Share

BAB 4

Author: Jw Hasya
last update Last Updated: 2025-09-19 18:39:35

Jonatan tidak tahu apakah perbudakan tempat Sasi berada, memaksa mereka makan dengan gaya anj*ng atau tidak, tetapi melihat bagaimana gaya Sasi makan, sepertinya tempat itu memang mengajarkan budak-budak mereka makan dengan gaya hewan.

Lelaki itu meringis. Ia merasa punya hewan dalam wujud manusia. Dia berjalan mendekati Sasi, berjongkok di hadapannya sembari tersenyum lembut.

“Aku tidak akan mengambil makananmu, kau boleh makan sesukamu kapan pun kau mau, Sasi. Aku akan mengajarimu bagaimana caranya makan yang baik dan benar.”

Jonatan mengambil piring Sasi yang berada di lantai, membawanya kembali ke atas meja makan lalu mengedikkan dagunya untuk menyuruh gadis itu duduk di atas kursi.

“Ini sendok, dan ini garpu. Kau harus memakainya saat makan. Seperti ini ….”

Sasi tidak mengikutinya, gadis itu hanya memperhatikan dengan kedua bola mata membesar, dahinya berkerut sebelum wajahnya perlahan tampak berbinar. Seolah-olah ia kembali mengingat sesuatu yang pernah dilupakannya.

Meskipun masih terlihat kaku, tapi Sasi menggunakan sendok beserta garpu dengan cukup baik, setidaknya tidak harus membuang waktu lama bagi Jonatan untuk mengajari gadis itu tentang bagaimana seharusnya menggunakan dua benda tersebut.

Jonatan terkekeh pelan. Kemudian ia berjalan mendekat ke arah Sasi, memperhatikannya beberapa detik sebelum pada akhirnya mengelus lembut rambut yang menjuntai asal. Sasi kemudian sedikit mendongak hingga bertemu tatap dengan Jonatan.

“Kau seperti bayi, cara makanmu sangat berantakan.”

Jonatan sedikit menunduk, lalu mengecup ujung bibir Sasi yang terlihat merah, sebelum membersihkan sisa-sisa makanan yang berada di sana.

“Aku senang karena kau menghabiskan semuanya. Kau makan dengan begitu lahap. Tapi aku ingin kau memperbaiki caramu makan.”

Kali ini Jonatan menangkup kedua pipi Sasi, kemudian menatapnya dalam. Ia kembali mengecup bibir Sasi dengan begitu lembut dan sedikit lama. Hingga Sasi merasakan sensasi panas dalam dadanya.

“Aku ingin dalam minggu ini, kau bisa memperbaiki apa yang pernah dirusak oleh mereka. Tapi, jika hal itu membuat mengingat siapa dirimu sebelum menjadi budak, maka … aku akan membawamu kembali ke sana.”

Singkatnya, lelaki itu ingin membuat Sasi tetap berada disisinya. Merasa nyaman dengannya sampai kapan pun. Bahkan, ia tidak peduli jika suatu saat nanti dirinya menikah. Jonatan akan tetap membawa Sasi untuk tinggal bersama dengan istrinya. Satu hal yang pasti, Jonatan tidak akan membiarkan gadis itu menyukai pria lain. Sebab, itu akan membuat Sasi menjadi pemberontak lalu meninggalkannya. Sebetulnya secara tidak langsung, tetap saja Jonatan mengekang gadis malang itu.

Sasi hanya menatap Jonatan dengan dahi mengerut. Namun, saat ia mengerti arti ‘sana’ yang dimaksud Jonatan, kedua matanya mulai membesar. Gadis itu menggeleng takut. Meremas kemeja Jonatan dengan tatapan memohon. Tentu saja lelaki itu tersenyum lebar sebelum menggendong tubuh Sasi untuk membawanya ke kamar, karena sebentar lagi dokter akan datang untuk memeriksa keadaannya.

Sebuah keputusan yang bijak, menyuruh seorang dokter berjenis kelamin wanita untuk memeriksa keadaan Sasi. Mengingat gadis itu memiliki wajah yang begitu cantik menarik.

Tubuhnya yang begitu putih dan bersih, jika saja tidak ada lebam serta luka yang ditorehkan oleh para algojo. Wajah yang cukup menarik, hingga Jonatan pun berpikir jika para lelaki melihatnya, mustahil tidak akan tertarik, pasti akan tergoda. Sejauh yang pernah dijual di pelelangan, Sasi Theresialah yang begitu cantik.

Jonatan menangkup dua gundukan kenyal di atas dada Sasi. Mengukur ukurannya melalui kedua telapak tangannya. Tidak terlalu besar, tapi juga tidak kecil. Mungkin jika tubuh gadis itu sedikit berisi, dadanya pun akan terlihat lebih sintal. Jonatan lantas mengerutkan dahinya, tampaknya bokong gadis itu juga kehilang dagingnya.

Sejurus kemudian, lelaki itu mengangkat tubuh Sasi. Membuat gadis itu berdiri, kemudian ia menangkup bokong gadis tersebut dengan satu tangannya. Meremasnya pelan, sebelum akhirnya tersenyum puas. Seperti yang telah ia duga sebelumnya, bokong serta gundukan di dada Sasi bisa bertambah jika ia menambah berat badannya.

“Apa kau bisa sedikit merenggangkan kedua kakimu?” bisiknya dengan suara serak.

Sasi tidak memberontak, tapi kedua matanya membesar sempurna. Ia bahkan menuruti kata Jonatan, merenggangkan kedua kakinya hingga menyerupai huruf V yang terbalik. Ia mulai bergerak gelisah saat sebelah tangan Jonatan meraba area sensitif miliknya. Sasi bergerak gelisah, tidak nyaman atas perlakuan Jonatan.

Jonatan menaikkan sebelah alisnya. “Apa kau malu?”

Senyum miring terlukis di bibir Jonatan, ia memainkan jari-jarinya di bagian intim milik Sasi. Lelaki itu hendak melihat reaksi gadis tersebut.

Sasi bergerak tidak nyaman, gadis itu lantas menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya meremas lengan Jonatan, sementara kedua skleranya bergerak gelisah. Seolah-olah bertanya, apa yang sedang terjadi pada dirinya, dan bagaimana cara mengakhirinya.

Sebelah tangan Jonatan mengusap bibir Sasi.

“Jangan menggigitnya, kau hanya akan menyakiti dirimu sendiri.”

Kemudian Jonatan terkekeh pelan, ia seperti tengah menggoda anak kecil. Dan entah kenapa, sepertinya menarik membuat gadis itu kebingungan dengan apa yang terjadi pada tubuhnya.

Ia kembali mendaratkan bibirnya di bibir Sasi. Menggodanya dengan kecupan-kecupan kecil, tapi menggairahkan. Setelahnya, bibir nakal milik Jonatan berpindah pada leher jenjang gadis itu. Dapat dia rasakan tubuh Sasi mulai menegang. Remasan gadis tersebut pada lengannya semakin mengeras.

“Kau basah,” bisik Jonatan. Sebelah tangannya yang sebelumnya memainkan intim Sasi, ia perlihatkan pada gadis itu.

Sasi tidak merespon, ia seakan bingung harus menyudahi permainan Jonatan seperti apa.

“Kau suka? Kau ingin aku berbuat lebih?”

Tak ada jawaban apa pun.

“Jika kau tidak menjawab, itu berarti kau menyetujuinya.” Suara Jonatan semakin serak dan parau.

Jonatan mencium ceruk leher Sasi dengan begitu lembut. Sebelum menjauhkan wajahnya, lelaki itu menghisap leher Sasi dengan begitu kuat, hingga meninggalkan bekas merah di sana. Lelaki itu tersenyum puas karena telah membuat napas Sasi tersengal-sengal.

“Sungguh kau tidak ingin bicara sedikit saja? Coba kau ucapkan namaku, Jonatan.”

Sasi menggeleng.

“Ucapkan.”

Gadis itu tetap menggeleng.

“Jika kau tidak mau, jangan salahkan aku jika kau kukembalikan pada tempatmu berasal.”

Sasi menunduk, tapi tangan Jonatan segera menahannya.

“Ucapkan, Sayang.”

“Jo … Na … Tan….”

Jonatan tersenyum lebar sambil mengecup kening Sasi.

“Ucapkan lagi, kau pasti bisa lebih baik lagi.”

Sasi menggeleng.

“Kau pasti bisa, Sasi.”

“Jo … Natan.”

“Lagi.”

Sasi bergeming.

Jonatan membelai anak rambut Sasi dengan lembut.

Sasi tidak merespon, tubuhnya berdiri kaku.

Kemudian Jonatan mengangkat jarinya, menyembulkan jadi kelingking. “Aku berjanji, aku tidak akan mengirimmu kembali ke tempat itu.”

Menatap Sasi yang tampak bingung, Jonatan pun meraih jemari Sasi dan mengaitkan anak jarinya ke jari gadis itu.

“Kau ingin tinggal denganku untuk selamanya ‘kan?”

Sasi mengangguk.

“Kalau begitu, ucapkan namaku dengan lancar.”

“Jonatan.”

“Aku suka kau menyebut namaku.” Jonatan mengecup ujung hidung Sasi.

Saat keduanya sedang fokus pada kegiatan perjanjian antara budak dan tuan, tiba-tiba terdengar ada yang mengetuk pintu.

“Aku akan membuka pintu, pasti dokter yang akan memeriksamu sudah datang.”

Baru saja Jonatan hendak melangkah, tangan Sasi menarik lengannya dengan tatapan penuh mohon. Gadis itu tak ingin ditinggal sendiri.

“Hanya sebentar, tidak akan lama.”

Sasi terisak, ia bahkan tidak ingin Jonatan meninggalkannya walau hanya sesaat.

Jonatan mengecup kening Sasi. “Tidak akan lama, Sayang.”

Cukup lama hingga akhirnya Sasi mengangguk. Gadis itu kini meringkuk di tepi ranjang, memeluk tubuhnya sendiri. Jonatan menganjur napas panjang, sebelum melangkah pergi untuk membukakan pintu dokter Violetta.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (15)
goodnovel comment avatar
putristana
argh. .. keterlaluan sekali. sasi kok kamu bisa kuat sih ...
goodnovel comment avatar
Masruroh Masruroh
sasi itu masih takut Jo,,kenapa kamu gituin sih,,, semoga kamu benar" jagain sasi Jo,, kasian sasi
goodnovel comment avatar
~•°Putri Nurril°•~
berharap banget, si sasi bisa sembuh dan dia tetap pura-pura belum sembuh. biar apa, biar dia bisa kabur dari Jonathan kalau emang niat Jonathan cuma ingin menjadikan dia budak selama nya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 44

    Kejadian yang telah dilewati, tidak bisa serta merta Sasi lupakan begitu saja. Terlebih nada suara yang terkesan sumbang dan penuh dengan kengerian. Sasi memang sudah lupa dengan sosok dari suara yang selalu terngiang di benaknya itu. Namun, kemana pun dia melangkah, seolah olah dirinya telah disadarkan jika—semua kemalangan ini untuk menghindar dari pemilik suara yang saat ini tengah berdiri di hadapannya dengan wajah yang cukup bringas. “Apa kau tahu, sudah berapa lama ayah mencarimu, hmm? Apa kau tahu rasa malu yang ayah tanggung selama bertahun tahun karena kau kabur!” Suaranya bahkan terkesan ingin menguliti inci demi inci daging Sasi. Tubuh wanita itu semakin bergetar. Bahkan karena rasa takutnya yang begitu besar, Sasi tidak sanggup lagi mengeluarkan air matanya. Alexander Melolo tertawa kacil. “K-kau!” pekiknya sambil menunjuk wajah sang putri. “Apa-apaan kau ini! Kenapa hanya aku yang merasa senang karena telah bertemu kembali denganmu, Naina!”Sasi bahkan telah melupakan

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 43

    Aroma yang tidak asing. Besi karat, serta bau anyir darah. Suara teriakan karena kesakitan yang terlalu menggema, memekakkan gendang telinga. Perlahan, kesadaran Sasi kembali. Darah sedikit mengering rembas dari helai-helai rambutnya. Gadis itu kemudian berusaha membuka kedua matanya. Awalnya, dia ingin terpejam, karena tak terbiasa dengan silau matahari membuat pandangannya kabur. Namun, kali ini beda. Matanya yang masih tampak sayu-sayup terbuka lebar, ketika kendapati kedua tangannya terikat kuat. Gadis itu saat ini tengah berada di dalam ruangan yang begitu sempit. Dadanya bahkan begitu terasa sesak. Sasi kemudian kembali memejamkan kedua matanya. Mencoba tenang dengan mengatakan jika ini semua hanyalah bagian dari mimpi buruk. Saat membuka kedua kelopak matanya, dia yakin jika semua ini akan lenyap terbawa arus mimpi dalam tidur. Namun, dia sadar jika ada sesuatu yang nyeri di bagian kepalanya, bahkan aroma anyir dari darah yang sedikit mengering dari helai-helai rambutnya masi

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 42

    Sasi merengek pada Jonathan. Pasalnya, gadis itu ingin sekali diajak jalan-jalan menikmati suasana di luar sana. Karena merasa tidak tega dengan sang budak—akhirnya Jonathan mengangguk setuju. “Tapi, aku tidak mau membawamu ke pusat keramaian. Di wilayah ini ada sebuah danau bagus. Kau Pasti menyukainya.” Jonathan mencium kening Sasi dengan hangat. “Cepat ganti pakaianmu. Sebelum aku berubah pikiran.”Sasi berhambur masuk dalam kamar. Karena merasa bingung harus berpenampilan seperti apa. Gadis itu pun mengintip Jonathan dari balik pintu kamar. “J-Joe, b-bisakah kau mencarikanku baju?”Sial! Jonathan bahkan sangat hapal, ketika gadis itu merengek seperti itu dengan kedipan mata yang terbilang binal—berarti dia sedang tidak memakai apa pun saat itu. “Jangan berulah, Sasi. Ayolah, kau tinggal ambil baju di dalam lemari. Kalau aku sampai masuk ke dalam kamar saat ini juga kau bakal habis ku makan!”“T-tapi, aku serius, Joe.”Jonathan menghirup udara banyak-banyak kemudian menghembuska

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 41

    “Nathalie, kau di rumah?” Jonathan menelepon wanita itu ketika Leo sudah pergi. “Aku sedang di butik, ada apa, Jo?” tanya Nathalie dari balik telepon. Jonathan diam sesaat. “Brian ada di rumah? Aku menghubunginya beberapa kali, tapi tidak di respon. Apa dia sibuk?” Suranya datar, bahkan terkesan jauh dari kata marah. “Kau tahu siapa dia. Jam-jam seperti ini, dia masih tidur.”“Katakan padanya, besok malam aku ingin bertemu dengannya di kelab Davin’z.”“Ya, nanti kusampaikan. Bagaiaman kabar Sasi? Apa dia semakin baik? Maksudku, apa dia sudah lebih mengert dengan lingkungannya?”“Ehm. Dia lebih baik dari sebelumnya.”“Syukurlah. Jo, aku rindu denganmu—““Maaf, Nath, aku sedang sibuk.” Jonathan memutus panggilannya sepihak, sebelum sempat mendengar Nathalie melengkapi kata-katanya. “Brian.” Jonathan mengetuk-ngetukkam ujung jarinya pelan di atas meja, sebelah tangannya bertumpu di bawah dagunya. Seola

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 40

    “Sam, apakah Zack sudah sadar?” Pria itu langsung bertanya ketika selesai mencuci tangannya. Ada bercak darah di sana. “Sudah Tuan, saya sudah mengintrogasinya. Katanya penyusup itu bersembunyi di ruangan urutan empat dari pintu masuk. Dekat dengan sel keenam. Saat mengetahui tidak ada pengawal Anda yang berwajah sepertinya, Zack ingin menangkapnya. Tapi penyusup itu melarikan diri. Dia juga mengatakan tidak menyadari jika ada wanita Anda di sana, Tuan. Yang Zack tahu setelah dia terjatuh, seorang wanita menangkapnya dengan ragu ragu. Dan dia langsung menjerit dan meminta tolong.” Jonathan berkeinginan akan menambah ruang penyekapan pribadinya. Jendela di ruangan utama baru saja selesai dibuat, ruangan itu ingin dijadikan tempat beristirahat para pengawal. Sebab, selama ini ruangan para pengawalnya begitu dekat dengan sel penyekapan. Aroma anyir darah memang sudah bersatu di ruangan itu. Setidaknya bau anyir tidak terlalu dekat jika mereka berada di ruangan utama. Tumbuh besar

  • Jatuh Dalam Pesona Budak Cantik   BAB 39

    Selepas bersenggama, Jonathan menidurkan Sasi di dalam pelukannya. Mereka menghangatkan tubuh satu sama lain di dalam selimut yang sama tanpa mengenakan pakaian. Pikiran Jonathan berkecamuk. Pria itu bahkan tidak bisa memejamkan mata sama sekali. Dia tidak mengerti, padahal dirinya belum memukul gadis itu sama sekali, hanya menjambaknya. Namun, tubuhnya sedikit demam sejak tadi. Andai suatu saat dia memukul gadis itu, Jonathan akan menjadi salah satu jajaran pria. Pecundang yang hanya bisa menyakiti wanita. Saat berada di ruangan penyekapan miliknya, entah kenapa Jonathan begitu menaruh curiga pada Sasi. Bukan hanya pada gadis itu, tapi kepada semua orang. Namun, kecurigaannya lebih besar pada Sasi, karena gadis itu orang paling dekat dengannya. Bukankah musuh memang kebanyakan tercipta dari orang terdekat sendiri? Tapi, saat melihat gadis itu memeluk tubuhnya sendiri dan menangis terisak-isak, membuat sesuatu dalam diri Jonathan hancur. Jika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status