Share

bab 5

setelah tadi pak Arman mengazani cucu nya, kini bayi itu tengah di pangku oleh Risma.

,Wajah bayinya sangat mirip dengan mas Reza, apa karena dia tak di akui oleh ayah nya sehingga paras wajah nya tak ada bedanya dengan mas Reza, aku bergumam dalam hati, sambil terus mengamati wajah bayi ku yang telah lahir kedunia ini.

"Wah ponakan ku sudah lahir, lucunya mbak," Keysa yang baru datang langsung saja menciumi bayi ku dengan gemes.

"Ibu mana mbak?," tanya Keysa sambil mengedarkan pandangan nya ke seliling kamar.

"Ibu lagi di toilet Key, " balasku dengan suara pelan karena masih merasa lemas.

"Kalau Bapak dan bang Adam kemana mbk kok aku gak lihat mereka di luar,?" Keysa bertanya lagi.

"Mungkin lagi beli makanan Key, solnya mbak laper banget."

"Eh, kamu udah dateng Key," Bu Lastri yang baru kembali bertanya pada anak bungsu nya itu, karena tadi dia tak ikut.

"Ya bu, baru aja sampai." balas Keysa.

"Mana makanan nya pak," aku bertanya saat melihat Bapak dan Adam masuk keruangan.

"Ini Ris," bapak menaruh nasi bungkus di samping ku.

"Sini bayinya biar ibu yang pegang, kamu makn aja dulu," ibu mengambil alih bayi dari pangkuanku.

Saat aku akan pulang tiba-tiba aku melihat mas Reza dan ibunya yang berjalan ke arah ku.

Mau apa mereka datang ke sini, apa jangan-jangan mereka ingin mengambil bayi ku.

"Risma, mana anak ku, aku ingin melihatnya." ujar mas Reza seletah sampai di depan kami.

Apa aku tak salah dengar dia berkata, anak ku bukan kah selama ini dia tak pernah mengakui anak yang aku kandung lantas kenapa setelah bayi ini lahir, dengan gampangnya dia berkata seperti itu.

"Dia bukan anak mu Mas, bukan kah selama ini kamu tak pernah mengakui nya, lantas kenapa kamu malah mengakui bayi ini setelah dia lahir,?" tanya ku sambil menatap mas Reza, dengan tatapan penuh benci.

"Bayi itu sebaiknya biar kami yang urus, karena dia juga cucu ku," itu mas Reza juga dengan tak tau malunya berkata seperti itu.

"Sampai mati pun aku tak akan menyerahkan bayi ku, bukah kah dulu ibu yang bilang kalau anak ku bukan cucu ibu dan bahkan dengan tega nya ibu menyebar fitnah kalau anak ku adalah anak haram." tekan ku pada ibu nya mas Reza, lelucon macam apa ini setelah bayi ku lahir dengan seenak nya dia ingin mengakui dan ingin mengambil bayi ku, tak akan aku biarkan.

"Sebaiknya kalian pergi dari sini, karena kami juga mau pulang." Adam berucap tegas sambil memandang mas Reza dengan sorot mata tajam.

Aku tau Adam sedang menahan amarah nya karena tak ingin membuat keributan di sini.

"Serahkan dulu bayi itu, baru kita akan pergi," bu Lusi begitu kekeh ingin mendapatkan bayi ku.

Saat dia mendekati ibu dan ingin mangambil bayi ku, dengan cekatan Adam meraih tangan nya dan menghempaskan tangan bu Lusi.

"Ahhkk...., kurang ajar kamu ya, dasar gak punya sopan santun kamu," Bu Lusi terlihat marah karena Adam menghempaskannya.

"Ayo kita pergi tak usah meladeni orang tak waras seperti mereka, " ujar Adam.

"Jangan kurang ajar kamu sama kamu Dam," mas Reza tak terima.

"Hey, mau kemana kalian cepat serahkan bayi itu." Bu Lusi berteriak dari belakang.

Sedangkan kami terus melangkah tak menghiraukan Mas Reza dan bu Lusi.

"Dasar gak waras teriak-teriak kok di rumah sakit." sungut keysa dengan kesal.

"Saat tiba di mobil bida Susi, kami pun segera masuk, sedangkan Keysa membawa motor sendiri."

"hey kembalikan cucu ku," bu Lusi ternyata masih mengejar.

"Ayo bu jalan tak usah hiraukan mereka." pinta Adam.

"Kenapa baru sekarang mereka mengakui anak Mbak dan ingin merebutnya,?" tanya Adam pada ku.

"Mbak juga gak tau Dam," balas ku.

"Mungkin karena mbak Kalista keguguran Mbak dan katanya dia gak bisa hamil lagi karena rahimnya di angkat." ujar bidan Susi.

"Srius Bu, kok bisa,?" tanya ku memastikan.

"Kalau penyebabnya saya juga kurang tau Mbak, karena saya juga cuma mendengar cerita dari sesama rekan medis saja."

Mendengar itu aku hanya mangut-mangut saja.

"Karma itu." celetuk Adam.

"Hus, gak boleh ngomong gitu Dam" ibu mengingatkan.

"Ya maaf bu," balas Adam cengengesan.

šŸµšŸµ

setiba nya di rumah, bayak sekali ibu-ibu yang sudah berkumpul di teras rumah sepertinya mereka sudah menunggu kedangan ku dan bayi ku dari tadi.

Saat aku sudah masuk ke dalam bidan susi juga sudah pulang, tiba-tiba ada mobil mas Reza yang masuk ke halaman rumah.

"Mobil siapa itu Ris," bu Emi bertanya pada ku.

"Kayak nya sih mobil mas Reza bu," balas ku.

"Mau ngapain laki-laki tak punya hati itu ke sini," celetuk bu juli.

"Gak tau juga bu," jawab ku.

Saat mereka keluar ternyata ada Kalista juga yang ikut ke sini.

Bu Juli segera keluar tak tau dia mau apa tapi terlihat bu Juli menghampiri mobil mas Reza.

"Mau apa kamu ke sini, dasar laki-laki tak tau malu." ujar bu Juli pada mas Reza dengan kesal.

"Saya ingin menjemput anak saya" ujar mas Reza dengan raut wajah tanpa malu sedikit pun, benar-benar muke tembok mas Reza itu sehingga tak meliliki rasa malu sedikit pun.

"Hahaha," bu Juli tertawa mengejek.

"Apa saya tak salah dengar anak kata mu, sejak kapan kamu mangakui anak Risma itu anak mu, bukan kah dulu kamu yang mencampak kan nya dan bahkan dengan tega nya ibu mu ini memfitnah Risma," ujar bu Juli sambil menunjuk bu Lusi.

"Eh, gendut kamu tak usah ikut campur urusan kami, sebaiknya kamu minggir," Ujar bu Lusi dan ingin melangkah masuk tapi bu Juli langsung menghadangnya.

"Saya bilang minggir kamu" bentak bu Lusi.

"Jangan pernah berteriak di depan saya jika tak mau saya patahkan tulang leher mu itu," bu Juli berucap pelan tapi penuh penekanan.

Sehingga membuat bu Lusi bungkam, mungkin dia takut dengan amcaman Bu Juli.

Saat ibu mertua nya sedang berdebat dengan bu Juli, Kalista segera masuk dan menghampiri ku.

"Serahkan saja bayi mu pada ku Mbak, biar aku yang merawatnya," ujar Kalista.

"Jangan harap kamu akan mendapatkan bayi ku, karena sampai kapan pun aku tak akan pernah memberikan anak ku pada keluarga tak punya hati seperti kalian." ujar ku dengan tegas.

Adam langsung masuk dan menyeret Kalista keuar, dan Menghempaskannya, jika tak ada mas Reza yang sigap menangkap tubuh Kalista mungkin tubuh nya sudah jatuh terjungkal ke tanah.

"Sakit Mas,"rengek Kalista manja.

Padahal dia tak jatuh apanya yang sakit, dasar wanita lemah.

Tiba-tiba mas Reza menyerang Adam, mungkin dia tak terima karena Adam menyeret Kalista dan membuatnya hampir terjatuh.

Terjadi pertengkaran sengit anatar Adam dan mas Reza bapak dan ibu-ibu di sini mencoba memisahkan meraka.

"Sudah nak, sudah jangan mebuat keributan" ibu menenangkan Adam.

"Cepat pergi dari sini jika kamu tak ingin aku berbuat lebih pada mu." ujar Adam dengan sorot mata tajam, sepetinya dia belum puas menghajar mas Reza.

" Sudah lah ZA, ayo kita pulang nanti kalau keluarga ini tak mampu untuk membiayai anak mu itu, pasti Risma akan mencari mu dan minta uang pada mu." cibir nya sambil menarik tangan Reza dan menyuruh nya masuk ke dalam mobil mereka.

"Akhirnya pergi juga para manusia tak punya hati itu," seru ibu-ibu yang memang masih belum pulang.

"Kamu jangan pernah lemah untuk mengahadapi mereka Ris, jangan pernah takut sama manusia model begituan" ujar bu Emi.

"Bener banget, bagaimana pun kamu adalah ibunya dan si Reza itu cuma numpang nitip benih doang, tapi pas udah jadi gak mau tanggung jawab, pas udah bronjol aja malah mau di rebut kan gak lucu" celetuk bu Juli.

Yang membuat ibu-ibu tertawa karena ucapannya itu.

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan bu Juli.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status