Share

bab 4

Author: Aniepesek
last update Last Updated: 2023-02-18 15:48:41

Pagi harinya seperti biasa aku membantu ibu memasak di dapur.

"Oh, ya Ris, bukankah hari ini kamu ada jadwal untuk periksa ke bidan untuk mengecek kandungan mu?," ibu bertanya pada ku.

Aku hanya meng-iyakan pertanyaan ibu karena memang hari ini waktunya aku periksa.

"Ya bu,"

"Mungkin nanti aku akan ke rumah bu bidan, kayak nya sih aku ke sananya agak siangan." jawab ku lagi.

"Mau ibu temenin gak ke sananya, kan hari ini si Keysa gak bisa anterin kamu karena dia harus sekolah," ujar ibu lagi.

"Gak, usah bu, aku bisa kesana sendiri kok, lagian kan rumah bidannya gak terlalu jauh, aku bisa bawa motor sendiri kok bu, ibu gak usah khawatir" ucap ku.

"Tapi kan motor nya akan di bawa Keysa ke sekolah Ris, dan yang satunya mungkin akan di bawa Adam." jelas ibu.

Membuat ku menepuk jidat, aku lupa kalau di rumah hanya ada dua motor saja, yang akan di pakai oleh Adam dan Keysa, sedangkan bapak kalau bekerja selalu ikut pak didi yang memang bekerja di tempat yang sama dengan bapak.

"Ya udah bu nanti aku nebeng sama Keysa aja," ujar ku pada ibu.

"Terus pulangnya kamu naik apa? " tanya ibu.

"Ya jalan kaki aja bu, sekalian olah raga biar sehat." jawab ku sambil tersenyum ke arah ibu.

"Terserah kamu aja Ris, ini kan sudah selesai semua kamu ganti baju dulu gih habis itu sarapan katanya mau ikut Keysa. " ujar ibu padaku.

"Ya bu, aku ke kamar dulu ya." aku pun segera melangkah meninggalkan dapur.

*

Saat aku tiba di depan rumah bu bidan, di sana sudah ada mobil yang terpakir di halaman rumah bidan Susi.

sepertinya mobil itu tak asing bagi ku, aku seperti pernah melihat mobil itu, "tapi di mana ya", aku berguman mencoba mengingat-ngingat tentang mobil putih itu.

"Mikirin apaan sih mbk, kok belum turun juga udah nyampek ini." suara Keysa membuat ku sadar dari lamunan.

"Key, coba kamu lihat mobil itu, kok mbak kayak pernah lihat ya mobil itu tapi mbak lupa pernah lihat di mana." Tanya ku pada Keysa siapa tau dia tau milik siapa mobil itu.

"Bukannya itu mobil mas Reza, masak sih mbak lupa." ujar Keysa, dan membuat ku langsung ingat kalau aku memang pernah melihat mobil itu saat tak sengaja berpapasan di jalan kemarin saat aku pulang dari rumah dini.

"Ya sudah mbak mau masuk dulu, kamu hati-hati di jalan, ingat bawa motornya pelan-pelan jangan ngebut" pringat ku pada Keysa.

"Ya, mbak, mbak juga hati-hati nanti pulangnya."

Setelah Keysa menjauh aku pun segera melangkah masuk.

"Assalamualaikum" ucap ku.

"Waalaikumsalam" jawab mereka serempak.

Saat ibunya mas Reza menyadari bahwa yang mengucap salam adalah aku, dia langsung menunjukan ketaksukaan nya pada ku.

"Eh, mbak Risma mau priksa juga mbk," Tanya bidan Susi memecah keheningan, bidan Susi sangat ramah padaku.

"Ya bu, kalau masih belum selesai saya tunggu di luar saja." Pamit ku.

"Sudah selesai kok mbak, masuk aja Mbak." pinta bidan Susi pada ku.

Aku pun melangkah masuk, walaupun tatapan Kalista dan ibu sangat sinis, tapi aku tak menghiraukannya karena aku kesini hanya ingin periksa bukan ingin mencari masalah.

"Ini bu obatnya, tolong di minum sampai habis ya bu, dan jangan ber-aktifitas yang berat-berat dulu banyakin istirahat, karena kandungan ibu masih muda,"

ucapan bidan Susi barusan membuat ku sedikit terkejut, pantas saja tadi sebelum aku melangkah masuk raut wajah Kalista dan ibu sangat bahagia ternyata ibu akan memiliki cucu dari menantu pilihannya, sedangkan dulu ketika aku hamil ibu malah menyuruh mas Reza menceraikan ku, dan bahkan tak mau mengakui anak yang aku kandung ini.

Sungguh sagat miris nasibku, aku hanya bisa tersenyum pahit kala mengingat semua itu.

Sangat berbanding balik dengan kehamilan Kalista sekarang, yang di sambut dengan bahagia oleh ibu dan Mas Reza.

🏵🏵

hari-hari ku lalui dengan ikhlas dan sabar, berharap suatau saat nanti aku bisa merasakan kebagiaan.

Saat ini usia kehamilan ku sudah sembilan bulan, hanya menunggu beberapa hari lagi untuk lahiran, menurut bidan Susi, mungkin satu minggu lagi atau bahkan bisa kurang dari satu minggu waktu lahiran ku.

"Ibu mana Key," tanya ku pada Keysa.

"Kayak nya sih di kamarnya Mbak, mungkin lagi shalat, ashar, memangnya ada apa Mbak" Tanya Keysa pada ku.

"Gak ada apa-apa kok Key, cuma nanya aja," balas ku sambil menjatuhkan diri ini di samping Keysa.

"Kalau Adam sama bapak, mereka belum pulang ya Key." ujar ku lagi.

"Belum Mbak, kalau bang Adam mungkin dia lagi kerja selesai kuliah tadi,"

Ya Adam memang masih kuliah dan setelah selesai kuliah dia bekerja paruh waktu, untuk membantu biaya kehidupan kami, karena kalau hanya mengandalkan penghasilan bapak kadang tak cukup untuk biaya sebulan, apalagi kadang juga harus bayar uang sekolah Keysa, kalau Adam kuliah karena dia mendapatkan biaya siswa.

********

Terdengar suara adzan subuh, aku pun segera bangkit dan keluar dari kamar mandi yang terletak di dekat dapur.

Saat selesai mengambil wudu aku pun kembali ke kamar dan melaksanakan kewajiban ku sabagai umat muslim.

Setelah selesai shalat subuh aku pun merapikan mukena dan menaruhnya di tempat semula.

Saat ingin keluar kamar tiba-tiba ada sesuatu yang merembes keluar di sertai perut ku yang mulai mules, "Apakah ketuban ku sudah pecah," tanya ku pada diri sendiri,sambil memegangi perut yang semakin sakit.

"Ibu... ..." panggil ku sedikit berteriak.

Terlihat ibu berlari menghampiri ku dengan masih menggunakan mukena, mungkin ibu baru selesai shalat dan tak sempat membuka mukenanya karena mendengar teriakan ku.

"Ya allah kamu kenapa Ris," ujar panik sambil merangkul ku.

"kamu sudah mau lahiran Ris, kutaban kamu sudah pecah, bapak Adam Keysa cepat kesini" ibu berteriak panik.

"Sakit buu......" Keluh ku pada ibu saat kami berada di dalam mobil menuju puskesmas terdekat, tadi Adam sempat menelpon Bidan Susi dan meminta bantuannya.

"Sabar Nak sebentar lagi kita akan sampai" ucap ibu sambil memangku kepala ku.

Saat sudah sampai di puskesmas aku langsung di dorong ke ruagan bersalin dan yang menangani ku Bidan Susi langsung di bantu oleh 2 suster yang memang bertugas di puskesmas ini.

Selang infus sudah terpasang ibu masih setia mendampingi ku, sedangkan bapak dan Adam mereka sedang menunggu di luar.

Aku tak seberuntung perempuan lainnya, saat momen seperti ini harusnya ada suami yang mendampingi, tapi aku hanya di dampingi oleh keluarga ku, tanpa seorang suami.

"Sakit buuu......" ujar ku saat kontraksi semakin menjadi, sakitnya luar biasa, aku pun menangis tanpa sadar karena tak kuat menahan rasa sakitnya.

"Sabar Ris, sabar kamu pasti kuat, ingat kamu harus bisa melahirkan anak mu," ujar ibu menguatkan ku, sambil mengelap keringat dingin yang membanjiri dahi.

"Saya cek dulu ya Mbak, sudah pembukaan berapa," ujar Bidan Susi.

"Yang sabar mbak ini masih pembukaan 5 sisa 5 lagi mbk, posisi tidur nya miring ke kiri Mbak agar pembukaan nya lebih cepat." Saran bidan Susi.

Tanpa menyahut aku pun menuruti ucapan Bidan Susi.

Saat memiringkan badan ke kiri sakit malah semakin menjadi, aku mencoba mengatur nafas, guna mereda sara sakitnya, tapi tak ada gunanya sakit yang aku rasakan teramatlah sakit, semua tulang-tulangku rasanya patah semua. Setelah berjam-jam di ruangan bersalin dan berjuang untuk melahirkan buah hatiku kedunia akhirnya aku berhasil mengeluarkan bayiku.

"Oeekkk.. ....oekkk. ...oekk.... "

Ibu terlihat menitikkan air mata saat melihat cucu nya lahir dengan selamat.

"Alhamdulillah" Pak Arman mengucap syukur setelah mendengar suara tangisan bayi dari dalam ruang bersalin.

"Silahkan masuk pak, azani dulu bayinya." ujar Suster yang baru keluar dari dalam.

"Ya, Sus," pak Arman menjawab dan segera masuk ke dalam untuk segera mengazani cucu nya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh Talak Saat Hamil   bab 50

    50Kehidupan Risma dan Andre semakin tentram dan bahagia, dulu Risma mendapat seorang suami yang tega menalaknya dan memilih wanita lain, namun Risma sekarang sangat bersyukur karena Allah telah memberinya seorang pengganti yang lebih menyayangi dirinya bahkan bisa di bilang Risma selalu di ratukan oleh Andre, Andre tak pernah sekalipun berbuat kasar pada Risma bahkan meninggikan suaranya pun Andre belum pernah. "Sayang lagi ngelamunin apa sih.?" Andre memeluk tubuh Risma dari arah belakang."Nggak ada apa-apa kok Mas.""Kinara boboknya nyenyak banget ya." ucap Andre menoleh kearah kasur di mana Kinara sedang tertidur dengan pulas, Kinara memang masih satu kamar dengan Risma walaupun Risma sudah menyewa seorang baby sitter namun Risma tak ingin lepas tangan begitu saja, apalagi Kinara masih asi. "Makasih ya Mas.""Untuk,?" Tanya Andre sambil membalik tubuh Risma. "Untuk semuanya, makasih karena Mas selama ini tak pernah berlaku kasar padaku, bahkan Mas tak pernah protes walaupun k

  • Jatuh Talak Saat Hamil   bab 49

    49 Satu tahun telah berlalu kini kehidupan Reza semakin tak karuan bahkan Emeli memilih meninggalkan Reza yang semakin gila dengan minuman dan tak hentinya melakukan judi membuat Emeli tak kuat dengan sifat abangnya itu, Emeli memilih ngontrak tak lagi mau tinggal serumah dengan abangnya. "Mel, gimana Abang Lo masih gak berubah dia masih doyan minum.?""Nggak tau gue udah lama banget gak bertemu dia, dan udah gak tau kabarnya lagi.""Lo gak pernah pulang ke rumah lagi Mel.?""Nggak gue masih tinggal di kontrakan gak mau gue lihat bang Reza yang tiap harinya pulang mabuk dan selalu saja gemar berjudi hingga hutangnya di mana-mana.""Mungkin ini adalah hukuman buat bang Reza dulu dia jahat banget sama mbak Risma bahkan menalak mbak Risma saat mbak Risma tengah hamil, dan malah memilih menikah dengan wanita lain. Dan sekarang kehidupan bang Reza malah semakin tak karuan, entahlah gue bingung sebenarnya gue merasa kasian melihat keadaan bang Reza tapi gue juga merasa kecewa sama bang Re

  • Jatuh Talak Saat Hamil   bab 48

    48Reza baru saja pulang karena mendapat kabar jika ibunya sudah tiada, Reza memasuki rumahnya, kakinya tiba-tiba lemas saat melihat tubuh ibunya yang sudah terbaring kaku di tutupi oleh lain jarik, banyak warga yang membacakan surat yasin di samping sang ibu, Emeli menangis tergugu, di samping ibunya. Dengan langkah berat Reza mendekati jasad sang ibu, Reza membuka kain yang menutup wajah ibunya, saat melihat wajah sang ibu yang sudah pucat pasi, Reza tak kuasa manahan air matanya, rasa penyesalan tiba-tiba menelusup kerongga dadanya. "Apakah Mas puas, melihat ibu yang sudah tak bernyawa seperti ini,?" Ujar Emeli, dengan suara lirih. Namun Reza tak menanggapi ucapan adiknya itu, Reza memeluk tubuh bu Lusi diiringi oleh isak tangisnya."Maafkan Reza bu, maaf," lirih Reza sambil tergugu. Jasad bu Lusi pun di mandikan oleh warga, selesai di mandikan dan di kafanin, barulah jenazah itu di salatkan. Setelahnya mereka membawa jasad bu Lusi untuk di kebumikan. Dipemakaman umum yang ada

  • Jatuh Talak Saat Hamil   bab 47

    47Reza masih saja bersenang-senang dengan wanita sewaannya, dia tak memikirkan keadaan sang ibu yang sedang koma di rumah sakit, ibunya yang sedang bertaruh antara hidup dan mati, namun Reza malah asik bersenang-senang dengan wanita di club malam. "Ada apa dengan ibu dok,?" Emeli bertanya dengan nada cemas saat melihat raut wajah dokter yang sangat sendu. "Maaf mbak, saya harus menyampaikan jika ibu mbak sudah tak tek tertolong," Lirih dokter itu, membuat Emeli syok dan hampir saja limbung jika tangannya tak berpegangan pada tembok. "Jangan bercanda dok, ibu saya gak mungkin mati, ibu saya pasti masih hidup, dokter bohongkan,?" Emeli mengguncang tubuh dokter itu. "Maaf mbak, saya tak sedang bercanda saya serius," Jawab dokter itu dengan sungguh-sungguh membuat Emeli jatuh bersimpu di lantai. "Nggak, nggak mungkin, ibu gak mungkin pergi secepet ini," Raung Emeli di iringi dengan tangissannya yang mulai pecah. "Yang sabar mbak, agar ibu mbak bisa tenang di alam sana, saya permisi

  • Jatuh Talak Saat Hamil   bab 46

    46"Aku harus apa sekarang bagaimana caranya agar aku bisa mendapatkan uang banyak untuk biaya pengobatan ibu, sedangkan bang Reza malah seperti itu," Emeli hanya bisa menghela nafas kasar. Kala memikirkan biaya rumah sakit yang pastinya tak sedikit jumlahnya nanti yang harus ia tanggung. "Mel," Teman-teman Emeli datang mengunjungi Emeli yang sedang ada di rumah sakit."Kalian kesini,?" Emeli bangkit menyapa teman-teman nya. "Gimana kabar nyokap Lo Mel,?""Masih koma, gak tau gue lihat kondisi nyokap kek gini,""Yang sabar Mel, doakan saja, semoga nyokap lo cepat sadar.""Makasih loh, kalian udah mau repot-repot datang kesini,""Santai aja kali Mel, kita kan bestie.""Abang Lo mana,?""Gak tau, tadi dia keluar,""Boleh gak sih kita lihat kondisi nyokap Lo,""Boleh aja tapi harus gantian,""Ok lah,"Teman-teman Emeli masuk secara bergantian keruang rawat Bu Lusi. ***Malam harinya Risma dan Ande masih menikmati masa-masa pengantin barunya, Risma merasa sangat bahagia mendapat perlak

  • Jatuh Talak Saat Hamil   45

    45 bu Lusi lumpuh. Saat Risma dan Andre telah pergi Emeli kembali duduk di kursi yang ada di depan ruang rawat ibunya itu. "Ya Allah apakah Ini adalah karma untuk ibu," gumam Emeli yang kembali mengingat semua kenangan buruk di masalalu yang pernah ibunya lakukan pada Risma. "Apa yang kamu pikirin Mel," ucap Reza yang baru saja kembali. "Abang dari mana,?" Emeli malah balik bertanya. "Abang dari luar, ini abang beliin cemilan buat kamu juga," Reza mengulurkan sebuah bungkusan kearah Emeli. Namun Emeli enggan menerima cemilan yang Reza belikan. "Di situasi begini abang masih bisa foya-foya, abang sebenarnya kasian gak sih sama ibu, yang sedang terbaring koma, seharusnya uang yang di beri mbak Risma tadi abang simpan untuk biaya pengobatan ibu, bukan untuk foya-foya, kita akan membayar dengan apa biaya rumah sakit ini bang, kalau kita gak punya uang, apalagi abang sekarang sudah gak kerja. Begitu pun aku yang hanya kerja paruh waktu dengan penghasilan yang tak seberapa aku tak yak

  • Jatuh Talak Saat Hamil   beb 44

    44Risma yang mendengar kabar jika mantan ibu mertuanya kecelakaan pun berinisiatif untuk menjenguk karena bagaimana pun mantan mertuanya itu masih nenek Alvin. "Aku boleh kan Mas menjenguk bu Lusi,?" Tanya Risma pada Andre. "Boleh aja nanti bira Mas yang antar kamu kerumah sakit," Balas Andre. "Ok, mas," "Sekarang kita sarapan aja dulu, kamu mau ikut mas ke kantor nggak,?""Mau sih Mas, sama Alvin juga kan,""Iya sama Alvin,"***Siang harinya Andre mengantarkan Risma untuk kerumah sakit, sesuai dengan perkataannya tadi pagi. "Dimana ya Mas ruangan rawatnya,?""Kamu tanya aja sama perawat disini,""Permisi Sus, ruangan rawat pasien bernama bu Lusi di mana ya sus,?""Ada di sebelah kanan bu, ibu maju aja kamar pasien ada di sana.""Makasih sus,""Sama-sama bu,""Ayo mas, Al,"Mereka pun melangkah menuju ruangan bu Lusi sesuai petunjuk suster tadi.. "Itu sepertinya Mas Reza, dan Emeli mas," Risma menunjuk Reza dan yang Emeli yang sedang duduk di kurai depan ruang rawat. "Ayo ki

  • Jatuh Talak Saat Hamil   bab 43

    43"Hallo Za, ibumu sekarang ada di rumah sakit kamu cepat kesini," Ujar bu Juli pada Reza saat panggilannya telah di angkot oleh Reza. "Ini siapa ya, ibu saya sedang di pasar jadi gak usah mengada-ngada," Balas Reza yang merasa tak percaya. "Saya bu Juli Za, saya serius cepat kamu kesini kondisi ibumu sangat memprihatinkan." Ujar bu Juli, Reza pun langsung bangkit dari tempat duduknya lalu segera berlari keluar dari dalam rumahnya dia benar-benar khawatir dengan keadaan ibunya saat mendengar perkataan Bu Juli. **Sedangkan di rumah sakit Bu Lusi sudah di tangani oleh dokter, namun semua dokter yang ada di sana malah menghilangkan kepalanya saat detak jantung Bu Lusi semakin lemah. "Ini gimana dok, detak jantung pasien semakin menurun.?" "Kita akan coba sebaik mungkin jika pasien tetap tak bisa kita selamatkan, mungkin ini memang jalan takdirnya.""Bu, ibu sana gimana keadaannya,?"Tanya Reza yang baru saja sampai di rumah sakit. "Belum tau dokter masih belum ada yang keluar, ib

  • Jatuh Talak Saat Hamil   bab 42

    42 karma"Terserah ibu dan Abang saja, aku tak mau ikutan dalam rencana kalian," Ujar Emeli. "Awas aja kamu juga minta uangnya kalau ibu dan abangmu berhasil," Balas bu Lusi, pada anak gadisnya itu. "Gak akan bu," jawab emeli berlalu keluar dari rumahnya. "Ini kita harus ngapain bu, jika kita hanya berdiam diri saja, maka otomatis kita tak akan pernah bisa menguasi Alvin.""Kita ambil paksa aja Za, kalau mereka gak mau ngasih secara baik-baik," usul bu Lusi, padahal dulu dia sendiri yang tak ingin mengakui Alvin sebagai cucunya, namun sekarang setelah Alvin lahir, bu Lusi dengan seenaknya ingin mengambil Alvin, bukan karena benar-benar sayang namun hanya ingin memanfaatkan Alvin hanya demi uang. "Kalau di ambil paksa secara terang-terangan jelas itu tak akan bisa bu, secara Andre memberikan penjagaan yang ketat pada Alvin, kita harus mencari waktu yang tepat untuk bisa mengambil Alvin dari sana.""Lalu kita harus gimana Za, kalau kita menculikanya yang ada kita malah masuk penjar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status