Share

Bab 13

Penulis: Musim Gugur
Akhirnya Sonia tahu alasan dibalik berhentinya para guru les bocah lelaki itu. Anak keluarga orang kaya tidak bisa diajar dengan menggunakan kekerasan. Jika dengan ucapan nasihat, maka mereka akan protes kita cerewet. Kalau membujuknya dengan ucapan manis, maka akan dikatakan kekanakan. Rasa tidak berdaya seperti itu membuat siapa pun akan menyerah.

Sonia bangkit dan melihat anak panah yang tergeletak di atas meja. Dia melirik papan panah kemudian melayangkan anak panah dalam satu gerakan dan mendarat tepat di bagian tengah!

Ketika anak panah ketiga masih mengenai bagian tengah papan panah, Tandy mengangkat wajahnya dan menatap dia dengan raut terkejut. Sonia mengambil anak panah dengan kedua tangannya, setelah itu dia melayangkan anak panah tanpa melihatnya di waktu yang bersamaan.

Kedua anak panah tersebut melayang dengan kecepatan yang sama. Dua buah anak panah tersebut menjatuhkan anak panah yang sebelumnya tertancap dan menggantikannya berada di posisi bagian tengah papan.

Tandy berdiri dan berjalan ke sisi Sonia. Dia menoleh ke samping dan menatap perempuan itu sambil bertanya, “Kamu pernah belajar?”

Perempuan itu hanya mengangkat alisnya tidak membantah. Tandy tampak tertarik dan langsung berkata, “Kalau gitu ajar aku juga!”

Sonia melipat kedua lengannya di depan dada kemudian menunjuk bagian meja belajar sambil berkata, "Aku akan mengajarimu setelah tugas kita hari ini selesai!”

Tandy mencibir dan berkata, “Kamu nggak bisa ganti cara lain?”

Sonia hanya mengangkat kedua bahunya sambil berkata, “Mau gimana lagi? Aku nggak mungkin berakhir diusir ketika datang ke rumahmu untuk kedua kalinya, bukan? Aku juga ada harga diri!”

“Sebenarnya aku juga bisa meminta Om aku untuk mengajariku. Dia jauh lebih hebat dibandingkan kamu!” balas Tandy.

“Kalau gitu sekarang kamu cari Om kamu, lihat dia mau mengajarkan kamu atau nggak,” jawab Sonia tidak takut. Kalau lelaki itu mau mengajari keponakannya, sudah pasti dia telah melakukannya sedari dulu. Tidak mungkin menunggu hingga saat ini.

Sebersit sorot terkejut terlintas di wajah Tandy. Dia tampak berpikir sesaat kemudian mengangguk dan berkata, “Ok, aku akan ikuti kemauan kamu untuk belajar. Tapi setelah itu, kamu harus mengajari aku memanah, bisa nggak?”

“Memanah?” ulang Sonia dengan kening berkerut.

Tandy terlihat sedikit puas dan berkata, “Nggak bisa, kan? Om aku juga sangat tepat sasaran dalam hal panah memanah!”

“Siapa yang bilang nggak bisa? Belajar dulu baru kita bicarakan!” jawab Sonia sambil melangkah menuju meja belajar.

“Bagaimana kalau kamu membohongiku? Melempar anak panah dan memanah merupakan hal yang sangat berbeda,” tantang Tandy meremehkan Sonia.

Sonia hening sesaat kemudian berbalik dan berkata, “Kalau aku bohong, aku yang akan panggil kamu Pak Guru!”

“Ok!”

Perempuan itu tersenyum lebar. Wajah putih mulusnya terkena sinar cahaya matahari yang terlihat sangat cantik dan indah.

Mungkin karena keluarganya memiliki gen yang bagus sehingga membuat Tandy menjadi sangat pintar. Bocah itu cepat dalam mempelajari suatu hal. Dalam waktu satu jam saja, mereka berdua telah selesai mengulangi semua pelajaran minggu ini dan sedang berdiri di taman rumput vila keluarga Herdian.

Tandy sudah memberi tahu bahwa dirinya ingin memanah sehingga pengurus rumahnya memerintahkan orang untuk mempersiapkan tempat dan segala peralatan. Papan sasaran yang bisa bergerak, alat panah, pelindung dan seluruh perlengkapan lainnya sudah disiapkan.

Bocah lelaki itu sudah mengenakan semua peralatan dan menatap Sonia dengan tatapan ragu. “Kamu bisa pegang alat panah? Jangan dipaksakan, belum telat kalau sekarang kamu mengaku kalah. Palingan kamu panggil aku Pak Guru saja, daripada kamu nanti malu!”

Sonia mengangkat ujung bibirnya dan berkata, “Menyerah sebelum mencoba baru merupakan hal yang memalukan!”

Dia mengambil alat panah dan mengambil posisi untuk memanah. Sonia menarik busur panah dan mulai membidik. Sudah cukup lama dirinya tidak pernah memanah. Dia memandangi papan target yang berada cukup jauh dari posisinya. Seketika seluruh ingatannya kembali berputar dan membuatnya tampak kehilangan fokus untuk sesaat.

Suara anak panah yang melesat dengan cepat terdengar dan dalam satu kedipan mata, anak panah tersebut tepat mengenai bagian tengah papan bidikan!

Tandy bersorak dan langsung berlari mendekatinya dan bertanya, “Bagaimana cara kamu melakukannya?”

“Gimana?” balas Sonia sambil tersenyum bangga.

“Ajarkan aku!”

“Boleh saja, tapi kamu harus janji sama aku kalau kamu akan belajar dengan rajin setiap aku datang ke sini. Nggak boleh malas!” tawar Sonia memanfaatkan kesempatan kali ini.

Selama ini bocah lelaki itu selalu ingin belajar memanah. Oleh karena itu, dia langsung menyetujuinya detik itu juga.

Reza berdiri dengan malas-malasan sambil bersandar pada tiang balkon lantai tiga yang menghadap taman rumput. Lelaki itu sedang menelepon seseorang dengan sorot pandangan yang mengarah pada dua orang yang ada di taman rumput.

Sonia berhasil membidik anak panahnya pada bagian tengah papan sasaran untuk yang kedua kalinya. Alis perempuan terangkat ke atas dengan bangga. Sinar mentari pagi menerpa wajahnya yang putih mulus hingga membuat perempuan itu terlihat sangat cerah.

Reza memutuskan sambungan telepon tetapi masih tetap berdiri di tempatnya. Dia menyaksikan Sonia yang berhasil mengenai papan bidikan untuk yang ketiga kalinya dan selalu tepat mengenai bagian tengah papan.

Bocah lelaki yang ada di sana kembali melonjak girang dan menatap Sonia dengan pandangan kagum. Mata Reza menyipit melihat pemandangan tersebut. Sewaktu Sonia menendang Melia, dia sudah menyadari bahwa perempuan itu memiliki ilmu bela diri. Katanya dia pernah mempelajarinya saat masih kecil dulu.

Akan tetapi bagaimana dengan kemampuan memanahnya yang tepat sasaran? Memangnya juga termasuk bagian dari bela diri?

Sonia dan Tandy bermain selama satu jam lamanya hingga menjelang siang. Dia bersiap-siap dan membereskan barangnya untuk pulang ke rumah. Ketika Sonia turun dari lantai dua, Hana juga tengah masuk ke dalam rumah sambil membawa barang.

Perempuan itu terdiam sesaat ketika melihat Sonia ada di sana. Wajahnya berubah menggelap sedetik kemudian. Bisa-bisanya Reza membawa Sonia pulang ke rumah?! Apakah lelaki itu serius?

“Kita ketemu lagi!” ujar Hana sambil memberikan barang yang dia bawa pada pelayan rumah Reza. Perempuan itu maju dua langkah dengan senyuman di bibirnya, tetapi sorot matanya terlihat sangat dingin.

Sonia hanya mengangguk kemudian melanjutkan langkah kakinya ke arah pintu.

“Tunggu sebentar!” tahan Hana. Dia memandangi Sonia dari ujung rambut hingga ujung kaki, dengan dagu terangkat angkuh dia berkata dengan suara elegan, “Latar belakang seperti keluarga Herdian nggak mungkin mengizinkan Reza menikahi perempuan biasa seperti kamu! Kamu mengerti!?”

Sonia hanya tertawa mendengar ucapan perempuan di depannya ini. Tawanya membuat Hana memandangi Sonia tidak mengerti dan lanjut berkata,

“Aku memang merupakan orang yang terus terang, nggak suka basa-basi dan lebih senang bicara langsung ke intinya. Kamu dan Reza nggak akan ada cerita akhir, aku rasa kamu sendiri juga mengerti. Kenapa kamu mau bersama dengan Reza? Demi uang? Kamu mau berapa banyak? Aku bisa kasih kamu!”

Binar di kedua mata Sonia tampak begitu jernih dan polos, sama sekali tidak seperti perempuan yang menginginkan kekuasaan atau kekayaan. “Uang yang kamu kasih memangnya sebanyak yang bisa Reza berikan?”

“Aku jamin akan jauh lebih banyak yang dia berikan!” sahut Hana dengan cepat.

Sonia tampak berpikir sesaat dan berkata, “Dua triliun! Setelah itu aku nggak akan pernah muncul di sini lagi, gimana?”

Hana terdiam sesaat dan tercengang. Dia mengangkat wajahnya dan menatap belakang tubuh Sonia dan berkata, “Reza, kamu dengar semuanya? Dia memilih bersama denganmu demi uang!”

Jantung Sonia berdegup sesaat dan langsung memutar tubuhnya ke belakang. Matanya tepat berpandangan dengan Reza yang berdiri di tengah tangga. Lelaki itu mengenakan kemeja santai berwarna krem dan juga celana panjang berwarna coklat.

Penampilan lelaki itu membuatnya terlihat jauh lebih hangat dan santai, tidak dingin seperti dia yang biasanya. Sonia mendengar perempuan di sampingnya menahan napas dan tersenyum. Harus dia akui bahwa lelaki itu benar-benar tampan sejak lahir!

Reza melangkah turun dengan perlahan dan menatap Sonia dalam-dalam. Dengan suara yang begitu memikat dia berkata, “Aku antar kamu pulang!”

Raut wajah Hana berubah seketika dan melayangkan tatapan Reza dengan sorot tidak percaya sambil bertanya, “Kamu nggak dengar apa yang tadi dia katakan!?”

“Dengar, kenapa?” jawab Reza dengan datar. Tidak ada yang bisa menebak apakah lelaki itu sedang marah atau tidak.

“Cih!” Hana mengeluarkan suara sini dan dengan sikap yang berusaha terlihat elegan dia berkata, “Reza, kalian nggak serasi!”

Lelaki itu terlihat jengah dan berkata, “Cocok atau nggak hanya aku yang tahu!”

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, dia melihat ke arah Sonia dan bertanya dengan nada melembut, "Sudah?"

"Iya,” jawab Sonia sambil mengangguk dan melangkah keluar.

Hana berdiri di sana dan hanya diam menatap kedua orang tersebut yang melangkah keluar dari rumah. Mendadak dia merasa dirinya seperti seorang anak kecil yang sedang dibodohi. Karena kejadian ini, Reza yang mengantarkan Sonia pulang dengan mobilnya. Perempuan itu duduk di kursi bagian belakang sambil memandangi pemandangan di luar jendela. Dia memikirkan kejadian hari ini dan mendadak merasa sedikit konyol dan lucu.

“Apa yang kamu tertawakan?” tanya Reza sambil meliriknya dari spion mobil.

 
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Misra Wati
lanjut seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2335

    Hati Jason terasa luluh dan sakit.…Tidak lama kemudian, semua orang juga telah mengetahui masalah ini. Raut wajah Yusa kelihatan pucat. Dia langsung meminta maaf kepada Jason, “Kak Jason, aku benar-benar tidak tahu harus ngomong apa sama kamu. Kalau kamu masih merasa marah, kamu bisa tampar aku!”“Masalah ini tidak ada hubungannya sama kamu!” ucap Jason, “Dia yang mesti tanggung jawab atas perbuatannya!”Raut wajah Reza kelihatan sangat tidak bagus. Dia pun mencari pengurus vila. “Carikan rekaman CCTV insiden tadi, lalu kirim ke ponselku!”Pengurus segera melaksanakannya.Reza melihat leher Yana. “Apa perlu melakukan pemeriksaan seluruh tubuh?”Jason berkata, “Tidak perlu. Tidak ada luka di bagian lain!”Reza mengangguk. Dia menyuruh dokter pribadi untuk memeriksa Yana lagi, lalu mengoleskan obat ke bagian bengkak.Reza dapat merasakan bagaimana amarah di hati Jason. Seandainya ada yang berani menyentuh putrinya, dia pasti akan melenyapkan seluruh keluarga orang itu!…Setidaknya but

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2334

    Kelly menenangkan dirinya sejenak, lalu mengangguk dengan perlahan. “Aku tahu! Semua ini juga salahku. Aku sendiri yang nggak menjaga Yana dengan baik!”Sonia berkata dengan kening berkerut, “Semuanya bakal menurunkan kewaspadaan ketika berada di Kediaman Keluarga Herdian!”Siapa juga tidak menyangka Jucy akan bersikap buruk seperti ini.Sonia menghibur Yana. “Tadi aku lagi bikin ayunan gantung. Apa kamu mau main bersamaku?”Bagaimanapun, Yana hanyalah seorang anak kecil. Dia pun akan merasa senang setelah dihibur. Saat ini, dia pun menatap Sonia dengan tersenyum, lalu mengulurkan tangannya minta digendong oleh Sonia.Kelly berkata, “Aku telepon Kak Jason dulu. Dia juga lagi cari Yana.”“Emm.” Sonia menggendong Yana ke sisi ayunan gantung.…Saat telepon, Kelly tidak memberi tahu Jason masalah Yana ditindas oleh Jucy. Hanya saja, ketika Jason mencari Yana, dia pun dapat melihat bekas jari tangan di leher Kelly. Raut wajahnya seketika menjadi muram. “Ada apa dengan leher Yana?”Sonia pu

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2333

    Ranty terbengong sejenak. “Sialan!”Ranty benar-benar emosi. Dia berjalan ke sana untuk menendang wajah Jucy. “Kamu malah menindas anak kecil yang belum genap berusia tiga tahun. Apa kamu itu manusia?”Jucy ditendang Sonia hingga punggungnya terasa sakit. Dia berbaring di atas lantai dan tidak sanggup untuk membangkitkan tubuhnya, kemudian dia ditendang lagi oleh Ranty. Dia pun kesakitan hingga hampir kehilangan napasnya. Sonia melindungi Yana di dalam pelukannya, kemudian berkata dengan dingin, “Pukulnya di luar saja. Jangan sampai kelihatan Yana!”Ranty memalingkan tubuhnya untuk melihat Yana. Raut wajahnya sudah kelihatan memucat. “Biar aku saja yang urus. Kelly lagi melihat Yana. Kamu bawa dia pergi sana. Serahkan sisanya kepadaku!”Sonia mengangguk, lalu menggendong Yana untuk pergi.Ranty memanggil dua orang tukang kebun, lalu mendorong Jucy dari pintu samping.Jucy pun membangkitkan tubuhnya dan bersandar di sisi pohon. Dia berkata dengan panik, “Ranty, kamu lagi ngapain?”Rant

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2332

    Tadinya Yana ingin bersama dengan Jason. Hanya saja, saat Jason pergi mengangkat panggilan, dia malah pergi mengejar kupu-kupu hingga tidak kelihatan bayangan tubuhnya lagi.Yana mengejar kupu-kupu ke dalam kebun buah. Saat dia sedang memungut buah bluberi, tiba-tiba kedengaran ada yang sedang memanggilnya dari belakang, “Hei, bocah!”Yana menoleh dan ternyata orang itu adalah Jucy.Jucy telah mengirim pesan kepada Bondan, tetapi Bondan tidak membalas sama sekali. Setelah itu, Jucy mencoba untuk mengirim pesan lagi, baru menyadari ternyata kontak telah diblokir.Saat Jucy merasa penat, tiba-tiba dia melihat Yana yang sedang menyendiri. Semalam dia dipermainkan oleh Ranty gara-gara si Yana, alhasil dia pun dipermalukan oleh orang banyak. Jadi, dia pun ingin melampiaskan amarahnya hari ini.Yana memelototi Jucy dengan tatapan waspada. Dia membalikkan tubuhnya, lalu hendak berlari pergi. Hanya saja, berhubung Yana hanyalah anak yang belum genap tiga tahun. Dia pun tidak bisa berlari seken

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2331

    Ranty mengangkat alisnya. “Ucapanmu memang sangat masuk akal.”Mereka semua mengelilingi kastil selama dua jam. Di seberang kastil terdapat hamparan kebun anggur yang luas, hanya saja di musim ini buahnya sudah selesai dipanen.Namun, tepat di samping kebun anggur ada kebun petik sendiri. Dari luar saja sudah terlihat deretan buah-buahan yang beragam. Kebun petik ini tertutup kaca dengan ketinggian sekitar tiga meter dan luasnya puluhan hektar. Di dalamnya terdapat berbagai macam buah dan sayuran, hampir semua yang biasa kamu lihat di pasaran tersedia di sini.Begitu masuk, aroma buah langsung menyegarkan hidung, sayur-sayurannya juga tampak segar dan hijau, bahkan bisa langsung dipetik dan dimakan tanpa perlu dicuci terlebih dahulu.Ranty semakin kaget ketika berjalan ke dalam. Dia menoleh untuk bertanya pada Sonia, “Jangan-jangan bahan makanan Keluarga Herdian dikirim melalui udara tiap hari!”Sonia mengangguk. “Iya.”Ranty terdiam membisu dan merasa takjub. “Ternyata masih ada jarak

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2330

    Morgan berkata dalam telepon, “Kami akan ke sana nanti sore.”Kami?Kata “kami" yang biasa malah terdengar mesra di telinga Sonia. Dia mengangkat tangan untuk membelai rambut Sonia, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Oke, kalian bisa datang setiap saat.”Morgan mengiakan. “Aku tutup dulu!”Sonia meletakkan ponselnya. Reza mengambil pakaian kemari. Dia bahkan sudah memilih pakaian apa yang akan mereka pakain hari ini. “Kita makan dulu di lantai bawah. Selesai makan, orang lain juga bakal tiba.”Sonia bertanya, “Apa ada jadwal hari ini?”“Kamu ingin ngapain?” tanya Reza.Di dalam kawasan ini, mereka bisa naik perahu, bermain golf, berendam di pemandian air panas, dan menikmati berbagai aktivitas dalam ruangan seperti seluncur es, bowling, atau memetik buah dan sayuran segar di kebun sendiri.Sonia berpikir sejenak. “Aku ingin bawa Yana ke kastil. Dia pasti suka.”“Oke, di sana juga bisa petik buah dan sayuran.” Reza mengangguk.Sonia sudah tidak sabaran. “Kalau begitu, ayo kita pergi.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status