Share

Dimutasi

Penulis: Caramelly
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-26 12:34:15

"Aku dengar pernikahannya gagal! Kekasihnya malah menikahi kakaknya."

"Pasti kakaknya lebih cantik. Sampai sekarang aku masih heran, kok bisa si cupu kayak dia kerja di hotel ternama seperti ini. Sebagai resepsionis pula."

"Katanya, dia sempat menggoda kepala divisi kita."

“Oh! Mungkin kekasihnya tahu hal itu dan langsung mencampakkannya!”

“Hahaha, pantas!”

Lizbeth mendengar semua gunjingan yang jelas-jelas tentang dirinya tersebut. Namun, ia berpura-pura tidak dengar. Lizbeth memilih mengabaikan komentar menyakitkan itu.

Waktu telah berlalu. Elmer sudah menikahi kakak Lizbeth dan mengambil semua yang seharusnya milik Lizbeth. Bahkan, mereka mengusir Lizbeth karena ia sudah menjual cincin pernikahan mereka.

Hanya saja, Lizbeth sedikit menyesalkan keputusan impusifnya untuk bersenang-senang dan membayar pria itu karena hal tersebut berdampak pada nominal tabungan di rekeningnya. Sekarang, ia harus berhemat mati-matian dan bekerja lebih keras sebagai resepsionis  di sebuah perusahaan real estate.

“Eh, menurutmu apakah dia pernah tidur dengan bos–”

Brak!

“Jaga bicara kalian. Hati Lilibeth, jauh lebih cantik daripada mulut kalian berdua!” tegur Grace teman dekat Lizbeth. Rupanya ia tadi membanting pintu loker hingga menutup.

Lizbeth menghela napas, sementara kedua perempuan yang membicarakan Lizbeth pergi. Grace menghampiri Lizbeth yang kini menutup lokernya dengan tenang, sama sekali tidak terlihat terprovokasi.

“Mereka keterlaluan. Kenapa kamu diam saja?”

“Bagian soal kakakku yang cantik kan memang benar,” ucap Lizbeth sembari membetukkan kacamatanya. Ia kembali ke penampilannya sehari-hari yang cupu dan membosankan.

Grace tertegun mendengar ucapan sahabatnya dan melangkah bersamanya keluar ruangan.

“Kamu cantik Lilibeth, calon suamimu itu saja yang buta!” ucap Grace dengan nada meyakinkan Lizbeth.

Hari itu, Lizbeth menjalani pekerjaannya seperti biasa. Meski cibiran masih berdatangan, ia tetap menyambut tamu dengan ramah. Bagi sebagian orang, Lizbeth mungkin terlihat cupu, tapi tak ada yang bisa meragukan integritasnya.

"Kamu sudah dengar belum? Katanya perusahaan akan berganti kepemilikan. Rumor kebangkrutan itu bukan sekadar kabar burung lagi!"

Lizbeth yang mendengarnya langsung menunduk, rasa cemas menguasai dirinya. Ia baru saja menghabiskan banyak uang dan bahkan diusir dari rumah. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi. Untuk makan saja ia sudah harus berhemat. Tidak mungkin ia meminta Elmer mengembalikan sebagian uang yang telah digunakan untuk pernikahan yang gagal itu.

Di tengah kecamuk pikirannya, telepon di meja depan berdering. Grace yang menjawab panggilan itu.

"Baik, Pak. Saya akan segera memberitahu Lizbeth."

Grace menutup panggilan itu dan meraih tangan Lizbeth. “Lilibeth, kamu dipanggil Pak Rainer.”

‘Lilibeth’ adalah panggilan sayang dari orang-orang terdekatnya, seperti saudara dan sahabatnya. Grace menepuk pundaknya pelayan.

“Pak Rainer menunggumu di ruangannya.”

Tanpa pikir panjang Lizbeth langsung pergi menuju ruang atasannya. Kini Lizbeth berdiri di hadapan Rainer yang tengah duduk.

“Duduklah,” ucap Rainer.

Lizbeth pun duduk, dan mencoba untuk tetap tenang. Beberapa saat kemudian, Pak Rainer mendorong sebuah dokumen ke arahnya.

"... apa ini, Pak?"

Saat membuka dan membaca isinya, mata Lizbeth membelalak. Itu surat mutasi.

“Pak ini ....”

“Perusahaan ini akan segera berganti kepemilikan. Kantor pusat meminta beberapa orang. Jadi, saya memilihmu untuk dipindahkan ke sana.”

***

Lizbeth berdiri memandangi gedung pencakar langit bertuliskan ‘KINGSLEY’. Keluarga Kingsley adalah konglomerat asal Amerika, yang rumornya dari kalangan mafia. 

Kingsley memiliki banyak anak perusahaan. Perusahaannya bergerak di bidang real estate, infrastruktur, dan konstruksi. Mereka juga memiliki tempat hiburan, klub malam, serta kasino. Serta anak perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan restoran, dan kini sudah merambat ke seni dan hiburan.

Hari ini ia resmi mulai bekerja di kantor pusat. Proses perpindahannya berlangsung sangat cepat. 

Ia melirik ke sekeliling, suasana kantor pusat terasa lebih besar dan jauh lebih ketat. Lizbeth menghampiri meja resepsionis.

"Halo, saya Lizbeth, resepsionis baru di kantor ini."

Resepsionis bernama Angela terbelalak melihat sosok Lizbeth yang berkacamata. Ekspresi di wajahnya seolah dia tidak percaya, orang baru yang dikirimnya jauh dari prediksinya.

“Tunggu, saya akan menghubungi kantor office dulu.”

Lizbeth hanya mengangguk pelan. Tak lama kemudian, ia dibawa menghadap atasannya yang baru, seorang manajer perempuan.

“Halo, saya Lizbeth. Saya dimutasi kemari,” ujar Lizbeth seraya menyerahkan dokumen mutasinya.

Sonia, manajer barunya, menerima berkas itu. Tatapannya menelusuri Lizbeth dari kepala hingga kaki. Raut wajahnya menunjukkan keterkejutan yang tak jauh berbeda dari Angela sebelumnya.

"Kamu bisa mulai bekerja hari ini. Alex, berikan seragam dan kunci lokernya," perintah Sonia.

"Kupikir yang datang itu perempuan cantik. Apa dia bisa bertahan di sini?" cibir Alex sambil mengangkat alis.

Lizbeth tampak sabar. Dia sudah terbiasa menerima komentar seperti itu. Lizbeth pun mengikuti Alex pergi ke loker dan memberikan seragam itu kepada Lizbeth.

“Semoga kau bisa bertahan!” sindir Alex sambil berlalu.

Lizbeth mengernyit, merasa seolah dirinya sudah divonis takkan mampu bertahan di kantor ini. Setelah berganti pakaian, ia kembali ke area depan. Namun, suasana kantor terlihat jauh lebih sibuk dari sebelumnya. Beberapa orang tampak menggelar karpet merah.

"Eh, ada apa ini?" tanya Lizbeth pada Angela.

"CEO akan datang. Cepat, kita harus menyambutnya. Jangan sampai ada kesalahan!"

Lizbeth terdiam. Sepanjang kariernya, belum pernah ia menyambut langsung kedatangan CEO. Kini, semua dari resepsionis, divisi administrasi, hingga manajer berdiri berjejer menanti.

"Tundukkan wajahmu. Dia tidak suka ditatap langsung," bisik Angela.

Lizbeth menuruti arahan Angela dan menundukkan kepalanya. Tak lama, sosok sang CEO keluar dari mobil mewah yang terparkir di depan. Ia berjalan masuk diiringi sekretaris dan dua bodyguard-nya.

"Selamat datang kembali, Pak," sambut seorang direktur.

Sang CEO berjalan melewati semua orang tanpa berkata sepatah kata pun hingga akhirnya masuk ke dalam lift pribadi.

Di saat yang sama, Lizbeth mencium aroma yang sangat ia kenali.

‘Wangi parfum ini...’

Ia perlahan mengangkat kepalanya dan melirik ke arah lift. Namun, pintu lift telah tertutup rapat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rna 1122
hayooo bakalan syokkk ga yaa ni cewe hahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   TAMAT

    Terima kasih untuk para pembaca yang selalu setia mengikuti kisah Lizbeth dan Lucien. Mohon maaf jika ada kekurangan dalam ceritanya. Akhirnya cerita ini tamat. Otor memiliki cerita baru berjudul. 'Dimanjakan Sentuhan Panas Adik Ipar.' mohon dukungannya dan semoga kalian suka. Terima kasih, sayang kalian semua.

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kau Tetap Menyukaiku

    Mata Lucas melembut saat mendengar permohonan Lucien. Untuk sesaat ia menatap semua orang di sekitarnya. Lizbeth yang menatap penuh harap, Caspian dengan pandangan hangat yang nyaris pecah dalam tangis, dan Cameron yang masih menunduk menahan kesedihan di hatinya. Lucas menarik napas panjang, lalu mengangguk pelan. “Baiklah… Aku akan tetap di sini. Aku tidak akan pergi lagi.”Semua orang terlihat lega dengan keputusan Lucas. Lizbeth mengatupkan mulutnya, matanya basah. Lucien tersenyum—senyum yang jarang terlihat setenang itu. Caspian meraih Lucas untuk pelukan kedua, kali ini lebih erat, dan Cameron menundukkan kepala, bahunya gemetar menahan perasaan di hatinya.Lucas menatap Cameron. Cameron akhirnya melangkah, dia meraih Lucas dan memeluknya sangat erat.“Maaf! Hanya itu yang bisa aku katakan padamu saat ini. Aku bersalah, termasuk pada ibumu.”“Aku sudah memaafkanmu. Jika aku belum memaafkanmu, aku tidak akan ada di sini hari ini. Aku tahu selama ini kamu mencari ibuku. Aku akan

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Sedang Memohon

    Edwina menggigit bibirnya, jari-jarinya terus menggenggam ponsel erat. Tidak lama, balasan dari Lucien muncul beberapa detik setelah foto dan videonya terkirim. [Tenanglah. Jangan panik. Dad hanya sedang melewati masa sulit di hatinya. Jika kondisinya memburuk, hubungi dokter atau siapa pun yang bisa menemaninya. Aku akan mengurus sisanya. Tolong tetap di sisinya.]Edwina menghela napas, matanya berkaca-kaca. Ia menoleh ke arah Cameron yang terhuyung-huyung ke dapur, mencari botol lain. Suara gelas pecah terdengar saat botol tergelincir. Edwina hampir menangis, tapi ia mengingat kata-kata Lucien. Ia berjalan mendekat, meraih pundak ayahnya. “Daddy— cukup,” bisiknya. Tapi Cameron hanya menatap kosong ke depan.Edwina memutuskan untuk duduk di lantai bersandar ke dinding, menjaga jarak agar tidak memancing kemarahan Cameron. Dalam hatinya, ia berdoa agar masa sulit ini segera berakhir. Dan dua minggu berikutnya, Victoria akhirnya terbang ke London untuk menemani suaminya. Sementara

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Orang Sepertiku Tidak Pantas Kau Sukai

    Malam senakin pekat. Namun, cahaya dari lampu-lampu di teras villa membuat suasana terasa hangat. Gelas-gelas wine telah setengah kosong. Musik lembut mengalun dari speaker kecil di pojok teras—lagu yang tak terlalu keras, cukup untuk menemani gelak tawa yang sesekali pecah.Lucien bangkit, mengambil sehelai kain selendang hangat dan menyelimutkannya di bahu Lizbeth. Udara laut mulai menusuk kulit.“Jangan membiarkan dirimu kedinginan. Angin malam sangat jahat sayang.”Lizbeth menoleh dari samping, mata mereka bertemu. Dalam sekejap, waktu seperti berhenti. Bibir Lizbeth bergerak mendekat, menyentuh bibir Lucien dengan ciuman hangat yang penuh kasih. Keduanya saling berciuman dengan penuh cinta, lalu melepaskannya dengan sebuah senyuman hangat.Grace yang berdiri tak jauh dari mereka, Grace berjalan mendekati balkon, jemarinya menyentuh pagar kaca yang dingin. Kilian bergerak mendekatinya, berdiri di sisinya.Jason duduk di samping Caspian di meja panjang, mengamati mereka sambil ters

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Kembalinya Sang CEO

    Pagi itu langit tampak cerah. Mobil mewah menepi di halaman gedung tinggi milik Kingsley. Suasana kantor terasa lebih hidup dari biasanya. Pagi itu, seperti biasanya mereka yang bekerja untuk Lucien berdiri di depan pintu menyambutnya. Namun, kali ini mereka tidak menunduk. Mereka menatap Lucien dan Lizbeth penuh haru.Lizbeth dan Lucien berjalan berdampingan memasuki lobi. Tangannya saling menggenggam erat. “Selamat datang,” ucap para staf yang berdiri.Lucien tersenyum hangat kepada mereka. “Terima kasih.”“Kami tahu Bapak tidak bersalah.”Lucien dan Lizbeth tersenyum. Di depan sana Kilian memandang lurus ke depan, ada rasa haru di hatinya. Matanya berbinar menahan air mata. Para karyawan yang berpapasan berhenti sejenak, menatap keduanya dengan rasa hormat.Kilian menunduk kepada Lucien. “Selamat datang kembali, Pak.” Lalu dengan cepat dia menekan lift. Lizbeth dan Lucien serta Kilian masuk ke dalam lift bersamaan. Setelah beberapa saat mereka keluar dari lift dan menuju ruang ra

  • Jatuh ke Pelukan Panas Tuan CEO   Raja Mafia

    Setelah itu mereka masuk ke dalam.Namun, mereka tidak tidur begitu saja. Lucien pergi mandi, sedangkan Lizbeth membaca buku. Lampu kamar memancarkan cahaya lembut, Lizbeth duduk di pinggir tempat tidur menutup buku yang dibacanya. Lucien keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah. Ia yang sudah memakai pakaian, mendekat dan duduk di samping Lizbeth, memandang wajah istrinya yang masih menyisakan bekas air mata.“Sayang,” suara Lucien pelan, “kamu sudah memikirkan rencana untuk tahun depan?” tanya Lucien tiba-tiba.Lizbeth mengangkat kepalanya perlahan, menatap Lucien. Ada lelah di matanya. “Belum sepenuhnya,” jawabnya. “Aku bahkan belum bisa memikirkan hari esok tanpa merasa bersalah karena Lucas. Jujur saja aku masih memikirkan dia.”Lucien menyentuh punggung tangan sang istri.“Lucas sudah menunjukmu sebagai CEO utama. Itu keputusan yang tidak main-main.” Ia menghela napas. “Dia tidak mengizinkan aku memimpin lagi. Dan aku bersyukur. Pada akhirnya kamu yang menjadi CEO. Aku tahu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status