Share

bab 6

"Kami pamit dulu Ris," ujar Bu Juli, mereka pun melangkah keluar.

"Ya, bu makasih ya" balas ku.

"Maaf ya bu, ibu atas kejadian tadi." ujar ibu sambil mengekor di belakang rombongan bu Juli.

"Gak papa kok buk lagian kan itu bukan kesalahan ibu, tapi keluarga Reza yang cari masalah" Bu Emi menimpali.

Setelah rombongan ibu-ibu itu pulang, aku pun mengangkat Alvin dan berniat menyusuinya, tapi asi ku tak mau keluar, Walaupun Alvin sudah mengemut put*ng nya dengan kuat tapi tak ada asi yang keluar sehingga membuatnya menangis mungkin dia haus Karena sejak pulang dari rumah sakit tadi Alvin belum aku susui.

"Kenapa anak mu kok nangis Ris, gak kamu susui" tanya ibu yang menghampiri ku.

"Sudah bu tapi asinya tak mau keluar sedangkan Alvin mungkin dia sudah lapar dan haus" jelas ku.

"Ya, sudah kamu tenangin dulu anak mu, biar ibu menyuruh Keysa untuk membeli sufor dulu."

"Apakah ibu masih punya uang" tanya ku pada ibu karena tadi Yang membayar biaya rumah sakit adalah ibu, karena aku tak punya uang untuk membayarnya.

"Tenang ibu masih punya sedikit simpanan" ujar ibu dan langsung pergi menuju kamarnya.

***

Saat Keysa sudah datang, aku segera bangkit, "kamu jaga Alvin dulu Key Mbak mau bikin susu nya dulu." pinta ku dan meraih plastik yang Keysa bawa di dalam nya sudah lengkap dengan botol dot nya.

"Massyaallah gemes nya ponakan ku ini, rasanya aku mencubit pipi gembul mu ini Al" Keysa berucap sambil memandang wajah Alvin yang tengah tertidur pulas.

****

Hari begitu cepat berlalu tak terasa kini usia Alvin sudah 4 bulan, bayi itu semakin hari semakin menggemaskan siapa pun yang melihat maka selalu tak tahan bila tak menggendong bayi itu.

Untung saja selama ini Alvin tak pernah rewel pada siapa pun pasti dia akan selalu anteng

"Aku berangkat dulu ya sayang, baik-baik ya sama nenek jangan rewel ya nak." Aku menciumi pipi gembul Alvin yang sedang di gendong oleh ibu.

"Risma pamit dulu bu," ucap ku sambil mencium punggung tangan ibu dengan takzim.

"Ya, hati-hati Ris" pesan Bu Lastri pada Risma.

"Ya bu, aku selalu hati-hati kok bu" aku pun segera menyalakan motor melajukannya dengan kecepatan sedang, sambil menikmati suasana pagi yang begitu cerah.

Tak butuh waktu lama aku sudah tiba di kafe tempat ku bekerja selama dua bulan ini, ya aku memang mulai bekerja saat usia Alvin masih 2 bulan, bukan aku tega meninggalkan Alvin yang masih bayi, tapi mau bagaimana lagi kalau aku tak kerja susu Alvin mau di beli pakai apa karena aku tak ingin selalu merepotkan bapak dan Adam, karena aku masih kuat bekerja, dan aku tak ingin selalu menjadi beban keluarga.

Di tambah biaya sekolah Keysa dan kehidupan sehari-hari pun kadang masih kurang, jika dia bekerja setidaknya dia juga bisa membantu biaya untuk kehidupan sehari-hari nya.

"Udah lama kamu nyampek nya Dew," tanya ku pada Dewi yang sudah ada di dalam kafe.

"Aku baru aja nyampek Ris," jawab Dewi yang masih sibuk menyiapkan bahan-bahan yang mau mereka masak.

Setelah menyimpan tas dan berganti pakaian dengan seragam kafe aku segera membantu Dewi.

"Doni sama Lila belum dateng ya Wi," ujar ku pada Dewi.

"Belum Ris, mereka kan biasanya memang agak siangan datengnya." balas Dewi.

"Oh, ya Ris, kamu tau gak kalau kafe ini katanya sudah di jual oleh pak Lukman dan katanya bosa baru kita akan datang kesini hari ini"

" Serius kamu Wi, kamu tau dari mana kalau kafe ini di jual, dan apakah kita akan di pecat nantinya, padahal kan aku baru 2 bulan kerja Wi masak harus cari kerjaan baru lagi." seru ku dengan nada cemas, karena kalau sampai aku di pecat dari kafe ini, aku tak tau harus cari pekerjaan di mana lagi.

"Aku tau dari Doni kamaren Ris, ya semoga aja bos baru kita masih mau mempekerjakan." ujar Dewi.

"Amiin, semoga aja Wi." balas ku.

šŸµšŸµ

"Ris, tolong kamu anterin pesanan ini ke meja nomor 10 itu ya, aku mau ke toilet dulu udah kebelet nih" Ujar Dewi sambil ngacir ke arah toilet.

Aku pun membawa nampan yang ber-isikan minuman serta makanan yang di pesan oleh pengunjung kafe ini.

Saat aku sudah dekat dengan meja nomor 10, aku sedikit terkejut karena ada mas Reza dan Kalista yang duduk di sana, ternyata yang memesan minuman dan makanan ini adalah mereka, aku pun meneruskan langkah ku hingga sampai di samping meja.

Menaruh minuman dan makanan mereka di atas meja seperti nya mereka tak menyadari keberadaan ku, karena mas Reza dan Kalista sedang fokus pada ponsel mereka masing-masing.

"Silahkan di nikmati Mbak, Mas," ujar ku dan hendak pergi tapi suara Kalista menyuruh ku untuk berhenti.

"Berhenti Ris, kenapa buru-buru sekali" ujar Kalista.

"Maaf jika tak ada hal penting saya masih banyak kerjaan," ujar ku dengan sopan karena tak ingin membuat keributan.

"Heh, sombong sekali kamu baru jadi pelayan saja sudah belagu, dasar wanita murah*n," ujarnya lagi.

"Yang murahan bukan saya tapi anda sendiri." balas ku pada Kalista karena aku tak ingin selalu di rendahkan bahkan di bilang murah*n, dan yang jelas aku tak pernah berbuat kotor seperti yang selalu dia ucapkan, biarlah sekali-kali aku melawan agar aku tak selalu di remehkan.

"Berani sekarang kamu menjawab ya" teriaknya dengan kesal dan meraih jus jeruk yang ada di atas meja, dan

Byuurr....

Aku memejamkan mata, tapi kenapa aku tak merasakan apa-apa, saat aku membuka mata, aku begitu terkejut karena ada laki-laki yang melindungi ku dengan tubuhnya dari siraman Kalista.

"Jika hanya ingin membuat ketibutan cepat pergi dari sini, sebelum saya memanggil security dan menyeret anda dengan paksa." suara laki-laki di depan ku terdengar dingin dan tegas.

"Mas Andre," Kalista berucap sambil terus memamdangi laki-laki di depannya, aku yang masih berada di belakang tubuh pria ini pun sedikit menyembulkan kepala, guna melihat ekspresi mas Reza saat istri kesayangan nya menyebut nama pria lain.

"Saya tidak kenal anda cepat keluar dari sini." suara pria di depan ku masih dengan nada dingin.

"Kamu kenal dengan dia,?" tanya mas Reza pada istri nya itu, tapi tak di respon oleh Kalista yang masih memandangi wajah pria di depannya, sepertinya dia terpesona dengan paras sempurna pria yang menolong ku ini.

"Ayo cepat pergi," ujar nya sambil menarik tangan istrinya setelah tadi Meletakkan uang di atas meja.

"Makasih," ujar ku, tapi pria itu cuek dan pergi begitu saja dari hadapan ku.

"Kamu gak papa Ris," tanya Dewi yang baru menghampiri ku setelah pria itu melangkah pergi.

"Aku gak papa, kemana aja kamu dari tadi kok baru nyamperin pas udah kelar pertunjukannya." tanya ku pada Dewi.

"kan gak perlu di bantuin udah ada yang lebih dulu bantuin kamu, udah ayo balik ke dapur lagi masih banyak kerjaan,"

Aku pun mengekori Dewi setelah mengambil uang di atas meja dan menyerahkan pada lili Karena dia yang bertugas menjaga meja kasir.

*

Pov reza.

"Siapa laki-laki tadi Lis," Reza bertanya saat mereka sudah sampai di rumah.

"Cuma temen aja kok mas," jawab Kalista

"Lalu kenapa tadi dia berkata kalau dia tak kenal dengan mu." Reza bertanya lagi karena merasa belum puas dengan jawaban istrinya itu.

"Mungkin dia sudah lupa Mas, karena dia teman waktu SMA dulu."

"Sudah lah tak usah bertanya lagi aku capek mau tidur." ujar Kalista dan melangkah pergi meninggalkan Reza yang masih duduk di ruang tamu.

ntahlah kenapa rasanya Reza kurang percaya akan penjelasan Kalista, karena tadi Reza melihat tatapan Kalista yang berbeda, seperti ada sesuatu yang istrinya itu sembunyikan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status