Masuk“Sebentar!” Tiba-tiba si pria berjalan kemari, lalu menghalangi di hadapan Theresia. Dia mengamati Theresia dengan tatapan yang membuat orang merasa sangat tidak nyaman. “Kamu itu bosnya Ashley?”Theresia mengangguk. “Iya!”Pria itu berkata, “Ashley bisa dirugikan juga karena masalah pekerjaan. Sekarang dia lagi berbaring di rumah sakit. Katakan, gimana ganti rugi buat dia?”“Tony, masalah ini nggak ada hubungannya sama bos kami!” jerit Ashley dengan gusar.“Kenapa bisa tidak ada hubungan? Kamu itu karyawannya. Kamu terluka demi pekerjaan, semua itu tanggung jawabnya!” ucap Tony dengan blak-blakan, “Dengan masalah seperti hari ini, setidaknya 400 juta. Kalau tidak, aku akan ekspos semuanya ke internet. Perusahaan humas kalian memaksa anggota kalian untuk mendampingi klien!”“Apa kamu sudah gila uang!” Ingga langsung berdiri di depan Theresia untuk melindunginya. Raut wajahnya kelihatan pucat karena gusar. “Aku sudah bersabar dari tadi. Kamu sebagai kekasihnya, ketika melihat kekasihmu
Theresia berpesan kepada Ingga, “Aku bawa Tuan Roger untuk melakukan pemeriksaan. Kamu pergi jenguk Ashley dulu.”Roger segera berkata, “Aku pergi sendiri saja. Aku juga bukan tidak bisa berjalan sampai perlu dijaga. Aku bisa melakukannya sendiri. Kamu dan Ingga pergi jenguk Ashley sana!”Theresia mengangguk. “Bagus juga. Jaga hubunganmu setiap saat. Kalau ada urusan, kamu bisa hubungi aku.”“Oke, setelah aku selesai periksa, aku akan segera ke atas untuk cari kamu.” Roger menunjukkan senyuman tampannya.Theresia membawa Ingga ke area opname.Pintu diketuk, kemudian dibuka. Baru saja Ashley menyelesaikan infusnya, dia pun melihat Theresia dan langsung buru-buru duduk di tempat. “Bos!”Theresia tersenyum datar. “Baringan saja. Kamu baru melakukan cuci lambung, kondisi tubuhmu pasti sangat lemas.”Ingga memasukkan bunga segar yang dibawa mereka ke dalam vas bunga.Rambut Ashley digerai panjang. Raut wajahnya kelihatan pucat. Dia berkata dengan ekspresi bersalah, “Bos, maaf, aku bikin mas
Theresia menggigit bibirnya, lalu menutup pintu lemari. Dia membalikkan tubuhnya, kemudian kembali ke ruang tamu.“Maaf, pakaian nggak ditemukan. Lebih baik dicuci saja!” ucap Theresia.Roger berkata dengan tersenyum, “Tidak usah dicuci lagi. Aku sudah buang. Tadi aku telepon suruh asisten untuk antar pakaian kemari.”“Bagus juga!” Theresia mengangguk.Mereka berdua makan bersama. Usai makan, kebetulan pakaian juga sudah diantar. Asisten mengikuti Roger berjalan ke dalam ruang tamu. Asisten menenteng kantongan yang berisi pakaian sembari berkata, “Tuan Roger, semalam Nyonya telepon aku. Dia tanya apa benar kamu lagi dinas?”Roger merasa agak sakit kepala. Dengan kondisinya semalam, dia tidak bisa pulang ke rumah. Jadi, dia menelepon ibunya mengatakan dirinya dinas beberapa hari. Siapa sangka ibunya tidak percaya, malah menelepon asisten untuk memastikan.Roger bertanya, “Apa katamu?”“Aku bilang sama Nyonya, kamu memang lagi dinas. Nyonya tanya aku kenapa aku tidak ikut. Aku bilang keb
Tatapan Roger masih kelihatan tegas. “There, aku tidak peduli dengan masa lalumu. Kamu bilang aku suka dengan kamu yang kubayangkan. Kenyataannya bukan seperti itu. Aku suka dengan semua yang aku lihat dari dirimu.”Theresia kelihatannya lembut, tapi juga membawa aura yang menjauhi orang-orang. Ketika mengatakan Theresia itu dingin, tapi dia malah lebih bersedia kehilangan bisnis daripada membahayakan keselamatan anggotanya sendiri.Roger benar-benar sangat mencintainya hingga tidak bisa kehilangan kendali!Theresia merasa agak tidak berdaya. “Aku sudah bicara sebanyak ini. Kenapa kamu begitu keras kepala?”“Bukannya mencintai seseorang itu memang akan keras kepala? Kamu begitu mencintai seseorang, tapi kamu nggak mungkin bisa bersama dengannya, bagaimana dengan masalah itu?” Terlihat rasa keras kepala di dalam tatapannya.Theresia mengerutkan keningnya dan tidak berbicara lagi. Dia berdiri, lalu pergi meletakkan kotak P3K.Roger spontan merasa panik. Dia segera berdiri untuk mengejar
“Dangkal?” Theresia menggeleng dengan tersenyum ringan. “Bukan, semua itu memang yang seharusnya disukai cewek normal pada umumnya.”Roger berkata dengan tersenyum, “Kamu ngomongnya seolah-olah kamu itu tidak normal saja.”Theresia hanya tersenyum saja. Dia fokus dalam mengamati kondisi jalan di depan sana.“Aroma mobil kamu wangi sekali. Kamu pakai parfum apa?” tanya Roger lagi.Sebenarnya Roger ingin bertanya parfum apa yang biasanya dipakai Theresia. Kelak, dia juga bisa menghadiahkannya kepada Theresia.Theresia tersenyum datar. “Aku rasa sepertinya kepalamu baik-baik saja!”Usai mendengar, Roger langsung bersandar di bangku. “Aku lupa saat bicara tadi. Begitu kamu katakan, kepalaku langsung terasa sakit lagi.”“Aku rasa lebih baik kamu jangan bicara lagi!” Ujung bibir Theresia melengkung ke atas.Roger menatap senyuman si wanita. Dia hanya merasa suasana hatinya yang murung selama beberapa hari itu tiba-tiba menjadi ceria. Dia memalingkan kepalanya melihat lampu di luar jendela. S
Setelah Ingga berjalan pergi, Theresia dan Roger sama-sama berjalan ke tempat parkiran. Angin di subuh hari terasa agak dingin. Roger menatap Theresia sedang mengenakan kemeja tipis, dia pun melepaskan pakaiannya hendak membungkus tubuh Theresia.“Kamu pakai sendiri saja!” Theresia mengangkat tangan untuk menghalanginya. “Sekarang kamu lebih membutuhkan!”“Jangan meremehkanku. Luka kecil ini bukan apa-apa bagiku.” Roger ingin membuktikan bahwa dirinya tidak begitu lemah.Roger bukanlah tipe pria berotot. Hanya saja, dia yang mendekati tinggi badan 1,8 meter itu biasanya juga cukup perhatian dengan kebugaran tubuhnya. Dia tidak kelihatan selembut sebelumnya.“Aku nggak dingin!” Theresia tetap tidak menginginkan pakaiannya. Dia berkata dengan datar, “Apa pun ceritanya, aku sungguh berterima kasih kepadamu atas masalah hari ini!”Angin malam mengembus rambut panjang Theresia. Tatapannya kelihatan berkilauan. Bibirnya kelihatan delima. Cahaya lampu jalan di sampingnya pun tidak sebanding d







