Share

Dimutasi

Author: Caramelly
last update Last Updated: 2025-03-26 12:34:15

Waktu telah berlalu, dan akhirnya Lizbeth kembali bekerja setelah menghabiskan satu minggu masa cutinya di sebuah penginapan. Pagi itu, sebelum berangkat kerja, ia hanya memakan sepotong roti demi menghemat pengeluaran. Setelah itu, ia menaiki bus menuju tempat kerjanya. Lizbeth bekerja sebagai resepsionis di sebuah perusahaan Real Estate.

"Aku dengar pernikahannya gagal! Kekasihnya malah menikahi kakaknya."

"Pasti kakaknya lebih cantik. Sampai sekarang aku masih heran, kok bisa si cupu kayak dia kerja di sini."

"Katanya, dia sempat menggoda kepala divisi kita."

Lizbeth yang sedang berada di dekat loker pura-pura tidak mendengar apa pun. Ia memilih mengabaikan komentar menyakitkan itu. Hingga tiba-tiba, suara pintu loker dibanting keras membuat semua terdiam.

“Jaga bicara kalian. Hati Lilibeth, jauh lebih cantik daripada mulut kalian berdua!” tegur Grace teman dekat Lizbeth.

Kedua perempuan yang membicarakan Lizbeth pergi. Grace menghampiri Lizbeth yang kini menutup lokernya dengan tenang, sama sekali tidak terlihat terprovokasi.

“Mereka keterlaluan. Kenapa kamu diam saja?”

“Apa yang mereka katakan memang benar. Aku jelek, tidak secantik kakakku. Tak akan ada yang menginginkan perempuan cupu dan jelek seperti aku."

Grace tertegun mendengar ucapan sahabatnya dan melangkah bersamanya keluar ruangan.

“Kamu cantik Lilibeth, bajingan itu saja yang buta!” ucap Grace dengan nada meyakinkan Lizbeth.

Hari itu, Lizbeth menjalani pekerjaannya seperti biasa. Meski cibiran masih berdatangan, ia tetap menyambut tamu dengan ramah. Bagi sebagian orang, Lizbeth mungkin terlihat cupu, tapi tak ada yang bisa meragukan integritasnya.

"Kamu sudah dengar belum? Katanya perusahaan akan berganti kepemilikan. Rumor kebangkrutan itu bukan sekadar kabar burung lagi!"

Lizbeth yang mendengarnya langsung menunduk, rasa cemas menguasai dirinya. Ia baru saja menghabiskan banyak uang dan bahkan diusir dari rumah. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Untuk makan saja ia sudah harus berhemat. Tidak mungkin ia meminta Elmer mengembalikan sebagian uang yang telah digunakan untuk pernikahan yang gagal itu.

Di tengah kecamuk pikirannya, telepon di meja depan berdering. Grace yang menjawab panggilan itu.

"Baik, Pak. Saya akan segera memberitahu Lizbeth."

Grace menutup panggilan itu dan meraih tangan Lizbeth. “Lilibeth, kamu dipanggil Pak Rainer.”

‘Lilibeth’ adalah panggilan sayang dari orang-orang terdekatnya, seperti saudara dan sahabatnya. Grace menepuk pundaknya pelayan.

“Pak Rainer menunggumu di ruangannya.”

Tanpa pikir panjang Lizbeth langsung pergi menuju ruang atasannya. Kini Lizbeth berdiri di hadapan Rainer yang tengah duduk.

“Duduklah,” ucap Rainer.

Lizbeth pun duduk, dan mencoba untuk tetap tenang. Beberapa saat kemudian, Pak Rainer mendorong sebuah dokumen ke arahnya.

"... apa ini, Pak?"

Saat membuka dan membaca isinya, mata Lizbeth membelalak. Itu surat mutasi.

“Pak ini ....”

“Perusahaan ini akan segera berganti kepemilikan. Kantor pusat meminta beberapa orang. Jadi, saya memilihmu untuk dipindahkan ke sana.”

Setelah keluar dari ruangan atasannya, Lizbeth menghela napas panjang. Di tangannya, ia memeluk surat mutasi yang tak mungkin ditolak. Ia tahu, ini tentang mempertahankan hidup. Atau kehilangan pekerjaan bukanlah pilihnya.

***

Lizbeth berdiri memandangi gedung pencakar langit bertuliskan ‘KINGSLEY’. Keluarga Kingsley adalah konglomerat asal Amerika, yang rumornya dari kalangan Mafia! Kingsley memiliki banyak anak perusahaan. Perusahaannya bergerak dibidang real Estate, infrastruktur dan konstruksi. Mereka juga memiliki tempat hiburan, klub malam, serta kasino. Serta anak perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan restoran, dan kini sudah merambat ke seni dan hiburan.

Hari ini ia resmi mulai bekerja di kantor pusat. Proses perpindahannya berlangsung sangat cepat. Ia melirik ke sekeliling, suasana kantor pusat terasa lebih besar dan jauh lebih ketat. Lizbeth menghampiri meja resepsionis.

"Halo, saya Lizbeth, resepsionis baru di kantor ini."

Resepsionis bernama Angela terbelalak melihat sosok Lizbeth yang berkacamata. Ekspresi di wajahnya seolah dia tidak percaya, orang baru yang dikirimnya jauh dari prediksinya.

“Tunggu, saya akan menghubungi kantor office dulu.”

Lizbeth hanya mengangguk pelan. Tak lama kemudian, ia dibawa menghadap atasannya yang baru, seorang manajer perempuan.

“Hallo, saya Lizbeth. Saya dimutasi kemari,” ujar Lizbeth seraya menyerahkan dokumen mutasinya.

Sonia, manajer barunya, menerima berkas itu. Tatapannya menelusuri Lizbeth dari kepala hingga kaki. Raut wajahnya menunjukkan keterkejutan yang tak jauh berbeda dari Angela sebelumnya.

"Kamu bisa mulai bekerja hari ini. Alex, berikan seragam dan kunci lokernya," perintah Sonia.

"Kupikir yang datang itu perempuan cantik. Apa dia bisa bertahan di sini?" cibir Alex sambil mengangkat alis.

Lizbeth tampak sabar. Dia sudah terbiasa menerima komentar seperti itu. Lizbeth pun mengikuti Alex pergi ke loker dan memberikan seragam itu kepada Lizbeth.

“Semoga kau bisa bertahan!” sindir Alex sambil berlalu.

Lizbeth mengernyit, merasa seolah dirinya sudah divonis takkan mampu bertahan di kantor ini. Setelah berganti pakaian, ia kembali ke area depan. Namun, suasana kantor terlihat jauh lebih sibuk dari sebelumnya. Beberapa orang tampak menggelar karpet merah.

"Eh, ada apa ini?" tanya Lizbeth pada Angela.

"CEO akan datang. Cepat, kita harus menyambutnya. Jangan sampai ada kesalahan!"

Lizbeth terdiam. Sepanjang kariernya, belum pernah ia menyambut langsung kedatangan CEO. Kini, semua dari resepsionis, divisi administrasi, hingga manajer berdiri berjejer menanti.

"Tundukkan wajahmu. Dia tidak suka ditatap langsung," bisik Angela.

Lizbeth menuruti arahan Angela dan menundukkan kepalanya. Tak lama, sosok sang CEO keluar dari mobil mewah yang terparkir di depan. Ia berjalan masuk diiringi sekretaris dan dua bodyguard-nya.

"Selamat datang kembali, Pak," sambut seorang direktur.

Sang CEO berjalan melewati semua orang tanpa berkata sepatah kata pun hingga akhirnya masuk ke dalam lift pribadi.

Di saat yang sama, Lizbeth mencium aroma yang sangat ia kenali.

‘Wangi parfum ini...’

Ia perlahan mengangkat kepalanya dan melirik ke arah lift. Namun, pintu lift telah tertutup rapat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
hayooo bakalan syokkk ga yaa ni cewe hahaha
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Aku Sudah Lelah

    Lucien mengerti kekawatiran Lizbeth. Ia meraih tangan Lizbeth, menatapnya penuh kelembutan. “Jangan dipikirkan. Ada aku, kamu tidak perlu takut. Percaya padaku, dia pasti bisa menerima pernikahan kita... Meskipun mungkin sifat dinginnya tidak sepenuhnya bisa dihilangkan. “Lizbeth menghela napas, ia manggut pelan. “Aku tidak akan menyerah, aku akan mencuri hati ibumu. Aku yakin suatu hari nanti dia bisa menerimaku di dalam keluarga Kingsley. “Lucien tersenyum tipis dan perlahan mengelus wajah Lizbeth penuh kasih sayang. “Lilibeth, kamu jangan sedih lagi ya. Aku tidak mau kamu sedih, jangan sembunyikan apapun dariku. Jika kamu sedih, aku adalah pundakmu. “Lizbeth menatap mata suaminya. Ia sadar kalau suami-istri harus terbuka. Dan semua hal dibicarakan dari hati ke hati dengan kepala dingin. Lizbeth memeluk Lucien. “Aku sudah membuat kamu cemas, ya. Lucien terima kasih sudah sabar denganku. ““Antara kita tidak perlu ada kata terima kasih. Lilibeth, aku menyayangimu.”“Aku juga m

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Aku Kembali

    Lucien tidak tahan, jadi dia pergi ke taman untuk menenangkan pikirannya. Ia berjalan seorang diri, dan langkah kakinya terhenti di bawah pohon rindang. Ia duduk di bawah pohon, seraya memeluk lututnya.Ia tidak tahu harus bagaimana. Tangisan Lizbeth masih terngiang di kepalanya. Kalimat itu menyayat hatinya, tentang rindu pada masakan ibunya dan semua hal yang Lizbeth lewati. Lucien menutup mata. Hatinya sesak. Ia tahu, ia tidak bisa mengembalikan apa pun. Tidak bisa mengganti apa pun.“Aku hanya membuatmu kehilangan lebih banyak, Lilibeth,” gumamnya pelan. “Sampai sekarang pun aku belum sepenuhnya bisa jadi tempatmu berpulang.”Lucien tidak menangis. Tapi dadanya berat. Ia hanya duduk di sana, membiarkan waktu berlalu.Di kediaman utama, Cameron membuka pintu kamar rawat Victoria seperti biasa. Ia membawa bunga kecil di tangannya. Sudah berminggu-minggu ia datang menemani istrinya. Menunggu, dan berbicara dengan harapan Victoria bisa secepatnya sadar.Saat pintu terbuka, dan mengham

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Masa Lalumu

    London,Lucien baru saja menerima informasi dari Kilian mengenai pemberian saham oleh Mateo kepada Lizbeth. Tanpa menunda, ia berjalan menuju halaman belakang, tempat di mana istrinya sedang duduk dengan tenang. Lizbeth sedang membaca buku kehamilan sambil memakan buah anggur satu per satu.Lucien menarik kursi di samping Lizbeth dan duduk. Lizbeth hanya menoleh sekilas sebelum kembali membuka halaman buku di tangannya.“Lilibeth,” panggil Lucien dengan suara lembut.Lizbeth menutup buku yang dibacanya dan meletakkannya di atas meja. Ia menatap Lucien dengan alis sedikit terangkat. “Ya?”“Mateo memberikan lima puluh persen sahamnya di perusahaan kepadamu.”Lizbeth terdiam. Napasnya seakan tertahan. Ucapan itu mengingatkannya pada perkataan terakhir Mateo,bahwa ia akan memberikan hadiah pernikahan. Tapi Lizbeth tak pernah menyangka, hadiah itu adalah separuh dari perusahaannya.“Kamu sudah memastikan, bahwa saham itu benar-benar atas namaku?” tanyanya pelan.Lucien mengangguk. “Aku sud

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kau Bercanda

    Samantha terkejut, ia diam dan mengingat kembali sifat Lizbeth akhir-akhir ini. Sorot mata cucunya itu kadang sulit ditebak, ada kelembutan, namun juga keteguhan. Ia sempat mengira perubahan sikap Lizbeth disebabkan tekanan, atau luka emosional yang masih mengendap d lubuk hatinya. Tapi Polly, tidak sembarangan menaruh curiga.Samantha menghela napas dalam. Ia lengah. Terlalu banyak hal yang menyita perhatiannya, mulai dari kehadiran Alessandro, kondisi Victoria, hingga masalah keluarga yang belum juga reda. Hingga ia tidak menyadari perubahan pada cucu perempuan yang kini mengandung darah Kingsley dan darah mafia.Ia melirik ke sekeliling dengan cepat, memastikan tidak ada pelayan atau anggota keluarga yang melihat. Kemudian dengan satu isyarat tangan, Samantha dan Polly masuk ke dalam kamar pribadinya yang terletak di sayap timur Rosehall. Begitu sampai di dalam, Samantha menutup pintu rapat dan memutar kuncinya. Samantha berjalan pelan, duduk di tepi tempat tidurnya, lalu menata

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Sedang Hamil

    Lizbeth tersenyum kecil.“Aku tidak peduli dengan masa lalu. Dia membenciku karena sebuah alasan, aku bisa memakluminya.”Samantha tersenyum hangat.”Cucuku berhati lapang. Jadi, kamu akan memutuskan untuk tetap tinggal di sini beberapa hari lagi?”Lizbeth mengangguk pelan.“Aku ingin beristirahat sebentar lagi. Lucien juga jarang sekali memiliki cuti panjang, selain itu Bu Victoria akan dirawat di sini untuk sementara waktu.”Samantha menghela napas. “Jadi, Lucien sudah memutuskan.”Samantha menatap Lizbeth dengan tatapan tidak bisa. Ada kesedihan di wajahnya yang dapat Lizbeth tangkap dengan jelas.“Nenek, apa ada sesuatu yang mengganjal hati Nenek?” Samantha meraih tangan Lizbeth dan menggenggamnya. “Lilibeth, aku bersalah padamu. Banyak hal yang aku lakukan di masa lalu, kamu sudah menderita di luar sana.”“Nenek, semua itu sudah berlalu. Aku sudah tidak menghitungnya lagi, aku dan Lucien sudah sepakat untuk membuka lembaran baru dan tidak ingin mengingat kepahitan di masa lalu.”

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Begitu Rumit

    Lucien dan Lizbeth larut dalam kehangatan yang panjang. Di mansion utama, mereka sudah tahu kalau Alessandro sudah pergi. Polly berbisik kepada Samantha yang kini sedang menyisip teh di teras balkon yang menghadap ke arah danau.Ada keterkejutan di mata Samantha, lalu menghela napas.“Lucien, pasti akan segera meminta pertanggung jawaban dariku.”Samantha menghela napas. “Demi tidak ada lagi pertumpahan darah, dan demi melindungi putraku Caspian. Aku harus mengasingkan darah keturunanku, ada yang harus dikorbankan dan ada harga yang harus dibayar untuk itu.”“Nyonya, bukan salah Anda. Anda seorang ibu, saya juga pasti akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi kepada keluarga saya. Tuan muda pasti akan mengerti.”Samantha meneteskan air mata, memandang rerumputan jauh di sana.“Rasa bersalahku kepada Lizbeth, Leabeth, tidak bisa dihapus oleh waktu. Pada akhirnya aku tidak bisa melindungi keduanya. Membuat kesalahpahaman yang panjang. Mateo sudah melakukan tugasnya dengan baik. Men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status