Share

Chef - 5

Penulis: LucioLucas
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-23 15:00:54

Sepertinya, hari ini adalah hari tersial Renata. Terlambat masuk kerja dan salah masuk ruang ganti pakaian. Belum lagi, otaknya kini mulai kotor karena pemandangan perut kotak-kotak Arjuna yang tak bisa dia hindari.

Walau akhirnya, dia memang mengalihkan wajah namun Arjuna pasti terlanjur menyadarinya, bahwa dia terpana pada tubuh indah pria itu. Dan mungkin, Arjuna akan segera memnecatnya karena memperkejakan karyawan berotak mesum.

Sejujurnya, Renata merasakan hal aneh, sikap Arjuna sedikit berbeda. Sejak insiden terkena minyak panas itu, perilaku Arjuna berubah drastis terhadapanya ya, walaupun nada bicaranya masih datar dan sedingin es. Tetapi, Renata dapat melihat bahvwa pria itu peduli kepadanya, mulai dengan menanyakan kondisi tangannya pasca insiden itu, hingga malam tadi Arjuna mengajaknya pulang bersama, yang justru ditolak Renata mentah-mentah. Bukan berarti Renata menolak rezeki, hanya saja dia merasa hal itu tidak pantas.

Seperti siang ini, Renata tidak memakan apapun saat istirahat siang, padahal Imelda sudah susah-payah membawanya, namun Renata tidak berselera bahkan untuk menyentuh makanan itu. Dia lebih memilih untuk membenamkan kepalanya ke kedua lengannya yang terlipat di atas meja.

Frustasi? Jelas saja, dia sangat frustasi, apalagi bayangan perut kotak-kotak dan senyuman Arjuna mulai berkeliaran di pikirannya saat ini. Benar kata Imelda, sosok Arjuna mampu membuat siapapun menjadi horny. Renata menolak percaya, tapi itu memang terjadi padanya sekarang.

"Re," panggil Imelda yang mulai sebal melihat tingkah laku bodoh wanita itu.

"Hhmmm..." Yang dipanggil malah membalas dengan dehaman acuh tak acuh.

"Re... Re... Keiii!" Kini Imelda menggerak-gerakkan tubuh Renata dengan kasar. "Cepat lu lihat."

"Apaan, sih, Del?" Renata mendongak dan melihat Imelda yang termangu menghadap pintu kantin.

Refleks, Renata pun melihat ke arah yang ditunjuk Imelda, pada pintu masuk kantin dan matanya langsung membulat sempurna. Jantungnya juga kembali berdebar tanpa bisa dia cegah. Sosok Arjuna kini tengah berjalan santai memasuki kantin dan mengambil makanan khusus karyawan. Bahkan si ibu kantin pun terkejut, karena ini pertama kalinya seorang Arjuna mengunjungi kantin. Ada apa sebenarnya?

Imelda mendekatkan wajahnya pada Renata dan berbisik, "Kejadian langka, seorang Pak Arjuna masuk sini."

Tak cuma mereka saja yang terkejut, seluruh karyawan yang ada di sana pun memiliki pikiranyang sama.

"Pak Arjuna tumben ke sini?" tanya sang ibu pengurus kantin karyawan - Karmila.

Arjuna tak menjawab dan hanya melemparkan senyum kepada wanita itu, lalu berjalan untuk mengisi piringnya, meletakkan aneka lauk yang tersedia.

Tiga. Tiga kali Renata melihat senyum Arjuna, senyum yang memberikan gelenyar bahagia pada sekujur tubuhnya. Coba saja, jika Arjuna lebih sering tersenyum daripada memasang tampang galak dan dingin, tentu suasana dapur tidak akan begitu tegang.

Dan bisa jadi, ini akan menjadi hobi baru Renata, yaitu; menghitung berapa kali Arjuna tersenyum.

"Dan satu lagi, gue nggak nyangka kalau Pak Arjuna punya senyuman yang ah... gue horny nih, Re," ucap Imelda pelan dan gemas.

Ketika melihat Arjuna yang sudah selesai mengambil jatah makan siangnya, tatapan mereka buru-buru diarahkan kembali pada makanan.

Imelda yang pura-pura sibuk dengan melahap suap demi suap nasinya, sedangkan Renata hanya melihat nampan makanannya dengan tak berselera, dia hanya memainkan sendoknya.

"Boleh saya duduk di sini?" Lalu suara Arjuna memecah, membuat keduanya mendongak untuk menatap pria yang sedang berdiri di samping meja mereka. "Saya lihat, cuma tempat duduk di sini yang masih kosong."

"Oh iya Pak, silakan. silakan," jawab Imelda dengan semangat yang menggebu-gebu dan bergegas menggeser posisi duduknya.

Sumpah! Renata tidak bisa fokus saat ini.

Masalahanya, Arjuna duduk tepat di hadapannya, dan tentunya dengan wajah pria itu yang... ah sudahlah... Renata bahkan sudah kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan sosok Arjuna.

"Pak Arjuna..." panggil Imelda yang berada tepat di samping pria itu.

"Iya?" Arjuna menoleh ke Imelda sekilas, lalu kembali pada aktivitas makannya.

"Kalau aja Pak Arjuna tiap hari senyum kayak yang ke Bu Karmila tadi, mungkin dapur nggak terlalu tegang." ucap Imelda dengan malu-malu dan dengan kekehan pelan.

Sontak saja itu membuat Renata yang sedari tadi menunduk kini mendongakkan kepala dan memoloti Imelda.

Bagaimana kalau pria itu menjadi marah? Lalu dia kembali lagi menunduk ketika dua pasang mata Arjuna menatapnya sekilas.

"Oh ya?" Arjuna menaikkan satu alisnya seraya menatap Imelda.

Drrtt...drrtt...drrtt

Getaran pada ponsel Imelda membuatnya langsung menyambar benda yang berada di atas meja. Renata tahu, itu pasti pacar wanita itu. "Halo?" sapanya ketika mengangkat panggilan tersebut.

"Oh iya, aku lupa. Kamu tunggu di pintu belakang, aku ke sana sekarang." Imelda pun mengakhiri sambungan telepon, lalu beranjak berdiri dari duduknya. "Pak, saya permisi dulu. Re, gue duluan ya. Ini si Tio, nanyain jaketnya yang kemarin dipakaimsama gue."

"Lo tinggalin gue sendiri, Del," keluh Renata sambil menatap Imelda yang sudah berdiri.

"Kan lo sama Pak Arjuna berdua. Udah ah, gue pergi dulu, ya."

Imelda pun berlalu begitu saja, tanpa memperdulikan Renata yang dibuat kaku ketika harus berhadapan dengan pria yang masih menyantap makan siangnya itu. Lalu hening.

Renata mengutuk dirinya sendiri karena bisa-bisanya dia kembali memikirkan sosok Arjuna di ruang ganti tadi. Renata juga membayangkan bagaimana kedua tangannya menyentuh perut sixpack Arjuna dan memberikan ciuman pada dada bidangnya, lalu Renata membayangkan jika dia...

Stop it, Renata! Bisa-bisanya otak lo kotor, di saat orangnya ada di hadapan lo.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 53

    Renata menatap dirinya sendiri pada pantulan cermin yang ada di ruang ganti. Tubuhnya sudah terbalut oleh busana pernikahan hasil rancangan Anne. Masih dengan veil yang belum menutupi wajahnya, Renata terus saja menatap dirinya sendiri. Renata tidak percaya, bahwa sebentar lagi, dia akan menjadi istri dari seorang Arjuna Tunggajaya Nuraga. Dan tentu saja, namanya akan berubah menjadi Renata Deanita Tunggajaya Nuraga. Panjang sekali memang, tetapi Renata menyukainya.Tok...tok..tokSuara ketukan dan decitan pintu membuat Renata menoleh ke belakang. Dilihatnya Imelda yang sudah tampak cantik dengan balutan dress tosca panjang dan rambut yang tergerai indah. Sahabatnya itu akan menjadi penggiring mempelai wanita."Yang sebentar lagi bakalan jadi Nyonya Nuraga, lagi deg-degan ya?" ucap Imelda seraya melangkahkan kaki mendekati Renata, lalu memegang kedua bahu Renata.Renata tersenyum samar, berusaha menutupi rasa gugupnya, tetapi gagal."Lo nggak usah

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 52

    "Dua bulan yang lalu, aku nyaris buat kamu sengsara. Aku telah menyakiti kamu saat itu. Aku nggak tau harus bagaimana, mendengar kamu menangis membuat hatiku sakit. Aku bodoh, ya? Udah membuat kamu menangis.""Sayang..." Renata mengusap pipi Arjuna sekilas. "Nggak usah menyalahkan diri sendiri. Aku bahagia karena kamu kembali padaku. Kamu ada di sini sekarang, itu yang terpenting. Jadi, kita nggak perlu bahas masalah itu lagi, oke?"Arjuna mengangguk."Bae, aku janji nggak-""Udah," potong Renata cepat. "Aku udah nggak percaya sama janji kamu. Dulu kamu janji nggak akan ninggalin aku, tapi buktinya kamu hampir pergi selamanya. Kamu juga janji nggak akan buat aku nangis, tapi nyatanya kamu selalu buat aku nangis."Re,""Aku nggak percaya janji kamu lagi. Tapi, aku percaya kalau kamu akan selalu berusaha ada dan selalu menjagaku dengan cinta yang kamu berikan.""Jadi," Renata menarik tangannya yang sedang digenggam oleh Arjuna. Kemudian

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 51

    Sayang, bangun. Saya mohon sama kamu, tolong bangun..Suara itu sudah tak asing lagi, sangat familiar. Suara yang selama ini selalu membuatnya nmerasa tenang dan bahagia.Kamu bilang akan merasa bersalah jika saya nangis. Arjuna, saya lagi nangis sekarang, jadi kamu buka, ya, mata kamu.Dia mencoba untuk membuka mata, tapi apalah daya, dia tak sanggup. Dadanya terasa semakin sesak saat mendengar wanita itu menangis. Dia juga ingin menangis, tetapi tak bisa. Tubuhnya selalu saja menolak jika dia ingin berusaha. Kegelapan semakin dalam menyelimuti dirinya. Seakan-akan berada di dasar Samudra yang paling dalam dan sulit untuk mencapai ke atas. Berusaha berenang tetapi tak bisa. Tak ada yang bisa dia lakukan selain berdiam.Dia terus saja mendengar Renata menangisi dirinya. Dia ingin sekali nembuka mata dan mengatakan pada Renata bahwa dia merasa bersalah. Tangisan Renata membuat hatinya menjerit sakit. Renata hanya ingin dia bangun, tapi ke

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 50

    Setelah menemui Anne, selanjutnya Renata bertemu Ivan wedding organizer yang akan mengurusi pernikahannya nanti. Saat Renata memasuki kantor pria itu, dilihatnya Ivan sedang memegang secangkir kopi dari kedai kopi ternama di Indonesia."Hai..." sapa Ivan sembari mengulurkan tangan kanannya."Hai juga, Van." Renata menerima jabatan tangan Ivan sambil tersenyum hangat.Pria itu langsung mempersilahkan Renata duduk. Bahkan, dia sudah memesankan Renata coffee latte, kopi favoritnya."Jadi, gimana, Ren?" tanya Renata seraya mengambil cangkir dan menyesap cofee latte-nya."Semuanya udah beres. Undangan sudah, alat dan bahan dekorasi pun udah, kateringnya juga sudah siap.""Untuk pelunasan sisa biaya, kira-kira kapan?" tanya Renata."Seminggu sebelum hari pernikahan," balas Ivan yang diikuti dengan anggukan kepala Renata. "Eh, kok sendiri ke sininya? Mana calonnya?""Sibuk kerja, dia masuk siang. Jadi, nggak bisa temenin saya ke sini.

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 49

    Tuhan, kenapa kau bawa dia pergi sebelum aku benar-benar bahagia?Kenapa kau jauhkan dia saat aku ingin selalu dekat dengannya?Kenapa kau buat dia menjadi pria berengsek yang ingkar pada janjinya?Apa salah aku, Tuhan?Hingga kau membuatku seperti ini.Dia,Hanya dia satu-satunya yang membuatku bahagia.Setiap kata dan tindakan kecil yang dilakukannya selalu membuatku bahagia.Senyum, tawa, dan tangisnya sudah menjadi temanku selama ini.Tuhan,Jika aku boleh minta, tolong kembalikan dia.Atau,Jika kau tak bisa nengembalikannya...Tolong sampaikan padanya bahwa aku rindu...Dari Renata yang selalu merindukan pria bernama Arjuna.☆☆☆☆☆Dua bulan kemudian...Renata baru saja meletakkan sebuket bunga di atas salah satukuburan di pemak

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 48

    Tiga hari berikutnya kondisi Arjuna masih sama. Masih koma, sepertinya pria itu masih menolak untuk bangun. Renata yang sudah rapi dengan chef jacket-nya berdiri di samping ranjang Arjuna. Tidak ada pilihan, dia harus kembali bekerja untuk menggantikan posisi Arjuna. Namun, Renata tak pernah absen menemani Arjuna sebelum dan sepulang kerja."Sayang.." Renata mengusap puncak kepala Arjuna. "Saya kerja dulu, ya? Kamu jangan kayak kemarin."Renata berjalan keluar dan mendapati Ayah Arjuna sudah siap menggantikannya. Setelah berpamitan, dengan berat hati, Renata terpaksa pergi ke hotel. Jujur saja, semuanya terasa salah tanpa kehadiran Arjuna, tapi bekerja akan membantu Renata tetap waras. Dia juga tidak ingin lagi terpuruk menangis, itu tidak akan membantu dirinya sendiri dan juga Arjuna."Selamat pagi," sapa Renata yang dibalas dengan sapaan serta senyuman oleh karyawan lain.Imelda juga merasa senang karena Renata berusaha keras untuk bersikap nor

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status