Share

Bab 3

Author: Musim Gugur
Sonia membeku sesaat.

Pria itu berkata dengan nada dingin, “Untuk apa kamu mengikutiku? Kamu mahasiswa di Jembara University?”

Sepanjang jalan ke gedung ini, dia sudah menyadari kalau wanita ini mengikutinya. Setiap kali dia berhenti, wanita ini juga berpura-pura melakukan sesuatu dan ikut berhenti, bahkan kemudian mengikuti sampai ke lift ini.

Wajah Sonia memerah, tapi dengan cepat kembali pulih menjadi putih. Dia berkata dengan tenang, “Apa ini jalan menuju rumahmu? Jalan ini bisa dilalui oleh semua orang. Mengapa kamu bilang aku mengikutimu?”

Mata pria itu memancarkan tatapan dingin. Dia mundur selangkah dan memberi isyarat agar Sonia masuk ke dalam lift.

Sonia tersenyum sinis, “Lupakan saja, daripada kamu salah paham.”

Setelah mengatakan itu, dia berbalik badan dan pergi naik tangga.

Pintu lift menutup perlahan di belakang Sonia, sampai akhirnya menghalangi pandangan Reza yang menyipitkan matanya sambil memandangi wanita itu.

Sonia takut bertemu dengan Reza lagi, jadi dia langsung menaiki tangga menuju lantai Sembilan.

Sesampainya di ruang rapat, dosennya sedang berbicara dengan dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Ketika melihatnya, dosennya itu memberi isyarat mata untuk menyuruhnya menunggu sebentar.

Ada beberapa mahasiswa lain yang juga datang untuk mengantar dokumen, dan salah satu dari mereka mengamati Sonia dengan tidak senang.

Sonia pura-pura tidak melihat orang itu, mengeluarkan ponselnya, dan main game Sudoku sebentar.

Tidak sampai lima menit, dia sudah menyelesaikan satu babak. Kemudian, dia mendengar suara langkah kaki mendekat.

“Kamu pulang sudah cukup lama, ‘kan? Selama itu di luar negeri, memang sudah waktunya pulang!”

Bersama dengan suara itu, terlihat dua orang memasuki ruang rapat. Satunya adalah Pak Santo, rektor di universitas ini, dan yang satunya lagi ….

Sonia mengerutkan keningnya. Bisa-bisanya kebetulan seperti ini?

Reza juga melihat Sonia, tapi matanya hanya menyapu Sonia sekilas.

Dekan bergegas menyambut kedua orang itu, memberi salam pada rektor.

Pak Santo memperkenalkan Reza, “Ini adalah presiden direktur Herdian Group. Dia juga mahasiswa di universitas kita dulu. Oh ya, beberapa beasiswa di universitas kita disponsori oleh Pak Reza.”

Dekan tadi langsung bersikap lebih hormat dari sebelumnya. Dia menjabat tangan Reza dan berkata sambil tersenyum, “Saya kebetulan menyuruh siswa untuk datang mengumpulkan berkas-berkas untuk mengajukan beasiswa mereka hari ini. Coba lihat, Pak Reza. Mereka semua ini yang pernah mendapat beasiswa dari Bapak.”

Reza menoleh ke siswa-siswa di sana, sepertinya melirik Sonia dua kali, lalu berkata sambil tersenyum, “Jembara University memang banyak siswa berbakat!”

Sonia memandangi wajah tampan pria itu. Orang-orang menyebut Reza sebagai pemuda kaya. Pria itu memang bersikap dominan semalam, sangat agresif. Tapi, dia terlihat elegan dan penuh martabat saat ini, seperti orang yang ada di dalam TV itu.

Sebenarnya, mana yang merupakan wajah aslinya?

Ketika diungkit oleh dekan, beberapa mahasiswa langsung menegakkan punggung mereka dan menatap Reza dengan kagum atau malu.

Perempuan yang sedari tadi menatap Sonia tiba-tiba melangkah maju dan berkata dengan tegas, “Karena Pak Reza yang memberi beasiswa pada kami datang, aku nggak tahu apakah aku harus mengatakan hal ini.”

Dosen mereka mengerutkan kening, tidak tahu apa yang akan dilakukan Melia.

Pak Santo tersenyum dan berkata, “Kalau kamu ingin mengatakan sesuatu, katakan saja.”

Melia melirik Sonia dan berkata sambil melipat kedua tangannya di belakang punggung, “Pak Reza memberikan beasiswa ini sebagai penghargaan bagi mahasiswa berprestasi di Jembara University. Menurutku, mahasiswa berprestasi itu nggak hanya dipandang dari studinya, tapi juga dari karakternya. Benar, ‘kan?”

“Tentu saja!” Pak Santo mengangguk.

Melia mengeluarkan ponselnya, membuka postingan di sebuah forum dan menunjukkannya pada semua orang.

“Beberapa hari yang lalu, seseorang melihat Sonia naik mobil mewah sepulang sekolah. Keluarga Sonia adalah keluarga biasa-biasa saja. Kurasa mereka nggak mampu membeli mobil seperti itu. Jadi, aku rasa semua orang tahu apa yang dia lakukan hari itu. Apa mahasiswa seperti ini bisa dianggap berprestasi?”

Ekspresi semua orang berubah, kecuali Reza. Dosen mereka berkata dengan suara pelan, “Melia, untuk apa kamu mengatakan semua ini di depan Pak Reza?”

Melia mengangkat alisnya, “Aku ingin Pak Reza tahu dia memberikan beasiswanya itu pada orang seperti apa. Apa dia merasa rugi memberikannya?”

Raut muka dekan mereka sangat masam. Dia mengambil ponsel Melia untuk melihat postingan tersebut. Postingan itu dari beberapa hari yang lalu dan hanya ada beberapa foto buram. Sonia naik mobil Mercedes Benz S600 bersama seorang pria paruh baya yang wajahnya tidak bisa dilihat jelas.

“Sonia, bagaimana kamu ingin menjelaskannya?” Melia memandang Sonia dengan ekspresi menantang.

Tidak ada ekspresi di wajah cantik Sonia. Dia berkata dengan tenang, “Siapa kamu? Mengapa aku harus menjelaskannya padamu?”

Tepat ketika Melia hendak mengatakan sesuatu, Reza tiba-tiba bersuara dengan nada bicaranya yang acuh tak acuh seperti biasa, “Zaman sekarang, masih ada siswa dari universitas bergengsi yang menggunakan asumsi nggak berdasar seperti ini untuk merusak reputasi seseorang?”

Melia menggertakkan gigi dan membela diri, "Ada fotonya. Mengapa Pak Reza menyebutku menggunakan asumsi nggak berdasar?”

Reza tersenyum dingin, “Apa yang kamu bisa lihat di foto itu? Kalau aku membelanya sekarang, apa kamu juga akan bilang ada hubungan antara kami berdua?”

Sonia terkejut.

Dia tiba-tiba merasa beruntung Reza tidak mengenalinya, makanya pria itu bisa mengatakan hal barusan dengan begitu percaya diri!

Setelah mengatakan itu, Reza menambahkan, “Apa ini karakter dari seorang siswa berprestasi dari universitas bergengsi?”

Dia menekankan kata “berprestasi”, jelas sekali sedang menyindir betapa “berprestasinya" Melia barusan.

Melia merasa terintimidasi oleh pembawaan Reza, sehingga tidak bisa menjawab.

Ekspresi semua orang berubah. Melia tampak malu, dan yang lainnya juga tidak terlihat nyaman. Hanya Sonia yang mengangkat alis. Dia tidak menyangka Reza akan membelanya.

Pak Santo mengerutkan kening dan berkata dengan suara rendah, “Apa yang dikatakan Pak Reza benar. Hanya dengan foto yang nggak bisa membuktikan apa-apa, postingan seperti ini nggak seharusnya muncul di forum Jembara University.”

Dosen mereka langsung berkata, “Aku akan menyuruh orang untuk menghapus postingan itu.”

Melia tidak terima dan masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi dosennya memelototinya.

Pak Santo menoleh ke arah Reza dan berkata sambil tersenyum, “Saya lihat Pak Sugi masih ada urusan lain untuk didiskusikan dalam ruang rapat ini. Bagaimana kalau kita pergi ke kantor saya?”

Reza mengangguk, “Oke!”

“Mari lewat sini, Pak.”

“Mari.”

Setelah Pak Santo dan Reza pergi, dosen mereka menoleh dan melihat Melia, lalu berkata dengan marah, “Melia, kamu nggak sopan sekali!”

Melia menggertakkan giginya dan tidak mengatakan apa-apa. Dia memelototi Sonia, kemudian berbalik badan dan meninggalkan ruang rapat itu.

Dosen mereka menghibur Sonia, tetapi Sonia tidak mengatakan apa-apa lagi, menyerahkan berkas-berkas yang dia bawa, lalu berpamit pergi.

Melia berdiri di sudut koridor dan menatap Sonia dengan dingin.

Sonia berjalan lurus ke arah wanita itu. Ketika dia mau melewati wanita itu, dia berhenti dan berkata dengan nada datar, “Kalau kamu suka Andre, kejar. Kalau kamu menggunakan cara yang nggak berbobot seperti ini, kamu akan terkesan ….”

Sonia melihat ke samping. Wajahnya jelas-jelas sangat cantik, tapi kalimat yang dia lontarkan sangat dingin, “Rendahan!”

Melia seketika langsung menegakkan tubuhnya dan berkata dengan raut muka masam, “Apa katamu?”

Sonia hanya melirik wanita itu sekilas, lalu berjalan pergi dengan santai.

Melia sangat marah dan ingin menyusul, tetapi siswi yang lain menghentikannya, “Melia, tenang sedikit! Ini gedung kantor guru!”

Melia berhenti dan menatap punggung Sonia dengan mata berapi-api, “Aku akan membunuhnya cepat atau lambat!”

….

Sore ini tidak ada kelas. Siangnya, Sonia naik bus dan pulang ke vila. Ketika sedang naik bus, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak memikirkan Reza.

Pertama kali mereka bertemu, mereka malah bersetubuh tanpa mengenal satu sama lain. Kedua kali mereka bertemu, dia malah dianggap sebagai penguntit, dan dituduh sebagai wanita simpanan di depan semua orang.

Sonia menempelkan dahinya ke jendela mobil dan mengangkat alisnya. Pria itu pasti pembawa sial baginya!

Satu jam kemudian, Reza menolak perjamuan Pak Santo, naik ke mobilnya dan meninggalkan Jembara University.

Sopirnya menoleh ke belakang dan berkata, “Pak Reza, sore ini jam tiga ada rapat pengembangan area Kompleks Vila Golden Coast. Di tengah-tengah ada sedikit waktu untuk istirahat, Bapak mau ke mana?”

Reza membolak-balik dokumen di tangannya. Mendengar kata vila, dia tiba-tiba teringat akan sesuatu dan berkata dengan datar, “Kita pergi ke Vila Green Garden.”

“Baik!” Sopirnya mencari persimpangan dan berbalik arah.

Ponsel Reza tiba-tiba berdering. Setelah mengangkatnya, terdengar suara Robi dari ujung telepon, “Pak Reza, aku sudah menemukan wanita yang semalam!”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Alldi San Sedt
gimana hk lanjutan ya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2267

    “Aku pernah dengar namamu sebelumnya!” Perempuan itu menatap Theresia dengan takjub, kemudian dia pun memuji, “Nona memang cantik sekali!”Theresia tersenyum. “Terima kasih!”Ekspresi wajah perempuan itu semakin ramah lagi. “Namaku Helena Subasti. Sebelum Hari Raya nanti, klub pribadi keluargaku akan dibuka. Kalau kamu dan Tuan Morgan ada waktu luang, silakan main ke sana. Ini ada selembar kartu emas gratis seumur hidup. Aku harap Nona Sonia bisa menerimanya!”Sambil berbicara, perempuan itu sembari mengeluarkan selembar kartu emas dengan desain mewah dari tasnya, lalu menyerahkannya kepada Theresia dengan kedua tangannya.Kali ini, Theresia baru menyadari bahwa perempuan ini salah mengenali orang! Orang yang ingin perempuan ini cari adalah Sonia atau sebenarnya dia ingin mencari Morgan.Theresia menatap kartu emas di tangan perempuan itu. Di atasnya tertera nama Klub Pribadi Eksklusif Muruya.Theresia tidak mengambil kartu itu. Dia kembali mengamati perempuan di hadapannya. Perempuan

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2266

    Wajah Theresia terasa memanas. Dia segera mengalihkan pandangannya, lalu berlagak membaca buku dengan serius.Jantung Theresia berdetak kencang. Theresia juga tidak mengetahui alasannya, entah karena Theresia sedang mengintip Morgan atau karena memasuki kamar Morgan tanpa izin. Kedua mata Theresia sedang menatap buku. Dia pun kedengaran suara si pria sedang berjalan kemari dengan perlahan.Morgan berjalan ke hadapan Theresia. Lengan kokohnya ditopang di atas pegangan bangku kayu. Dengan membelakangi cahaya, dia membungkukkan tubuhnya untuk menatap Theresia. “Sudah baca sampai mana?”Tatapan pria itu sangat gelap, seolah-olah bisa menyedot Theresia ke dalam pusaran matanya. Bahunya yang bidang diterpa cahaya pagi, memancarkan aura maskulin yang membuat jantung berdebar.Theresia tidak sedikit pun melakukan perlawanan terhadap Morgan. Theresia menatapnya dengan mengangkat pelan alisnya. Dia pun menggigit bibir bawahnya dengan perlahan.Pada akhirnya, Morgan duluan membungkukkan tubuhnya

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2265

    Setelah pintu ditutup, Theresia menyandarkan punggungnya di belakang pintu. Saat dia mendengar pria di luar sana juga telah kembali ke kamarnya, dia baru tersenyum, lalu berjalan ke sisi ranjang.Ada aromaterapi di dalam kamar. Aroma itu dapat membuat tidur lebih terasa nyenyak. Theresia memejamkan matanya dan berbolak-balik beberapa kali. Tanpa sadar, dia pun telah tidur dengan lelapnya. Namun, lampu di kamar sebelah malah masih menyala hingga jam tiga dini hari.Keesokan paginya.Saat Jemmy sedang jalan-jalan di halaman, dia pun melihat Morgan yang sedang berlari kembali dari luar.“Kakek, selamat pagi!” Morgan menghentikan langkahnya. Keningnya kelihatan berkeringat, bahkan rambutnya juga telah basah.Jemmy berkata dengan tersenyum, “Larinya pagi sekali? Kamu ini tidak bisa tidur atau tidak tidur semalaman?”Ekspresi Morgan kelihatan normal. “Dengan adanya aromaterapi dari Kakek, tidurku lelap sekali!”Jemmy pun tersenyum. “Pergilah, coba lihat Theresia sudah bangun belum. Kalau dia

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2264

    Sonia merasa syok, lalu tersenyum.White mengepakkan sayapnya. “Siapa? Cepat masuk ke mangkukku!”Sonia menepuk kepala White. “Jangan sembarangan ngomong. Dia itu Theresia. Cukup ingat namanya.”White memiringkan kepalanya. Sepasang matanya terus menatap ke sisi Theresia. Tiba-tiba ia mengepakkan sayapnya lagi. “Theresia, Theresia!”Sonia menepuknya lagi. “Cukup diingat saja. Kalau nggak kenapa-napa, jangan sembarangan jerit!” Sonia memalingkan kepalanya melihat ke sisi Theresia. “White memang suka jerit-jerit. Setelah kamu akrab sama ia, kamu akan tahu seberapa cerewetnya White!”“Nggak apa-apa. White lucu juga!” Theresia kelihatan lembut. “Kalau dipanggang, lalu ditaburi bubuk cabai, aromanya pasti wangi sekali!”White langsung memelototi Theresia dengan tubuh terkaku. Dia langsung jatuh dari atas pagar.Sonia dan Theresia pun tertawa.Makan malam ini kekurangan Ranty yang cerewet. Hanya saja, suasana masih terasa nyaman dan menyenangkan.Selesai makan, Jemmy menyuruh Theresia untuk

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2263

    “Sudahlah, pulang sana. Hati-hati di jalan. Setelah sampai Jembara nanti, jangan lupa untuk kabari kami,” pesan Jemmy.“Tenang saja!” Ranty tersenyum lebar. Sebelum pergi, dia pun berpelukan dengan Sonia, baru memasuki mobil meninggalkan tempat.Begitu Ranty pergi, Theresia baru menyadari ada yang aneh. Jadi, sebenarnya kedatangan Ranty kali ini untuk mengantarnya kemari. Theresia malah setuju untuk merayakan Hari Raya di sini. Padahal Theresia hanyalah orang luar, kenapa dia malah merayakan Hari Raya di Kediaman Keluarga Bina?Gara-gara bertemu seseorang, Theresia merasa gugup hingga otaknya tidak bisa berputar.Morgan melihat Theresia sedang terbengong di sana. Dia pun memutar kepalanya untuk melihat Theresia. “Apa yang lagi kamu pikirkan? Kembali!”“Oh!” Theresia mengangkat kepalanya dengan syok.Jemmy memanggil Theresia, “Nak, ayo kemari!”Theresia segera berjalan pergi. “Kakek!”Jemmy berkata dengan tersenyum, “Sonia mau temani aku dan juga temani Reza. Kemungkinan dia tidak bisa

  • Jatuh Cinta Setelah Malam Pertama   Bab 2262

    Morgan menatap Theresia dengan kening berkerut, lalu berkata dengan serius, “Kakek juga tidak akan persulit kamu, kenapa kamu malah buru-buru?”Theresia mengangkat gelas alkoholnya, lalu melirik Morgan dengan syok. Bibirnya telah dinodai warna alkohol. Wajahnya sedikit merona dan kelihatan menggoda.Jemmy mengeluh pelan, “Dia lagi bersulang sama aku, kenapa banyak sekali omonganmu. Kamu wakili aku untuk balas dia dengan gelas ini!”Morgan melirik wanita itu dengan ujung matanya. Dia tidak berbicara lain, melainkan mengangkat gelas alkohol, lalu meneguknya hingga tidak bersisa.Ranty yang duduk di samping pun menyindir, “Aku kira Kak Morgan bakal beri tahu Theresia untuk minum yang pelan. Ternyata kamu merasa dia minumnya terlalu sedikit, seharusnya menghabiskan satu gelas alkohol sekaligus.”Semua orang spontan tertawa. Suasana mulai terasa hangat.Saat makan, Jemmy tidak menyuruh orang khusus menjamu Theresia. Alhasil, Theresia malah merasa lebih nyaman, seolah-olah dirinya telah berb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status