Maheswari Andhira Swastika (20 Tahun) yang selalu melanggar peraturan di kampus, membuatnya harus selalu berhadapan dengan Dosen Pembimbing Akademik di sekolahnya. Suatu hari, Dosen Pembimbing Akademik Andhira mengajukan Andhira kepada Dosen Pembimbing Akademik yang lain. Dareen Arsenio (28 Tahun), seorang Dosen Pembimbing Akademik sebagai pengganti Dosen PA yang lama –Kartika Damayanti-. Selain menjadi Dosen, Dareen Arsenio memiliki perusahan yang bergerak dibidang kuliner, sebagai CEO, dirinya memperluas cabang di hampir seluruh titik daerah di Indonesia. Bahkan, Arsenio menempatkan cabang-cabangnya di pelosok daerah sekalipun. Dareen Arsenio merupakah single parents di usia muda, dan memiliki anak bernama Amanda Anandita (7 Tahun). Apakah Andhira akan jatuh hati kepada duda anak 1? Apakah kisah mereka akan berjalan mulus? Yukk ikuti kisah merekaa~
View More“Kalau jalan itu pake mata yaa, jangan Cuma dijadiin pajangan aja.”
Maheswari Andhira Swastika atau biasa dipanggil Andhira, dia menatap tajam laki-laki dihadapannya saat ini yang hanya menaikkan sebelah alis.
“Kamu yang nabrak, kok saya yang diomelin?” tanya laki-laki mengenakan kemeja berwarna hitam lengan panjangan yang dilipat hingga siku, Dareen Arsenio atau biasa dipanggil Arsenio.
“Saya? Jelas-jelas saya yang jatuh, kenapa saya yang dituduh nabrak kamu?” tanya Andhira tidak kalah menantang, dia memang dikenal sebagai perempuan yang tidak bisa dikalahkan, bahkan tidak ada yang berani menyenggolnya.
“Kamu lemah, makanya kamu jatuh.”
Andhira berdecak, kesal dengan Arsenio, “Kamu semester berapa sihh? Kok kayanya udah tua banget. Mahasiswa abadi ya?” tanyanya sedikit mengejek.
Arsenio menaikkann sebelah alisnya, “Saya cuma mau sama kamu ya, Maheswari Andhira Swastika, jaga sikap kamu mulai sekarang, jangan sampai kamu yang malu nantinya.”
Andhira bersidekap dada, meneliti wajah Arsenio yang seperti orang Eropa, “Saya gak pernah liat kamu, apa jangan-jangan kamu penguntit ya?”
Arsenio tertawa, “Saya? Penguntit? Kamu lucu ya ternyata,” ucapnya. Dia menunduk, memperhatikan kedua bola mata Andhira dalam membuat gadis itu bergeming, “Jangan bikin saya melakukan tindakan seperti yang kamu tuduhkan kepada saya ya, Andhira.”
Andhira menggeleng, menaikkan dagunya menantang, “Saya nuduh sesuai fakta. Kamu tau nama panjang saya, berarti kamu cari tau tentang saya, kan?”
Arsenio mengangguk santai, “Lagian yaa, saya gak ada waktu buat jadi penguntit. Waktu saya itu berharga,” ucapnya. Dia menegakkan kembali tubuhnya dan tersenyum kepada Andhira.
Andhira berdecak, dirinya menggeser ke kanan, tetapi Arsenio melakukan hal yang sama. Andhira ke kiri, Arsenio ke kiri. Dia kesal dengan Arsenio yang memang sengaja memancing emosinya.
“Siapapun kamu, saya gak perduli. Minggir!”
Arsenio memegang pergelangan tangan Andhira, “Saya mau buat kesepakatan sama kamu,” ucapnya. Andhira menaikkann sebelah alisnya, dia bingung dengan Arsenio.
“Buat apa? Keuntungan saya apa?”
Arsenio tersenyum manis, “Banyak keuntungan buat kita berdua.”
Andhira menarik tangannya agar terlepas dari cengkraman Arsenio, tetapi tidak semudah yang dibayangkan. “Lepasin atau saya teriak karena kamu melakukan kekerasan sama saya?”
Arsenio mengangguk, “Buat kesepakatan sama saya, atau saya tarik kamu ke kelas buat ikut kelasnya pak Yudi?”
“Kamu gak berhak maksa saya.”
Arsenio terkekeh, dia menarik Andhira untuk mendekat, tidak ada jarak dengannya dan Andhira. “Kamu itu tanggung jawab saya mulai saat ini. Jadi, kamu gak bisa seenaknya bertindak tanpa persetujuan atau sepengetahuan dari saya.”
Andhira melebarkan kedua matanya, tetapi di tahan oleh Arsenio, dia berdecak, “Kamu siapa sih?”
Arsenio tersenyum manis, dia mendekatkan wajahnya kepada Andhira, meneliti wajah cantik yang dimiliki oleh Andhira, walaupun tanpa polesan makeup. Sedangkan Andhira mengatur jantungnya yang berdegup dengan kencang.
“Sampai bertemu dilain waktu, Maheswari Andhira Swastika.”
***
“Kamu kenapa sihh? Daritadi aku perhatiin kok kaya kesel gitu.”
Darwis Kusuma atau biasa dipanggil Darwis, sahabat dari Andhira. Dia dan Andhira saat ini sedang berada di gazebo fakultas Ilmu Komunikasi, hanya berdua. Sedangkan Andhira hanya bergeming dengan wajah yang kesal.
“Aku itu lagi kesel banget-banget,” ucap Andhira, dia menatap Darwis yang sedang mengepulkan asap ke udara.
“Kenapa?”
Andhira membenarkan posisinya, duduk bersila menatap Darwis, “Aku tadi kan cabut dari kelas, terus pas diparkiran, aku ketemu sama cowo, ganteng tauu. Tapii ngeselin, rasanya tuhh mau aku cakar aja mukanya yang tengil.”
Darwis menaikkan sebelah alisnya, “Anak sini juga?” tanyanya, dijawab dengan gelengan kepala.
“Aku gak tauu, tapi aku inget orangnya. Nanti kalau ketemu yaa aku kasih tau.”
Darwis bergumam, dirinya menaruh rokok elektrik di lantai beralaskan kayu yang sudah dicat menjadi aesteutik. Dia menatap dalam sahabatnya yang sudah bersama dari masih bayi.
“Kamu gak suka sama cowo tadi, kan?” tanya Darwis, membuat Andhira menyemburkan air mineral yang sedang diteguk.
Gadis itu menatap Darwis dengan mengerjapkan mata satu kali, “Kamu bilang apa, Dar? Suka? Gakk lahh, aku gak mungkin suka sama dia. Bukan level akuu.”
Darwis tersenyum menggoda, “Oh iya? Kamu tadi bilang kalau dia itu tadi ganteng, kamu kan sukanya sama yang ganteng-ganteng.”
Andhira menggeleng, “Gak seratus persen. Buktinya kamu ganteng, tapi aku gak suka sama kamu. Berarti kan itu hoax dan kita gak boleh percaya sama hoax,” ucapnya, diakhiri dengan tertawa.
Darwis bergumam, “Menurut kamu, cowo yang kamu tabrak tadi itu seumuran sama kita? Atau dia di atas kitas?” tanyanya. Andhira bergeming, dirinya kembali membayangkan wajah Arsenio yang hampir mendekati kata sempurna.
Gadis itu menggeleng, menghilangkan wajah Arsenio yang memang mempesona, “Gak tauu. Aku gak merhatiin wajah dia.”
Darwis menangguk, percaya dengan apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu. Tidak lagi menanyakan atau membahas kejadian yang menimpa Andhira tadi pagi, bisa dikatakan gadis itu sedang tidak beruntung.
Hening, keduanya sibuk dengann fikiran masing-masing. Suasana lantai dasar fakultas Ilmu Komunikasi membuat mereka semakin larut dalam fikiran. Andhira kembali membayangkan perdebatan antara dirinya dan Arsenio.
Wajah Arsenio kembali hadir di fikirannya, tetapi Andhira tidak ingin menghilangkan bayangan tersebut, bahkan gadis itu terhanyut, seperti sedang menonton kembali film yang sudah dia tonton sebelumnya.
“Andhira,” panggil Darwis, tetapi tidak membuat Andhira kembali ke kehidupan nyata, membuat Darwis tersenyum jahil.
“Ehhh ada cowo ganteng yang ngeliatin kamu, Dhir,” ucap Darwis, membuat Andhira menoleh, Sedangkan Darwis tertawa melihat respon dari Andhira.
“Kamu ngerjain aku?” tanya Andhira tertahan, sahabatnya itu hanya tertawa. “Tau ah, aku males sama kamu.”
“Kamu itu aku panggil daritadi, malah gak nyaut. Giliran cowo ganteng aja langsung ada respon. Jujur aja sama aku, kamu jatuh cinta sama itu cowo, kan?”
Andhira menggeleng dengan tegas, “Gak yaa. Daripada bahas aku, mending bahas kamu sama Caca. Kamu gak ikut kelasnya Caca?” tanyanya. Darwis menggeleng, dia mengepulkan asap ke udara.
“Kelasnya Caca itu cewe semua. Gak mau lah akuu, nanti sih Caca kesel sama aku kalau ada yang genit. Padahal ya aku kan gak ada genit sama mereka,” ucap Darwis, membuat Andhira tertawa.
“Caca itu kan cemburuan, makanya kamu gak usah berulah. Kalau kalian putus, kamu yang rugi.”
Darwis mengangguk, “Ya makanya, untung aja dia percaya kalau kamu itu penyuka sesama jenis,” katanya, diakhiri dengan tertawa.
Andhira mendelik, “Kurang ajar emang. Aku masih normal tauu.”
“Oh iya? Buktinya sama cowo yang kamu bilang ganteng aja kamu gak suka. Jadi, aku sebagai sahabat kamu juga meragukan, Dhir. Kecuali, kamu kenalin pacar kamu itu ke aku, baru aku percaya kamu itu normal.”
“Kalau aku punya pacar, motor kesayangan kamu itu buat aku yaa?” tantang Andhira, diangguki oleh Darwis.
“Dalam waktu satu bulan, kalau kamu gak punyar pacar, aku percaya rumor yang beredar, kalau kamu itu penyuka sesama jenis.”
“ARE YOU CRAZY, DARWIS KUSUMA?” teriak Andhira, benar-benar terkejut dengan tantangan yang diberikan oleh sahabatnya. Bayangkan, darimana dia bisa punya pacar dalam waktu satu bulan?
Darwis menaikkan sebelah alisnya, “Gak bisa? Gapapa kok, batalin aja. Kan motor aku aman jadinya,” ucapnya diakhiri dengan terkekeh.
Andhira bingung, menyanggupi atau tidak tantangan dari Darwis? Tetapi, kalau dia menyerah begitu saja, harga dirinya jatuh.
“Oke. Dalam satu bulan aku bisa punya pacar, motor sport kesayangan kamu itu buat aku.”
---
“Nempel teruss. Awas awass, ngalangin jalann.” Andhira yang kesal kepada Garaga pun menendang tulang kering laki-laki dihadapannya saat ini, baru kemarin Garaga bersikap diluar nalarnya, kini kembali ke setelan pabrik. Arsenio yang berdiri di sisi kanan Andhira pun menepuk lengan tunangannya. “Aku tuh kemarin kaya bukan ketemu sama kamu. Jangan-jangan, kemarin itu kembaran kamu, kan?” tanya Andhira dengan penuh curiga, karena memang berbeda Garaga yang hadir di acara lamarannya dengan Garaga yang ada dihadapannya saat ini. “Enak aja, itu aku tau. Mode kalem, karena kamu mode kalem,” ucap Garaga, membuat Andhira menaikkan sebelah alisnya. Bingung dengan apa yang dikatakan oleh Garaga. “Aku daritadi kalem padahal, kok bisa-bisanya? Jangan salahin aku kalau jambul kamu longsor dalam waktu sekejap,” ancam Andhira, dan dia melihat Garaga melangkah mundur agar tidak terkena sasarannya. Arsenio hanya menggelengkan kepala melihat tingkah tunangannya yang memang berbeda dari hari kemarin
“Aku tidak menyangka, ternyata yang menjadi calon suaminya Andhira itu Arsenio. Pria yang pernah aku tidak restui karena memiliki anak.” Papih hanya mengabaikannya, melepaskan genggaman tangan Mamih dan menggantikannya dengan rangkulan di pinggang. Keduanya melangkahkan kaki keluar dari pagar rumah untuk menyambut kedatangan keluarga Arsenio. Reno ditunjuk untuk menjadi MC di acara lamaran sahabatnya itu memakai pakaian batik, jujur saja jika bukan permintaan dari Andhira, dirinya tidak berdiri di sini, tetapii berdiri dibelakang bersama dengan Darwis,, Garaga, Kalvin dan Zavian. Dirinya saat ini berdiri di dekat di sisi kanan Papih. Arsenio berada di tengah, sisi kanannya terdapat Amanda dan Mommy, sedangkan di sisi kirinya terdapat Daddy. Nenek dan Kakek dari Amanda ikut hadir, bahkan sudah tiba di Nusantara dari satu minggu yang lalu. Saat Arsenio mengabarkan akan melamar seseorang perempuan. “Selamat datang, Tuan Daniel dan Nyonya Elizabeth,” sapa Papih kepada kedua oran
“Ini kamu sendiri yang desain?”Andhira menatap Arsenio, dan kekasihnya itu mengangguk. Sebuah foto menarik atensinya, sebuah maxi dress bersiluet A yang memiliki panjang hingga semata kaki dan lengan tranparan. Motif bunga, dan berwarna biru.“Kamu suka? Atau ada yang mau kamu tambahin?” tanya Arsenio, saat ini mereka sedang berada di butik milik Tante Kir, tanpa Amanda.Setelah satu hari kemarin menghabiskan waktu bersama, hari ini adalah waktunya Arsenio dan Andhira menyiapkan acara untuk lamaran, tidak bukan seserahan, tetapi pakaian. Permintaan Andhira mengenakan dresscode couple pada saat acara lamaran nanti.“Mas Arsen desain juga buat pakaiannya?” tanya Andhira, diangguki oleh Arsenio. Kekasihnya itu menggeser foto lain. Tante Kir hanya terdiam memperhatikan kedua pasangan yang sedang diskusi.Andhira menatap serius foto tersebut, lalu berkata, “Jelek. Gak usahh. Mas Arsen pake kemeja warna biru aja.”Arsenio mendelik, “Aku desain itu biar sama kaya punya kamu. Katanya mau c
“Aku belum ngeliat Amanda sebahagia itu.”Arsenio memperhatikan Amanda yang sedang bermain pasir di depan sana, hanya seorang diri. Sedangkan dirinya duduk tiga langkah dari posisi Amanda saat ini, bersama dengan Andhira yang memfokuskan atensi hanya kepada Amanda.“Oh iya? Dia juga tadi bahagia banget pas denger kalau aku sama kamu mau lamaran,” ucap Andhira, menoleh ke sisi kirinya dan tersenyum kepada Arsenio.Arsenio menoleh, tersenyum manis kepada kekasihnya dan kembali menatap Amanda yang sedang berusaha membangun istana dari pasir.“Keinginan dia dari pertama kali ketemu sama kamu, ya ngejadiin kamu sebagai mamihnya. Udah lama gak punya mamih, terus harapan dia cuma kamu.”Andhira bergumam, memfokuskan atensinya hanya kepada Amanda. Gadis cilik yang selalu mengganggu hari-harinya, sering datang ke kampus untuk bertemu dengannya, dan bahkan dia tidak tahu kalau Amanda itu anak dari Arsenio, dosen pembimbing akademiknya yang baru.“Aku sampe sekarang masih gak percaya sihh. Kaya
“Kamu jangan kaya gitu lain kali. Gak baik, apalagi ada ibunya, nanti beliau kesinggung, gimana?”Amanda hanya bergeming mendengarkan apa yang diucapkan oleh Andhira dari sejak mereka di sekolah dan saat ini dalam perjalanan menuju rumah.“Iya, maaf. Lagian aku kesel sama Angga, dia di dalam kelas aja ngisengin aku. Jadinya, mau ngehindar aja kalau keluar kelas,” ucap Amanda, lebih membela diri sendiri.Andhira menoleh sekilas, lalu kembali fokus menyetir. Dirinya mengerti, dan pernah melakukan hal yang sama seperti yang Amanda lakukan. Tahu akhirannya seperti apa? Orangtua sih pelaku pengganggu menyuruh Andhira untuk meminta maaf.“Aku pernah di posisi kamu, digangguin sama lawann jenis. Aku yang minta maaf, tapi aku dibilang gak sopan, orangtuanya gak terima malah minta aku buat ngebantu anak mereka dalam ngerjain tugas,” ujar Andhira, membuat Amanda menoleh dan memicingkan mata.Jujur saja, Amanda antara percaya dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Andhira. Sedikit ke
“Kok baru keliatan lagi, Jeng?” Andhira tersenyum kepada Ibu Angga yang duduk di sisi kanannya. Mereka saat ini sedang duduk di kursi yang terletak dipinggir dekat dengan taman bermain yang ada di sekolah Amanda. “Iya, Bu. Kemarin-kemarin sibuk mengerjakan tugas yang dikasih dosen,” jawab Andhira, berusaha untuk sopan kepada Ibu Angga, dan berusaha untuk tidak menyinggung Ibu Angga. “Oh iya. Jeng Andhira kan sedang kuliah. Lancar yaa jeng kuliahnya? Harus dong, biar cepet dapet gelar. Terus fokus merawat Amanda,” balas Ibu Angga, ditanggapi dengan senyum manis dari Andhira. “Anaknya semakin lucu ya, Bu,” ucap Andhira diakhiri dengan terkekeh, dia kembali mengingat tingkah Angga tadi pagi sehingga membuat Amanda ngambek tidak ingin masuk kelas. Ibu Angga menyengir malu, dirinya merasa bersalah karena putranya, membuat Andhira harus membujuk Amanda untuk masuk kelas dan mengikuti pelajaran hari ini. Diluar prediksinya, dan membuatnya mengingat kembali sifat yang dimiliki oleh Angga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments