Plak!!!
Sebuah tamparan keras di pipi Dela terdengar, pelayan yang baru saja berjalan masuk terkejut tapi dia dengan cerdiknya berpura-pura tidak melihat, meneruskan pekerjaannya membersihkan ruang tamu.
"Dengan siapa kamu sedang berbicara? Dasar tidak punya hati." Cindy menatap Dela selama beberapa detik dengan kejam, setelah itu dia baru berkata menghina, "Maksudmu sekarang aku yang menyuruhmu untuk pergi tidur dengan dia? Apakah kamu akan pergi mati kalau aku menyuruhmu? Bukankah ini semua karena kamu ingin menaikkan status dirimu? Sekarang malah berpura-pura pintar setelah mendapat keuntungan. Kalau bukan karena putriku Lily kabur tanpa jejak, jangan harap kamu bisa mendapat keuntungan ini!"
Dela menahan rasa sakit di pipinya juga memaksakan dirinya untuk tidak menangis. Dia lalu dengan sengaja berkata sambil tersenyum, "Kalau kamu merasa rugi, cari saja putrimu itu kembali lalu biarkan dia menikah ke Keluarga Wijaya. Kebetulan sekali aku juga tidak ingin menikah ke sana!"
Sepotong kalimat ini langsung membuat Cindy terdiam, dia hanya bisa menatap Dela dengan kesal.
"Apakah aku bisa naik untuk istirahat kalau Anda tidak ada keperluan lain lagi? Bibi!" Walaupun itu adalah kalimat pertanyaan, tapi Dela sudah terhuyung-huyung berjalan ke atas.
"Aku beri tahu kamu, untuk sementara ini jangan melakukan tindakan gegabah apa pun itu! Jangan lagi melakukan hal memalukan sehingga Keluarga Wijaya membatalkan pernikahan!" ujar Cindy memperingatkan.
"Tenang saja, ibuku tidak mewarisi gen tidak konsisten kepadaku. Jelas-jelas sudah menyetujui pernikahan tapi malah masih kabur lagi sehingga harus orang lain yang menyelesaikan masalahnya!" ujar Dela dengan perlahan sambil tersenyum sinis meninggalkan ibu tirinya yang memaki kasar di belakang.
***
Baru saja Dela sampai di atas, David Amanda terlihat mendorong kursi roda ke arahnya.
"Bagus sekali putriku," ujar David yang duduk di atas kursi roda sambil memegang sebuah koran dengan wajah berseri-seri, kerutan samar di wajahnya membuat dia terlihat sedang merasa bangga.
Satu bulan yang lalu dia baru saja mengalami serangan jantung sehingga harus dioperasi di rumah sakit, sekarang dia sedang dalam proses penyembuhan diri di rumah.
Dela menatap senyum di wajah ayahnya, dia mengepalkan tangan dengan kesal, kenapa ayahnya tidak pernah benar-benar peduli dengannya? Sekarang ayahnya hanya menganggap dirinya sebagai pion untuk memanipulasi saja.
Namun kenapa kalau Dela tahu ayahnya sedang memanfaatkan dirinya? Bagaimanapun juga David adalah kerabat dekat Dela dalam kehidupan ini, bagaimana mungkin Dela bisa melihat ayahnya dirawat di rumah sakit lagi karena serangan jantung? Dela diam-diam mengepalkan tangannya, mengingatkan diri sendiri untuk tidak menangis. Dia harus bisa menahan semua penderitaan ini.
"Ayah jangan selalu pikirkan semua hal ini lagi, yang terpenting adalah kesehatan Ayah."
"Aku mengerti, Putriku tapi Ayah tetap ingin mengatakan kalau Fredy pasti adalah pria yang pantas untuk dinikahi. Nilai pada dirinya tidak bisa kamu bayangkan! Kelak perusahaan kita sudah memiliki dukungan dari dia, maka aku tidak perlu lagi dikendalikan oleh Bibimu! Dia benar-benar terlalu ganas."
"Bukankah kamu menyukai Bibi?" Dela menghentikan langkahnya lalu bertanya sambil mengangkat alis.
"Bagaimana mungkin aku menyukai wanita ganas yang sama sekali tidak lembut seperti dia!" Ekspresi jijik David terlihat berbeda dengan ekspresi memuja seperti biasa kepada istrinya, "Kalau saja bukan karena dia bisa memberikan dukungan untuk perusahaanku, aku sudah akan menceraikannya sejak dulu."
'Fredy!' teriak Dela dalam hati, matanya yang jernih terlihat sangat kesal."Sebenarnya wawancara aku dan Nona Dela tadi berjalan sangat lancar. Aku sangat menyukai pertanyaan yang dia ajukan, sangat berstruktur dan terarah!" ujar Fredy bersamaan dengan Dela, momentum saat Fredy berbicara kebetulan menutupi suara Dela.Dela menghela napas lega, pipinya yang seperti giok terlihat memerah karena merasa bersalah.Fredy menatap Dela dengan serius dan memberikan penilaian tinggi untuknya, "Hah, Dela memang pantas menjadi penyiar terbaik MBS. Dia benar-benar berbeda dari yang lain, tidak hanya sikap profesionalnya yang tinggi tapi keterampilan wawancaranya juga hebat!Fredy menambahkan lagi, "Aku ingin penyiar terbaik yang melakukan wawancara sepenuhnya, tidak boleh diganti dengan orang lain secara tiba-tiba!"Dela yang berdiri di samping terlihat pucat. Bagaimana dia bisa tidak mengerti dengan maksud dan tujuan Fredy setelah konflik yang sudah terjadi dua kali?Ekspresi pucat Dela perlahan
"Karena kamu sudah membereskan semuanya untukku, aku semakin tidak bisa mengganggu pekerjaanmu lagi. Presdir Fredy, aku pergi dulu!" Dela mendorong dada Fredy dengan kuat, dia ingin kabur."Pergi?" Fredy mengunci tubuh Dela lalu menunduk dan mengecup bibir merah Dela dengan kuat, "Karena hal yang menggiurkan sudah datang sendiri, bagaimana mungkin aku lepaskan semudah itu?"Ekspresi jahatnya terlihat yakin harus mendapatkan Dela."Jangan Fredy, aku datang untuk melakukan wawancara. Kamu tidak bisa seperti seorang maniak gila, jangan lupa dengan status Presdirmu!" Dela menghindar dari ciuman Fredy lalu mengingatkannya.Tatapan mata Fredy yang hitam terus menatap pipi Dela yang bulat seperti bulan, tangannya yang besar memegang pinggang Dela yang ramping, "Memang benar Presdir tapi aku juga seorang pria, memiliki keinginan pada perempuan. Sekarang adalah waktu, tempat dan orang yang tepat, bagaimana mungkin aku melepaskanmu lagi, istriku!" Fredy menyebut ucapan istriku dengan begitu san
"Haha, harus menggunakan sikap yang berbeda kepada orang yang berbeda. Aku mengerti maksudmu, tidak masalah. Ayo kita pergi!" Dela membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya.Saat Dela sudah keluar dari ruangan, Niar langsung mengeluh kepada sesama rekan kerjanya, "Sifat Penyiar Dela benar-benar sangat jelek, sulit sekali membereskan sebuah berita untuknya! Tidak peduli bagaimana aku membuatnya, dia selalu mengatakan tidak bagus. Elemen berita mana yang tidak aku pahami? Waktunya sangat akurat, tempat juga sangat rinci, sudah berapa wanita yang diperkosa oleh 'topi hitam', bagaimana penampilan mereka, lalu apa yang disukai dari maniak itu dari para korbannya, semua aku ingat dengan sangat jelas.""Benar, Penyiar Dela selalu mengambil tindakan yang besar. Haha, dia sangat hebat dalam menyiarkan dan wawancara, tidak ada yang bisa sehebat dia!" Orang yang berbicara adalah Jeni Lorens yang sama-sama masuk ke departemen berita bersama dengan Dela, hanya saja dia sampai sekarang dia masih m
Fredy dengan fokus menatap siaran ulang berita, penyiar cantik yang terlihat di layar sedang mewancarai beberapa politisi di ruang konferensi pemerintah.Ucapannya terdengar jelas, semua pertanyaan juga sangat spesifik. Beberapa pertanyaannnya sangat tajam sehingga para politisi itu sedikit kebingungan menjawabnya!Fredy yang menatap televisi tiba-tiba teringat dengan tingkah licik wanita itu, Fredy tersenyum dan ada perasaan gembira yang sudah lama tidak muncul dalam tatapan matanya."Apakah Ayah menonton komedi? Bukankah itu adalah siaran berita yang membosankan?" Jordan mengikuti tatapan ayahnya yang menonton siaran berita selama satu menit itu, dia benar-benar tidak bisa menemukan hal yang bisa membuat Ayahnya tersenyum.Penyiar wanita dalam berita itu menanyakan pertanyaan tentang harga rumah yang tinggi. Mungkinkah ini yang membuat ayahnya tertawa? Belakangan ini dia datang untuk hidup di kota ini bersama dengan ayahnya, itu semua karena ayahnya yang sedang mengembangkan bisnis
"Presdir Wijaya, terima kasih atas niat baikmu tapi sudah ada yang datang menjemputku!" Dela mengambil tas kulitnya dan mengucapkan salam perpisahan."Dela, trik yang kamu mainkan semakin banyak saja!" Fredy menggeleng lalu menatap punggung Dela yang sangat memikat itu perlahan menghilang di pandangannya.Hah, Dela … tidak peduli seberapa liciknya kamu, pada akhirnya kamu tetap milikku!…Pada saat jam 10 malam, Fredy mendorong pintu masuk dan berjalan ke ruang tamu.Saat itu, dahinya terus mengernyit dan pada saat ini terlihat beberapa kerutan yang cocok dengan usianya.Lantai yang berwarna terang ditutupi dengan beberapa bungkusan makanan ringan berwarna-warni, beberapa botol minuman soda juga terlihat tergeletak jatuh di samping meja.Suara pertempuran, gelak tawa, pedang yang menusuk tubuh serta darah menyembur karena tindakan kekerasan terdengar!Seorang anak laki-laki yang duduk di atas karpet wol, mengetik
"Bajingan, Fredy … lepaskan aku!"Saat ini, Dela sudah didesak ke sudut ruangan oleh Fredy, roknya sudah terangkat dan sepasang kaki putih terjalin dengan kaki panjang yang dilapisi dengan celana berwarna biru tua, mereka secara tidak sengaja membentuk sebuah pose ambigu yang menarik."Akan kulepaskan, tapi nanti." Fredy mengeluarkan kesayangannya yang sudah berdiri tegak dari dalam celananya, "Ayolah, cepat! Pacarmu sudah tidur lelap!""Kamu benar-benar menjijikkan, kenapa sebelumnya aku tidak menyadari kalau kamu begitu menyebalkan?" Dela menolehkan kepala, sikap Fredy sekarang benar-benar membuatnya merasa sangat kecewa. Awalnya dalam hati Dela, Fredy seperti pangeran sempurna dalam cerita dongeng, wajahnya yang tampan yang elegan dan berkarisma, sangat terdidik dan berasal dari lingkungan ternama.Selamanya Dela hanya perlu memandangnya saja, Dela tidak hanya mencintainya, dia juga menghormati dan kagum pada Fredy.Walaupun Fredy pernah