Share

Chef - 7

Author: LucioLucas
last update Last Updated: 2024-09-04 17:12:06

‘Jangan lupa rotinya dimakan, obatnya juga. Get well soon, Arjuna.’

Ketika melihat nama yang tertera pada kertas tersebut, jantung Renata langsung saja berdebar kencang dan hatinya berbunga-bunga.

Senyumnya mengembang dan tak henti-hentinya dia menatap secuil kertas yang Arjuna selipkan itu. Kemudian Renata meraih, roti sobek, membuka bungkusnya, lalu mulai memakannya dengan lahap. Tak ingin menyisakan sedikitpun, karena itu merupakan pemberian dari orang yang dia sukai.

Ya, Renata akui dia mulai tertarik dengan sosok Arjuna. Walaupun pria itu selalu bersikap dingin dan datar, tetapi itulah daya tarik pria itu, daya tarik yang membuat Renata semakin menyukai atasannya tersebut.

Kemudian, diraihnya botol air mineral. Semua dia lahap hingga habis, kecuali minyak kayu putih yang dia masukkan ke dalam saku chef jacket-nya, bersama dengan secuil kertas beriskan tulisan tangan Arjuna.

Ketika dia melirik jam pada dinding, Renata terkejut karena jarum pendek sudah bergerak ke angka tujuh.

"Hah!? Selama itukah gue pingsan?" ucap Renata pada dirinya sendiri. Tak tinggal diam, dia langsung saja turun dari ranjang dan bergegas kembali ke dapur.

Untung saja rasa pusingnya sudah hilang. Dan Renata juga baru ingat jika hari ini dia harus lembur, ada event besar yang akan berlangsung mulai besok di ballroom utama. Tidak ada waktu untuk bersantai-santai.

Begitu sampai di dapur, dia disambut dengan suasana hiruk pikuk dan aroma masakan yang bercampur udara panas. Teriakan terdengar dari sana-sini karena jam makan malam sedang berlangsung. Tidak ada yang mempedulikan Renata yang berjalan masuk, semua sibuk dengan tugas masing-masing.

Mata Renata dengan cepat menemukan sosok Arjuna, dan dengan dada yang sedikit berdebar, dia berjalan mendekat pria itu. Bagaimanapun, Renata harus mengucapkan terima kasih dan memberitahu pria itu bahwa dia sudah siap kembali bekerja.

"Pak..." panggil Renata pada Arjuna yang sedang fokus membuat chocolate lava, dan sama sekali tidak menoleh pada Renata yang sudah berada di sampingnya. "Makasih untuk roti dan air mineralnya. Saya sudah baikan."

"Harusnya kamu pulang, Re, hari ini kamu nggak usah lembur." Walaupun Arjuna terkesan dingin, tapi Renata tidak peduli, senyum terukir di bibirnya. Kata-kata itu sudah cukup, sebentuk perhatian pria itu untuknya.

"Ah, saya sudah agak baikan, Pak. Saya nggak enak kalau pulang, padahal saya baru kerja di sini."

Arjuna tak menjawab dan Renata kembali pada kerjaannya.

Karena besok, acara meeting akan digelar dari pagi hingga malam selama tiga hari berturut-turun dan banquet order sudah diterima, maka Arjuna dan Renata menghabiskan banyak waktu untuk saling berdiskusi.

Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 21.00, dan semua persiapan sudah hampir selesai. Bahan makanan, aman. Resep, aman. Staf yang akan bertugas, aman.

Para staf sudah pulang dan hanya tinggal tiga orang yang akan bertugas untuk shift malam. Renata sedang bersiap-siap ketika Arjuna memanggilnya, membuat jantungnya hampir copot seketika.

"Re, saya duluan, ya."

"Baik, Pak." Renata mengangguk, tetapi Arjuna sudah menghilang begitu saja.

Giliran Renata pulang ketika dia selesai bersiap-siap. Dia menghela napas lega dan merasa senang karena badannya tidak lagi pegal dan tubuhnya tidak lagi terasa sepanas tadi.

Ketika sedang berjalan menuju ruang ganti, samar-samar dia telinganya menangkap suara petikan biola yang menyayat, yang kian lama terdengar kian jelas seiring ketika Renata melangkah semakin dekat.

Renata tidak bisa menahan rasa penasarannya dan mengintip melalui celah pintu ruang ganti pria yang terbuka, memeriksa siapa yang sedang memainkan alat musik mendayu sendu itu. Dan suara musik itu seakan menariknya mendekat. Dan Ketika menemukan sosok yang sedang duduk membelakanginya, Renata tersentak.

Renata merasa bodoh untuk sejenak. Suara itu tidak berasal dari alat musik yang dimainkan, tetapi instrumental yang dimainkan melalui ponsel. Dan pemilik ponsel itu adalah Arjuna. Aduh! Dia ketahuan lagi masuk ke ruang ganti oleh pria yang sama.

"Pak... Pak Arjuna?"

Sosok itu sudah memutar tubuhnya dan mematikan music tersebut. "Renata?"

"Bapak masih di sini? Saya kira.. Pak Arjuna sudah pulang."

Renata buru-buru berbicara untuk menutupi sikap salah tingkahnya.

"Saya lagi..." Arjuna berhenti sejenak, seolah mencari alasan. "Lagi istirahat sebentar. Kamu belum pulang?"

"Baru aja mau pulang, Pak." balas Renata.

Renata ditatap lekat-lekat oleh Arjuna, dan jelas saja itu membuat jantungnya berdebar sangat kencang. Apalagi tatapan Arjuna yang teduh membuat Renata merasakan seluruh tubuhnya membeku. Tangannya meremas apron yang berada dalam genggamannya, lalu perlahan dia mundur, mencari kesempatan untuk meninggalkan ruangan Arjuna. Tapi, pria itu mencegahnya.

"Temani saya sebentar, ya, Re? Saya butuh teman curhat," pinta Arjuna.

Renata membelalakkan kedua matanya, terkejut dengan permintaan Arjuna. Bahkan, dia menangkap kesan memohon dalam suara tersebut, tidak ada Arjuna yang dingin dan datar di dalamnya.

"Ma-maksud Pak Arjuna?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 53

    Renata menatap dirinya sendiri pada pantulan cermin yang ada di ruang ganti. Tubuhnya sudah terbalut oleh busana pernikahan hasil rancangan Anne. Masih dengan veil yang belum menutupi wajahnya, Renata terus saja menatap dirinya sendiri. Renata tidak percaya, bahwa sebentar lagi, dia akan menjadi istri dari seorang Arjuna Tunggajaya Nuraga. Dan tentu saja, namanya akan berubah menjadi Renata Deanita Tunggajaya Nuraga. Panjang sekali memang, tetapi Renata menyukainya.Tok...tok..tokSuara ketukan dan decitan pintu membuat Renata menoleh ke belakang. Dilihatnya Imelda yang sudah tampak cantik dengan balutan dress tosca panjang dan rambut yang tergerai indah. Sahabatnya itu akan menjadi penggiring mempelai wanita."Yang sebentar lagi bakalan jadi Nyonya Nuraga, lagi deg-degan ya?" ucap Imelda seraya melangkahkan kaki mendekati Renata, lalu memegang kedua bahu Renata.Renata tersenyum samar, berusaha menutupi rasa gugupnya, tetapi gagal."Lo nggak usah

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 52

    "Dua bulan yang lalu, aku nyaris buat kamu sengsara. Aku telah menyakiti kamu saat itu. Aku nggak tau harus bagaimana, mendengar kamu menangis membuat hatiku sakit. Aku bodoh, ya? Udah membuat kamu menangis.""Sayang..." Renata mengusap pipi Arjuna sekilas. "Nggak usah menyalahkan diri sendiri. Aku bahagia karena kamu kembali padaku. Kamu ada di sini sekarang, itu yang terpenting. Jadi, kita nggak perlu bahas masalah itu lagi, oke?"Arjuna mengangguk."Bae, aku janji nggak-""Udah," potong Renata cepat. "Aku udah nggak percaya sama janji kamu. Dulu kamu janji nggak akan ninggalin aku, tapi buktinya kamu hampir pergi selamanya. Kamu juga janji nggak akan buat aku nangis, tapi nyatanya kamu selalu buat aku nangis."Re,""Aku nggak percaya janji kamu lagi. Tapi, aku percaya kalau kamu akan selalu berusaha ada dan selalu menjagaku dengan cinta yang kamu berikan.""Jadi," Renata menarik tangannya yang sedang digenggam oleh Arjuna. Kemudian

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 51

    Sayang, bangun. Saya mohon sama kamu, tolong bangun..Suara itu sudah tak asing lagi, sangat familiar. Suara yang selama ini selalu membuatnya nmerasa tenang dan bahagia.Kamu bilang akan merasa bersalah jika saya nangis. Arjuna, saya lagi nangis sekarang, jadi kamu buka, ya, mata kamu.Dia mencoba untuk membuka mata, tapi apalah daya, dia tak sanggup. Dadanya terasa semakin sesak saat mendengar wanita itu menangis. Dia juga ingin menangis, tetapi tak bisa. Tubuhnya selalu saja menolak jika dia ingin berusaha. Kegelapan semakin dalam menyelimuti dirinya. Seakan-akan berada di dasar Samudra yang paling dalam dan sulit untuk mencapai ke atas. Berusaha berenang tetapi tak bisa. Tak ada yang bisa dia lakukan selain berdiam.Dia terus saja mendengar Renata menangisi dirinya. Dia ingin sekali nembuka mata dan mengatakan pada Renata bahwa dia merasa bersalah. Tangisan Renata membuat hatinya menjerit sakit. Renata hanya ingin dia bangun, tapi ke

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 50

    Setelah menemui Anne, selanjutnya Renata bertemu Ivan wedding organizer yang akan mengurusi pernikahannya nanti. Saat Renata memasuki kantor pria itu, dilihatnya Ivan sedang memegang secangkir kopi dari kedai kopi ternama di Indonesia."Hai..." sapa Ivan sembari mengulurkan tangan kanannya."Hai juga, Van." Renata menerima jabatan tangan Ivan sambil tersenyum hangat.Pria itu langsung mempersilahkan Renata duduk. Bahkan, dia sudah memesankan Renata coffee latte, kopi favoritnya."Jadi, gimana, Ren?" tanya Renata seraya mengambil cangkir dan menyesap cofee latte-nya."Semuanya udah beres. Undangan sudah, alat dan bahan dekorasi pun udah, kateringnya juga sudah siap.""Untuk pelunasan sisa biaya, kira-kira kapan?" tanya Renata."Seminggu sebelum hari pernikahan," balas Ivan yang diikuti dengan anggukan kepala Renata. "Eh, kok sendiri ke sininya? Mana calonnya?""Sibuk kerja, dia masuk siang. Jadi, nggak bisa temenin saya ke sini.

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 49

    Tuhan, kenapa kau bawa dia pergi sebelum aku benar-benar bahagia?Kenapa kau jauhkan dia saat aku ingin selalu dekat dengannya?Kenapa kau buat dia menjadi pria berengsek yang ingkar pada janjinya?Apa salah aku, Tuhan?Hingga kau membuatku seperti ini.Dia,Hanya dia satu-satunya yang membuatku bahagia.Setiap kata dan tindakan kecil yang dilakukannya selalu membuatku bahagia.Senyum, tawa, dan tangisnya sudah menjadi temanku selama ini.Tuhan,Jika aku boleh minta, tolong kembalikan dia.Atau,Jika kau tak bisa nengembalikannya...Tolong sampaikan padanya bahwa aku rindu...Dari Renata yang selalu merindukan pria bernama Arjuna.☆☆☆☆☆Dua bulan kemudian...Renata baru saja meletakkan sebuket bunga di atas salah satukuburan di pemak

  • Jatuh Cinta Pada Chef Duda   Chef - 48

    Tiga hari berikutnya kondisi Arjuna masih sama. Masih koma, sepertinya pria itu masih menolak untuk bangun. Renata yang sudah rapi dengan chef jacket-nya berdiri di samping ranjang Arjuna. Tidak ada pilihan, dia harus kembali bekerja untuk menggantikan posisi Arjuna. Namun, Renata tak pernah absen menemani Arjuna sebelum dan sepulang kerja."Sayang.." Renata mengusap puncak kepala Arjuna. "Saya kerja dulu, ya? Kamu jangan kayak kemarin."Renata berjalan keluar dan mendapati Ayah Arjuna sudah siap menggantikannya. Setelah berpamitan, dengan berat hati, Renata terpaksa pergi ke hotel. Jujur saja, semuanya terasa salah tanpa kehadiran Arjuna, tapi bekerja akan membantu Renata tetap waras. Dia juga tidak ingin lagi terpuruk menangis, itu tidak akan membantu dirinya sendiri dan juga Arjuna."Selamat pagi," sapa Renata yang dibalas dengan sapaan serta senyuman oleh karyawan lain.Imelda juga merasa senang karena Renata berusaha keras untuk bersikap nor

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status