Juno terus menatapnya, lalu berdiri. “Aku pergi mandi dulu. Setelah minum, kamu baringan di dalam dulu.”Rose hanya mengiakan dengan perlahan.Setelah si pria memasuki kamar mandi, Rose baru menghela napas panjang. Dia sungguh merasa dirinya sangat tidak memiliki pendirian. Kenapa malah tunduk begitu saja?Obat sangat panas. Rose pun main gim sembari menghabiskan obat dengan perlahan. Ketika kepikiran dengan ucapan pria itu, dia dengan patuhnya berbaring di dalam ruangan.Rose memejamkan matanya. Selesai minum obat, perutnya pun terasa sangat nyaman. Seluruh tubuhnya juga terasa sangat nyaman.Tidak lama kemudian, Rose kedengaran suara Juno berjalan keluar kamar mandi. Dia duduk di samping ranjang sembari mengeringkan rambutnya. Bayangan tubuh tingginya menghalangi cahaya. Rose ditutupi oleh bayangan gelap. Dia melebarkan matanya dengan perlahan untuk melirik Juno sekilas, kemudian dia segera memejamkan matanya kembali. Pria itu membaringkan tubuhnya dan mematikan lampu.“Sudah tidur?”
Rose mencengkeram kemeja Juno. “Jangan akhiri panggilan aku tanpa sebab!”“Emm, oke!” balas si pria dengan suara rendah.Rose mengangkat kepalanya. “Bagaimana denganmu? Apa yang lagi kamu pikirkan?”Juno mengangkat tangannya untuk mengusap wajah Rose. Jari tangannya mengusap alis dan wajah Rose. “Aku lagi berpikir … gimana caranya agar kamu bisa segera mencintaiku? Kemudian, sepenuhnya melupakan orang itu!”Rose merasa syok. Sepertinya saat ini dia baru merasakan betapa tidak tenang hati Juno. Selama ini, Juno tidak pernah menunjukkan perasaannya, selalu bersikap tenang dan stabil, seolah-olah semua orang berada di bawah kendalinya. Selama beberapa hari ini, dia bahkan merasa hubungannya dengan Juno sudah ditetapkan oleh Juno. Namun hingga saat ini, Rose baru menyadari ternyata Juno juga bisa merasa takut.Rose diam-diam merasa gembira, tetapi dia tidak mengekspresikannya. Dia hanya menurunkan kelopak matanya dan berkata, “Kerjaanmu setiap harinya cuma mengomeliku saja, gimana aku bisa
“Emm?”Rose menggigit bibirnya sembari menurunkan kelopak matanya. Dia pun berkata dengan nada rendah, “Tadi aku ketemu Matthew!”“Siapa Matthew?” tanya Juno.“Teman sekolah Devin.”Nada bicara Juno menjadi datar. “Emm, apa katanya?”“Sepertinya aku sudah salah paham sama Devin.”“Salah paham apa?”“Waktu Hari Raya waktu itu, aku ketemu sama Ronald. Semua yang dia katakan sama aku itu bohong. Tadi Matthew sudah jelaskan kepadaku!”Rose menceritakan apa yang dikatakan Matthew tadi kepada Juno. Selama ini, Rose tidak bisa menyembunyikan apa pun dari Juno. Apalagi masalah ini sudah dipendamnya dari tadi, dia juga ingin mencurahkannya kepada orang lain.Setelah mendengar, Juno tidak berbicara sama sekali hingga Rose memanggil namanya. Juno baru berkata, “Jadi, bagaimana menurutmu? Setelah kamu sadar kamu salah paham dengan Devin, sadar kalau dia itu masih orang yang kamu kagumi, apa kamu sadar kalau kamu masih menyukainya?”Nada bicara Juno terdengar dingin dan tajam. Rose terbengong sejen
“Dia bilang dia keluar untuk ketemu klien. Seharusnya dia sudah pergi!” Matthew mengamati sekeliling lobi.Devin tidak mengatakan apa-apa, melainkan melanjutkan langkahnya.Matthew berkata, “Apa dulu si Rose suka sama kamu? Kenapa kalian tidak jadian waktu itu?”Kening Devin berkerut. Dia berkata dengan nada menyindir diri sendiri, “Dia terlalu baik. Aku tidak pantas untuk bersamanya!”Matthew mengamati ekspresinya, lalu segera berkata, “Sepertinya Rose sedikit salah paham sama kamu. Tadi aku sudah jelaskan sama dia. Aku yang melakukan hal bodoh itu, kamu cuma jadi kambing hitam saja!”Matthew sungguh merasa bersalah. “Kak Devin, aku benar-benar minta maaf sama kamu. Kalau ada kesempatan, aku pasti akan jelaskan kepada semua orang.”Devin menepuk pundak Matthew. “Semuanya sudah berlalu begitu lama. Jangan ungkit lagi. Aku tahu selama ini kamu terus merasa bersalah dan juga tidak melakukan kesalahan ini lagi. Semua itu sudah cukup!”Matthew berkata dengan rasa bersalah, “Kalau aku melak
“Aku sungguh minta maaf. Aku sudah merepotkan Kak Devin,” balas Matthew dengan merasa bersalah, “Aku benar-benar tidak menyangka, masih ada yang tidak melepaskan masalah yang sudah berlalu bertahun-tahun!”“Yang penting sudah nggak salah paham lagi!” Rose tersenyum datar. “Apa kamu sudah bertemu dengan Devin?”“Masih belum. Aku baru turun pesawat dari Kota Samuderang. Kak Devin lagi bertemu klien di hotel ini. Dia suruh aku tunggu dia di sini!” ucap Matthew dengan tersenyum, “Rose, sekarang kamu kerja apa?”“Desainer perhiasan,” balas Rose.“Hebat sekali!”“Nggak, kok. Semuanya juga cukup hebat selama bertahun-tahun ini!” Usai berbicara, ponsel Rose pun berdering. Dia menerima panggilan dari pasangan tadi. Rose pun berdiri. “Aku juga datang untuk bertemu klien. Aku mesti ke sana sekarang. Kalau kamu masih lama di sini, lain hari aku traktir kamu makan.”“Oke, aku pasti akan tinggal berhari-hari!” Matthew berdiri. “Kamu pergi sibuk dulu. Kita jaga kontak!”Rose saling bertukar nomor pon
Si pria melangkah maju dengan tersenyum. “Rose, apa kamu tidak kenal dengan teman sekolahmu lagi? Ini aku Matthew!”Kali ini, Rose baru kepikiran. “Kak Matthew!”Matthew adalah teman sekelas Devin dulu. Mereka berdua juga kenal saat kegiatan acara amal waktu itu. Setelah itu, dia pun sudah tamat duluan dan tidak pernah bertemu lagi. Itulah sebabnya Rose tidak mengenalinya tadi.Mengenai Matthew, mereka pernah mengungkitnya saat acara reuni pada Hari Raya waktu itu. Ronald memberi tahu Rose bahwa Devin telah merebut ide kegiatan amal dari Matthew. Siapa sangka, setelah berlalu lama, Rose malah bertemu dengan Matthew di Jembara.Matthew mengamati Rose. “Kamu masih sama cantik seperti dulu!”“Terima kasih!” Rose tersenyum, lalu bertanya, “Apa sekarang Kak Matthew juga tinggal di Jembara?”“Tidak!” Matthew tersenyum. “Aku bekerja di Kota Samuderang. Aku datang untuk urus sesuai dengan Devin. Di dalam teman sekolah kami, Devin yang paling hebat, makanya aku bertebal muka untuk kemari.”Rose