Reza menghentikan mobilnya di tepi jalan. Dia mengangkat tangannya untuk mengusap pipi Sonia. Di bawah cahaya remang lampu mobil, tatapan tajam Reza kelihatan lembut. “Sayang, semua hal dan orang di dunia ini tidaklah kekal. Jika kedua insan ingin bersama, mereka juga mesti mengalami banyak ujian. Semua itu butuh usaha dari mereka sendiri.”Sonia kelihatan bingung. “Setelah kedua insan bersama dalam waktu lama, mereka pasti akan memiliki perasaan. Tapi kalau kelamaan, bisa jadi perasaan itu akan memudar, ‘kan?”Reza menatap Sonia, lalu membalas dengan perlahan, “Bukan, kakak dan kakak iparku sudah bersama selama 20-an tahun. Mereka masih tetap mencintai satu sama lain.”Sonia mengangguk dengan tersenyum tipis. “Emm.”Reza menunduk mencium pipi Sonia. “Ayo, kita pulang!”“Oke!”…Kebanyakan anggota Keluarga Tamara bertempat tinggal di Kota Kibau. Leluhurnya berkecimpung di dunia politik, tetapi ketika sampai ke generasi ayahnya Cella Tamara, mereka meninggalkan dunia politik dan beralih
Ranty mendorongnya, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Tadi Cella telepon kamu. Tapi aku mengangkatnya.”Matias mengangkat-angkat alisnya. Tatapan di belakang kacamata itu kelihatan agak datar. “Ada urusan apa?”“Dia ingin kamu temani dia untuk mengikuti pertunjukan amal di akhir pekan,” balas Ranty dengan nada biasa.“Jadi, apa jawabanmu?” tanya Matias.Ujung bibir Ranty melengkung ke atas. “Aku bilang kita akan temani dia pergi bersama. Nanti aku bisa cetak spanduk buat beri dukungan ke dia.”Tiba-tiba Matias tersenyum. “Boleh!”“Iya, aku juga merasa ideku cukup bagus. Tapi sepertinya dia nggak begitu suka. Dia langsung mengakhiri panggilan.” Ranty menyipitkan matanya, menunjukkan ekspresi bandelnya.Matias juga tidak keberatan. Dia berkata dengan datar, “Lupakan saja kalau tidak bersedia. Kebetulan aku juga tidak ada waktu!”Usai berbicara, Matias langsung mencium Ranty.Ranty malah mendorongnya. “Aku masih belum gosok gigi.”“Tadi pagi juga sudah sempat kucium,” gumam Matias, la
Jason berpikir sejenak, lalu berkata dengan suara lembut, “Ada sebuah pabrik elektronik di Area Amara. Kantin di sana butuh koki untuk memasak makanan karyawan. Apa kamu bersedia ke sana?”“Bersedia! Tentu saja bersedia!” Iwan tak berhenti mengangguk.“Gaji di sana tidak akan lebih rendah daripada gajimu ketika menjadi koki di restoran bintang lima. Hanya saja, lokasinya agak jauh dari pusat kota. Ada asrama untuk karyawan. Kamu bisa tinggal di sana,” jelas Jason.“Bagus sekali!” Iwan sungguh berterima kasih. “Terima kasih! Terima kasih, ya, Tuan Jason.”“Kapan kamu bisa mulai bekerja?”“Kapan saja!”“Oke, kalau begitu, kamu siap-siap dulu. Besok pagi, aku akan suruh sopirku untuk menghubungimu. Dia akan antar kamu ke sana. Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku setiap saat!”Iwan sungguh merasa bersyukur hingga tidak tahu harus berkata apa lagi. “Terima kasih!”Jason tersenyum tipis. “Jangan bersikap sungkan!”Iwan menggosok kedua tangannya. Dia merasa sangat ragu. “Aku ingin minta
“Aku tanya kamu sekali lagi. Apa ada masalah yang tidak bisa kamu selesaikan?” Nada bicara Jason sangat pelan.Kelly masih saja menggeleng. “Serius nggak ada!”Raut wajah Jason menjadi datar. “Kelly, apa kamu pernah percaya sama aku?”Kelly memercayai Jason. Selain Sonia, dia hanya memercayai Jason di dunia ini!Pada saat ini, ketika dihadapkan dengan tatapan tajam Jason, Kelly terpaksa menunduk, lalu berkata dengan suara dingin, “Aku nggak mengerti maksud Tuan Jason!”“Tidak mengerti atau tidak percaya?” Usai berbicara, Jason menunjukkan senyuman sinis. Dia menyerahkan dokumen yang sudah ditandatanganinya kepada Kelly. “Keluar!”“Baik!” Kelly mengambil dokumen. Dia juga tidak mengangkat kepalanya, langsung membalikkan tubuhnya untuk berjalan pergi.Jason melihat bayangan punggung Kelly. Dia mengangkat tangannya untuk menekan keningnya. Terlintas raut dingin di wajah tampannya.…Saat makan malam, Iwan memberi tahu Kelly bahwa dia telah menemukan pekerjaan.Kelly mengangkat kepalanya.
Setelah Iwan pergi, kehidupan Kelly kembali seperti dulu lagi. Hanya saja, Jason tidak datang lagi.Pada hari Jumat siang, Jason memiliki acara di luar perusahaan. Dia pun meninggalkan restoran sekitar jam dua sore.Saat perjalanan pulang ke perusahaan, tiba-tiba Jason berkata, “Singgah ke Gedung Anggrek.”Steven segera mengiakan.Setibanya di Gedung Anggrek, Jason tidak menyuruh Steven untuk mengendarai mobil ke dalam, melainkan berhenti di dekat pohon. Jason juga tidak menuruni mobil, melainkan menunggu di dalam mobil saja.Steven bertanya dengan bingung, “Tuan Jason, apa kamu tidak turun?”“Emm.” Jason tidak bergerak.Sekitar setengah jam kemudian, Linda dan Yana pulang dari membeli sayur.Dari jendela mobil, Jason melihat Yana sedang menggandeng jari tangan Linda sembari melewati jalan raya.Anak perempuan itu berwajah bulat, berbibir delima, dan juga bergigi putih. Sinar matahari menyilaukan kulit mulus dan putihnya. Hari ini Yana yang berkepang dua itu mengenakan sepotong terusa
Ranty menerima panggilan dari Sonia. Dia ingin mengajak Matias untuk kumpul bersama. Hanya saja, Matias sedang rapat, tidak bisa meninggalkan perusahaan. Ranty pun pergi menjemput Kelly dan Yana.Setibanya di Nine Street Mansion, Ranty menggendong Yana berjalan ke dalam ruangan VIP. Saat ini, Jason, Bondan, dan yang lain sudah tiba. Ketika melihat Yana dan Kelly memasuki ruangan, Jason pun merasa sangat kaget.Awalnya Jason mengira hanya perkumpulan kecil seperti biasa saja. Siapa sangka Kelly juga akan datang.“Sonia masih belum sampai?” Ranty mengamati sekeliling.Bondan berjalan menghampirinya, lalu berkata dengan tersenyum, “Kak Reza pergi menjemput Sonia di lokasi syuting. Mereka terjebak macet. Jadi, datangnya agak telat.”Bondan mengulurkan tangannya hendak menggendong Yana. “Ayo, main sama Paman Bondan. Nanti Paman ambilkan makanan enak buat kamu.”Kali ini, Yana melihat ke sisi Jason. Senyuman di wajahnya sangat polos. Ketika kepikiran ucapan Kelly, dia tidak seperti dulu, lan
Reza berkata, “Sebenarnya aku ingin bantu mengatasi masalah ayahnya, tapi aku merasa alangkah bagusnya kalau kamu yang mengatasinya. Aku tebak ayahnya Kelly pasti bakal mencarimu juga.”Jason membalas, “Meski masalah itu sudah teratasi, belum pasti dia akan berpaling lagi. Dia terlalu keras kepala. Saking kerasnya, aku pun ingin memarahinya.”Reza menuangkan anggur merah ke dalam gelasnya. “Terlalu banyak yang dipikirkan Kelly. Beri dia sedikit waktu.”Tatapan Jason menjadi muram. “Sebenarnya masalah keluarga mereka bukanlah apa-apa. Dia sendiri yang tidak memercayaiku.”Reza menggoyangkan gelas di tangannya. “Mungkin karena terlalu peduli, makanya dia takut untuk kehilangan dan merepotkanmu. Dia takut hubungan kalian akan berakhir buruk.”Jason tersenyum menyindir. “Dia tidak tahu ucapannya waktu itu benar-benar telah menyakitiku.”“Lingkungan tumbuh kembang Kelly membuatnya memiliki pemikiran seperti itu. Kalau kamu menyukainya, kamu mesti belajar untuk menerimanya,” balas Reza.Jaso
Mereka berdua berjalan melewati koridor. Kebetulan ada seorang pria dan wanita berjalan keluar ruangan, berjalan ke depan dengan membelakangi Ranty.Ranty melihat bayangan punggung pria itu dan langkah kakinya seketika berhenti. Tatapannya berubah muram. Tanpa ragu-ragu, Ranty langsung berteriak, “Matias!”Matias membalikkan kepalanya. Cahaya lampu kuning remang dipancarkan ke gagang kacamata emasnya, membuat kacamatanya tampak berkilauan. Tatapannya spontan menyapu ke wajah Ranty. “Baru saja aku mau telepon kamu!”Anak perempuan di samping Matias mengenakan terusan panjang berwarna hijau muda. Rambut keriting cokelat dikuncir tinggi. Wajahnya berbentuk oval dengan kulit berwarna putih. Dia mengeluarkan suara manjanya. “Kak Ranty!”“Cella!” sapa Ranty dengan tersenyum. Dia berjalan pergi merangkul lengan Matias, lalu melanjutkan, “Sonia dan yang lain juga lagi di sini. Gimana kalau kamu pergi sapa mereka?”Cella sangat sadar diri. Dia segera berkata, “Kak Matias, kalau begitu, kamu per
“Kalau tidak mau minum obat, kamu jangan sakit!”“Kamu kira aku bersedia untuk sakit?”“Kalau tidak mau sakit, kenapa kamu tengah malam malah berdiri di tengah angin dingin? Apa hubunganmu dengan angin dingin bagus sekali?”Rose tidak sanggup mengalahkan ucapan Juno. Dia langsung mengambil obat, lalu memasukkan semuanya ke dalam mulut.Kening Juno berkerut. Dia langsung menyerahkan air kepada Rose.Rose minum dengan terlalu buru-buru. Dia pun tersedak, membungkuk di samping ranjang sembari terbatuk-batuk.Rose mengenakan piama kartun berbahan katun dengan model longgar. Saat membungkuk ke depan, tampak hamparan kulit putihnya.Tiba-tiba Juno teringat dengan masalah sore hari itu. Tubuhnya yang panas dan lembut meringkuk ke dalam pelukannya hingga tidak bisa dilepaskan. Aliran hangat yang aneh melintas di hatinya. Tangan yang tadinya hendak menepuk punggung Rose pun berhenti di udara, tidak berani menempel.Rose terbatuk hingga wajahnya memerah dan terengah-engah, lalu kembali berbaring
Rose berkata, “Oke, aku akan telepon Sonia. Tapi, sepertinya Sonia nggak begitu ikut campur dalam urusan bisnis Herdian Group. Kamu juga jangan memeluk harapan yang terlalu besar.”Devin segera berkata, “Asalkan dia bisa membantuku untuk bicara dengan Tuan Reza, masalah ini seharusnya bukan masalah.”Sonia adalah istri dari presdir Herdian Group. Seharusnya dia memiliki kekuasaan sekecil itu. Apalagi dari masalah King, Devin dapat melihat bahwa Reza dan Keluarga Herdian sangat peduli terhadap Sonia. Jadi, kedua belah pihak bisa bekerja sama atau tidak, semuanya hanya tergantung ucapan Sonia saja!Rose berkata dengan tersenyum, “Biar aku coba!”Devin berucap dengan gembira “Terima kasih, Rose. Setelah aku berhasil bekerja sama dengan Herdian Group, aku pun bisa santai untuk sementara waktu. Nanti aku akan temani kamu dengan baik.”“Oke!” Rose berkata dengan tersenyum, “Tapi kamu jangan beri dirimu tekanan yang terlalu besar. Kamu bisa melakukannya dengan sangat baik.”“Sekarang aku masi
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem