku.

Aisyah pun keluar dengan terburu-buru, jantungnya seakan mau copot karena dipandang Angga dengan pandangan yang sulit di artikan.

Dia duduk dikursi nya lalu meneguk air mineral yang di bawa.

"Alhamdulillah... akhirnya selesai juga, ini lebih menyeramkan dari ujian skripsi. Semoga saja aku diterima. Jadi staf biasa atau OB pun tak apa." Lirih Aisyah penuh harap.

Lagi, dia memejamkan mata sebentar sebelum akhirnya meninggalkan kantor Daffa Furniture.

***

"Apa yang sedang kau pikirkan, bos?" Tanya Sebastian.

Setelah selesai kegiatan tadi, Angga lebih banyak diam tak seperti biasanya, dia memainkan gawainya dengan wajah yang amat serius.

Angga menoleh, " Kenapa kau tak memberitahuku, jika Aisyah melamar kerja disini."

"Apa kau lupa, itu bukan bagianku, Si Mita HRD kita tak memberi tahu ku siapa saja yang memasukkan berkas, dia hanya memberi tahuku jika hari ini jadwal interview. Kenapa sih?"

"Tak ada,"

Sebastian terkekeh, jika di luar kantor mereka memang tak terlihat akrab, namun jika hanya mereka berdua saja, maka mereka sudah seperti saudara sendiri, Sebastian adalah sekretaris merangkap asisten dari dulu.

"Seharusnya kau bersyukur, tanpa kau cari gadis itu kini muncul di hadapanmu." Celetuk Sebastian.

"Apa katamu?"

"Tak usah berlagak bodoh deh, Bos. Aku tahu selama delapan tahun ini kau mengikuti I* Aisyah, dan mencari tahu setiap kegiatannya."

"Kepo..."

"Bukan Kepo, tapi aku diamanahkan untuk menjagamu, pantas saja kau masih menjomblo."

"Brengsek kau, Sebastian. Sekretaris tak ada akhlak." umpat Angga melempar pulpen di hadapannya.

Sebastian tertawa, dia sangat suka menganggu Angga jika menyangkut statusnya itu.

Dari dulu, Angga memang tak pernah dekat dengan seorang wanita, sang kakak Ara sudah berusaha menjodohkan dengan wanita tapi Angga selalu menolaknya, dengan alasan pekerjaan.

Namun, Sebastian tahu jika Angga menyimpan rasa pada Aisyah dari awal mereka bertemu. Sebastian tak sengaja mendapati ponsel Angga tergeletak dan disana ada foto Aisyah yang sedang memberi sambutan. Dia juga sering melihat Angga asik men-scroll I* Aisyah.

Sebastian diam saja, saat penolakan demi penolakan yang Angga lakukan, karena dia tahu, bos nya itu masih normal, dan dia sudah terpaku pada satu wanita.

Sebastian kembali menyesap kopinya, malam ini mereka sengaja lembur untuk menentukan posisi bagi karyawan baru. Beberapa kali dia melirik Angga yang masih menatap CV Aisyah.

Tak berapa lama, sang manager datang dengan Mita.

"Maaf, bos aku telat." Ujar om Reno dengan tawa.

Angga hanya mendengus kesal.

"Jadi, bagaimana hasilnya, Mita? menurutmu siapa saja dari sepuluh orang pelamar yang pantas kita terima." Tanya Sebastian.

"Hmm... menurut pandangan ku, gadis ini patut kita perhitungkan untuk menjadi karyawan kita, dia bisa mengisi kekosongan di staff keuangan." Mita menunjuk foto Aisyah.

Angga memicing tajam, Mita yang dipelototi menjadi merasa takut.

"Apa aku salah, pak? menurutku dia sangat cerdik, setiap kata yang yang dilontarkan sangat lugas, benarkan, pak?" Tanya Mita pada om Reno.

dia yakin pilihannya tak salah.

"Ya, menurut om, Aisyah ini bisa kita terima menjadi karyawan di staff keuangan, anak ini memiliki potensi yang bagus."

"Dia tak cocok di bagian keuangan." Ujar Angga.

Semuanya menatap Angga, Sebastian menggusar wajahnya menahan tawa.

"Jika dia tak cocok, kita bisa memasukkan Hanum, dia juga pandai, dari cara bicaranya dia orang yang memiliki wawasan luas." Mita menunjuk kandidat selanjutnya.

Mita pun merasa aneh dengan sikap Angga, penilaiannya untuk Aisyah dianggap salah, padahal baginya Aisyah adalah gadis dengan tipe wanita pantang menyerah, dan sangat cocok dibagian keuangan, tapi dia tak ingin protes takut dipecat.

Sebastian dan Angga memperhatikan CV Hanum.

"Bagaimana denganmu, Om."

"Ok, tak masalah. Tapi... om masih condong ke Aisyah sih." Jawab Om Reno.

Lelaki paruh baya itu menaruh curiga pada Angga, karena sejak tadi Angga tak berhenti menatap foto Aisyah.

"Dia tak cocok di bagian keuangan, om. Aku tak setuju."

"Lalu, Aisyah bagusnya kita letak dimana?"

"Dia akan aku..."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status