"Dan, kamu jangan jemput aku hari ini. Aku berencana beberapa hari tinggal di sini. Untuk kuliahku, tolong atur saja. Lalu, aku butuh bantuanmu mencari tahu sesuatu tentang kakakku dan juga istrinya."
Pagi itu Rigel berkeliling sekitar rumah, baru kali ini ia berkunjung ke rumah Surya dan Ella. Ia ingat betul keluarganya tidak menerima Ella pada awalnya. Namun akhirnya mereka merestui, dengan catatan mereka harus tinggal jauh dari kediaman Wirata. Hingga saat ini, Rigel masih penasaran apa yang menyebabkan keluarganya tetap tidak mau menerima kedatangan Ella. Alasan karena anak adopsi bukanlah alasan yang masuk akal baginya. Bagaimana tidak, Surya sebenarnya adalah anak adopsi juga!Rigel sedang duduk di bangku kuliah, namun masih belum mengerti tentang banyak hal rumit di keluarganya. Dan setelah kejadian memalukan semalam, ia mulai penasaran dengan rumah tangga kakaknya. Dari gelagat Ella tadi, ia bisa menyimpulkan bahwa rumah tangga mereka sedang tidak baik - baik saja. Tapi kenapa mereka terlihat harmonis?Sungguh aneh seorang Rigel yang tidak pernah ikut campur urusan orang lain sekalipun saudaranya sendiri ini, tiba - tiba menjadi kepikiran. Apalagi ia sudah dua kali melihat Ella menangis. Semalam saat Ella menamparnya, juga pagi ini ia bahkan melihat dengan jelas tepat di hadapannya. Mata bulat dan indah itu...Lamunan Rigel buyar saat melihat sesosok wanita berparas menawan sedang berdiri dibalik rimbunnya bunga - bunga di taman. Mata Rigel tak bisa berkedip, lantaran fokus tertuju pada wanita berambut cokelat lembut itu. Senyumnya membuat kecantikannya terlihat sempurna. Jantung Rigel berdebar bagaikan genderang yang ditabuh.Otaknya sejenak menjadi kosong hingga tak sadar saat bergumam, "Cantik..."Entah karena mendengarnya atau tidak, Ella yang sedang menyirami tanaman kesayangannya akhirnya bertemu mata dengan Rigel. Sejurus kemudian Ella memalingkan wajahnya seolah enggan melihat wajah Rigel dan beranjak dari taman bunga itu.Rigel tak bisa menahan langkah kakinya yang mulai beranjak mengikuti Ella."Apa kamu sedang mengikutiku?" Tanya Ella sesaat setelah ia menghentikan langkahnya."Oh, tidak. Aku sedang jalan - jalan melihat sekitar." Jawab Rigel.Dengan cepat Ella menghilang dari pandangan Rigel setelah mendengar jawaban itu. Rigel yang masih mengikuti di belakangnya melihatnya masuk ke dapur menemui Bi Tami.Rigel memilih duduk di meja makan, sambil mengutak-atik ponselnya sesekali ia mencuri pandang ke arah dapur. Dilihatnya Ella meneguk segelas air sambil berbincang dengan Bi Tami.Lalu ia tersentak dan segera mengalihkan pandangan saat Ella keluar dari dapur. Meski begitu, matanya tak menyerah untuk terus mengikuti gerak gerik Ella. Ella kembali ke kamar dan mengunci pintu."Mas Rigel, apa ada yang ingin disampaikan ke Bu Ella? " pertanyaan Bi Tami membuat Rigel tersentak."Ah, tidak Bi. Kenapa tanya seperti itu?""Maaf kalau saya lancang. Tadi saya lihat Mas Rigel merhatikan Bu Ella terus. Kalau memang ada yang ingin disampaikan, mungkin Bibi bisa bantu." Tutur Bi Tami yang sedang merapikan meja makan.Rigel berpikir sejenak dan akhirnya melontarkan pertanyaan, "Apa kakakku dan istrinya bahagia? Maksudku, apa hubungan mereka baik - baik saja?"Bi Tami menjawab sembari tersenyum, "Mereka baik - baik saja kok Mas. Meski Pak Surya jarang di rumah, tapi sejauh yang saya lihat mereka bahagia.""Tidak di rumah? Kemana?" Rigel tampak antusias."Saya dengar dari Bu Ella, Pak Surya sering lembur dan bertemu dengan teman bisnisnya."Mendengar jawaban itu Rigel sangat ingin tertawa, namun berusaha menahannya di depan Bi Tami. Ia menerima pesan dari Dani saat sibuk memperhatikan Ella yang berada di dapur tadi.Secara ringkas, Dani menjelaskan informasi yang ia dapat. Bahwasanya Surya selama ini jarang berada di rumah karena sibuk menghibur diri di sebuah club. Bahkan tak jarang ia menginap di sebuah hotel hingga berhari - hari saat keluar kota. Dan saat itu, ia bukan sedang dalam perjalanan bisnis melainkan untuk kesenangan diri."Pantas saja, sudah kuduga." Gumamnya seraya menahan tawa."Maksudnya Mas?" Bi Tami bingung."Oh, tidak. Aku hanya bergumam. Aku kembali ke kamar dulu." Ujar Rigel seraya pergi ke kamarnya."Hhmm, apa tadi aku salah bicara? Gumam Bi Tami sambil berlalu kembali ke aktifitasnya.*****Di kamarnya, Ella terus merenungi bagaimana ia akan menceritakan kejadian semalam kepada Surya. Ia berpikir, jika menceritakan itu maka akibatnya mungkin Surya akan berkelahi dengan adiknya dan tidak menutup kemungkinan ia juga akan ikut disalahkan.Tentu Ella sadar betul, mana mungkin istri tidak mengenali tubuh suaminya sendiri? Bukankah sangat bodoh dan memalukan jika ini sampai tersebar?Satu tahun lebih ia tidak pernah berhubungan dengan Surya. Surya sering tidak di rumah, dan begitu pulang ia sudah kelelahan. Begitu terus terulang hingga satu tahun lebih ini.Kesedihan ini membuat Ella tidak bersemangat melakukan apapun. Bahkan tadi saat ia mencoba menenangkan diri dengan menyirami tanaman, ia malah bertemu Rigel yang sedang memerhatikannya.Ia tertidur, lalu terbangun oleh suara dering ponselnya."Iya mas, ada apa?""Sayang, maaf aku meninggalkan Jupiter di sekolah dan tidak bisa mengantarnya pulang. Baru saja aku mendapat kabar, salah satu kendaraan travel mengalami kecelakaan di luar kota. Jadi kurasa aku tidak pulang hari ini." Terdengar suara sedikit panik dari Surya."Benarkah? Oke, nanti aku jemput Jupiter. Lalu, apa kecelakaan itu parah?" Tanya Ella."Aku akan melihat kesana untuk memastikannya. Lalu, jika kamu butuh sesuatu minta tolonglah ke Rigel. Aku baru saja menghubunginya, kebetulan sekali ia berencana tinggal lebih lama di rumah kita. Jadi kamu bisa mengandalkannya." Terang Rigel.Ella enggan menanggapi sesuatu yang berhubungan dengan Rigel. Ia hanya terdiam.Hingga membuat Suryan bertanya, "Ella, apa kamu mendengarku?""Iya Mas. aku dengar. Baiklah, kamu hati - hati di jalan.""Oke, nanti aku hubungi lagi. Bye."Ella masih terdiam sesaat setelah Surya mematikan teleponnya. Sekitar 5 menit akhirnya ia segera bersiap menjemput Jupiter.Ella keluar hendak mengambil sepeda motor, namun ia di kejutkan dengan Rigel yang berada di dalam mobil yang terparkir di garasi itu."Cepat naik."Rigel tanpa basa basi memerintah Ella yang sedikit kebingungan."Apa?""Kubilang, ayo cepat naik. Bukankah kamu mau menjemput Jupiter?" Tanya Rigel sedikit kesal."Aku bisa menjemputnya sendiri. Tidak perlu repot - repot." Ella bergegas menuju motornya.Jawaban Ella membuat Rigel sangat kesal, lalu ia turun dari mobil miliknya yang baru saja diantar oleh Dani. Rigel menahan motor warna merah itu dan sedikit mengancam."Apa aku perlu menceritakan kejadian semalam ke suamimu?" Kata - kata Rigel yang lancang membuat Ella kaget hingga membelalakkan matanya yang semakin terlihat bulat."Apa kamu sama sekali tidak merasa bersalah? Apa kamu tidak tahu malu? Kata - katamu sangat lancang."Beberapa saat kemudian terdengar suara guntur diikuti awan mendung yang mulai menampakkan kegelapan.Ella tercengang melihat pemandangan itu. Apa Tuhan sedang membantu Rigel? Pikirnya.Sedangkan Rigel terlihat senang dengan keadaan ini."Lihatlah, Tuhan memihak padaku. Jadi cepat naik, ini juga amanat dari suamimu. Aku harus menjagamu selama dia tidak di rumah." Ledeknya.Ella mau tak mau masuk ke dalam mobil Rigel.Dengan tatapan setengah kosong, Ella masuk ke dalam mobil Rigel. Ella pun tak mengerti dengan dirinya sendiri, kenapa ia tak menolak saja. Harusnya ia bisa lebih tegas menolak tawaran Rigel. Meski hujan deras, bisa saja ia menjemput Jupiter dengan motor dan menggunakan mantel.Tapi penyesalan itu tetap sia - sia lantaran mobil itu sudah melaju kencang di jalan yang terguyur oleh derasnya hujan.Mereka berdua hanya saling membisu satu sama lain selama beberapa saat. Hingga Rigel mencoba memulai pembicaraan."Mulai besok aku yang akan mengantar Jupiter, selama Kak Surya tidak di rumah. Kamu cukup di rumah saja." Kata Rigel dengan percaya diri seolah ia adalah ayah Jupiter.Ella yang sejak tadi hanya fokus melihat pemandangan dari jendela pintunya, mengalihkan pandangan ke Rigel sambil memicingkan matanya karena keheranan. Namun, tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.Ella tetap enggan bicara dengan Rigel selama perjalanan pulang setelah menjemput Jupiter. Bahkan saat sampai di rumah
"Apa kabar Nona Ella?" Sapa Dani dengan senyuman. Senyuman hangat yang membuat Rigel terus memelototi asistennya itu."Iya, Baik. Kamu mau menjemput Rigel?" Tanya Ella saat sedang duduk santai di ruang tamu."Ah, tidak. Tuan Surya memintanya untuk di sini sementara bukan?""Iya benar." Jawab Ella singkat."Saya hanya menengok Tuan Rigel. Apa Anda merasa terganggu?" Selidik Dani.Ella tak langsung menjawab. Beberapa detik kemudian baru ia mengeluarkan kalimat, "Tidak. Silakan jika ingin bersantai di rumahku." Ella beranjak dari duduknya, meninggalkan Rigel dan Dani. "Kapan pencarian akan dimulai Tuan? Nona Ella terus berada di rumah." Tanya Dani dengan suara yang pelan. Rigel menghela napas lalu hendak menjawab Dani, namun tiba - tiba Ella kembali bersama Jupiter."Aku akan keluar berbelanja, mungkin sekalian makan malam di luar. Kalau butuh apa - apa, kalian bisa minta ke Bi Tami termasuk makan malam." Ucap Ella, lalu Jupiter menarik tangannya."Aku mau diantal Om... " Rengek Jupite
Ella sedang berpikir, mungkin Jackson mengerjainya. Bagaimana bisa sudah hampir satu jam tidak ada kabar apapun darinya. Nomor ponselnya pun sulit dihubungi. Seharusnya dia bilang kalau memang sedang sibuk. Pagi ini Ella bahkan tidak sempat sarapan karena harus pagi - pagi datang ke kantor agensi. Hampir saja Ella beranjak dari tempat duduknya. Hingga akhirnya yang di tunggu pun tiba."Maaf, sudah menungguku lama." Ujar Jack dengan senyum tengil khasnya."Aku kira kamu sedang mengerjaiku." Gerutu Ella dengan muka masam."Mana berani aku, Kak." "Lihat saja penampilanku, kenapa aku harus menutupi kepalaku dengan syal, memakai masker. dan kacamata hitam begini? Aku juga sudah menunggumu lama. Lagi pula kita satu rumah, kenapa kita tidak bicarakan di rumah saja sih?" Ella yang terlanjur kesal tidak sengaja mengoceh di lobi kantor yang tidak terlalu ramai orang.Dan dengan sigap Jackson menyambar tangan Ella serta menariknya untuk segera pergi meninggalkan lobi. "Sebentar Jack, lepaskan
"Apa ini benar kamu, Ella?" Isi pesan itu diikuti sebuah foto. Ella terbelalak, tampak foto Ella saat di lobi agensi Jackson.Foto pertama saat Ella sedang duduk menunggu. Foto kedua saat sedang mengobrol dengan Jack. Dan foto ketiga saat Jack menggandeng tangannya.Awalnya Ella enggan membalas pesan itu, namun ia penasaran dengan si pengirim. Juga ia takut foto itu disalah akan gunakan."Siapa?" Hanya itu yang ia tanyakan. Dengan cepat pesan Ella dibalas, "Rigel, Simpan nomorku. Apa benar difoto itu kamu?""Apa maumu?" Ella yang masih enggan menjawab, terus balik bertanya.Rigel tidak kunjung membalas pesan Ella. Lalu tiba - tiba ada panggilan masuk dari Surya."Ella, kamu dimana sekarang?""Aku di rumah, Mas."*****Ella merasa bersalah karena belum menjelaskan yang sebenarnya kepada Surya. Pagi tadi sebelum ia berangkat, ia hanya berpamitan sedang ada urusan dengan teman lamanya.Surya meneguk segelas Es Kopi yang dimintanya dari pelayan tadi. Sementara Ella terduduk lesu. Ia geli
"Ponselmu terus berbunyi, kenapa tidak kamu jawab sih? Berisik sekali tau!""Ck! Kamu yang berisik!" Surya mematikan ponselnya, lalu meneguk segelas minuman beralkohol. Suasana di ruang karaoke itu sebenarnya tak kalah riuh dari bunyi ponsel Surya. "Kamu ini luar biasa, belum dapat kekuasaan dari ayahmu tapi sudah bisa bertingkah," ujar salah satu teman Surya di ruangan itu dengan sinis."Memangnya kenapa? Sebentar lagi akan diumumkan bahwa aku, Surya Wirata sang anak sulung keluarga Wirata akan menjadi CEO Wirata Grup. Hahaha..." Kata Surya seraya mengangkat gelas berisi minuman beralkohol itu, diikuti teman - temannya.*****"Apa kami melewatkan sesuatu yang menarik Pa, Ma?" sapa wanita cantik berambut ikal dengan pakaian glamournya. Ia tidak sendirian, di sebelahnya berdiri Levin yang tampak tak peduli.Ella langsung paham bahwa itu adalah Lusy. Ella kagum dengan kecantikan dan keanggunannya. Menurutnya tampak cocok jika bersanding dengan Levin yang tampan. Ia juga melihat Lusy ak
"Aku sangat menginginkanmu Ella. Katakan padaku, kamu akan datang padaku atau aku yang menjemputmu?" tanya Rigel dengan mata yang penuh harap. Ella yang juga masih dengan napas yang tersengal tak bisa menjawabnya.*****"Kak, come on! Ini hanya skandal murahan. Semua sudah diurus sama Demon. Kak Rigel juga tidak keberatan, dia bahkan mau bantu buat ngendalikan media. So, please... Kita ga punya banyak waktu lagi. Dua hari lagi sudah waktunya shooting," rengek Jack kepada Ella."Apa benar - benar tidak ada yang bisa menggantikan? Pasti banyak model baru yang bisa kan?" Ujar Ella di sambungan telepon itu."Kalau memang ada, aku tidak akan seperti ini ke Kak Ella."Ella terdiam beberapa saat kemudian menjawab, "Baiklah, tapi sesuai perkataanmu. Wajahku tidak terlihat kan?" "Tenang saja, semua ada tertulis di surat kontrak nanti. Kalau begitu aku balik kerja dulu. Sampai ketemu nanti malam, kita makan malam di luar bersama Demon juga.""Ok"Ella yang baru saja menutup teleponnya dikejut
"Kenapa kalian tidak mengundangku?"Suara yang tidak asing itu mengalihkan perhatian ketiga orang itu. Rigel tampak berdiri angkuh di depan meja. Lalu tanpa basa basi lagi ia langsung duduk di sebelah Ella."Rigel? Sedang apa kamu disini?" tanya Ella yang sedikit kaget dengan kedatangan adik iparnya itu."Betul, sedang apa Kak Rigel disini? Apa sedang ada urusan juga di tempat ini?" timpal Jack."Iya, aku ada urusan. Urusan dengan kalian. Kenapa tidak ada yang mengajakku berkumpul disini?" tanya balik Rigel dengan sinis. "Ehem, maaf tapi ini urusan intern perusahaan untuk tanda tangan kontrak dengan Ella. Jadi kami tidak harus menghubungimu," jelas Demon."Alasan," gumam Rigel sinis.Demon yang mendengar itu, hatinya terasa mendidih, matanya sudah melotot menunjukkan kekesalannya. Untung saja Jackson menahannya, kalau tidak mungkin Demon sudah mendaratkan pukulan ke wajah rupawan Rigel. Selama ini Demon memang mendengar rumor bahwa Rigel adalah orang yang sangat dingin, tidak empati
Suara mesin mobil taksi yang ditumpangi oleh Ella dan kedua anaknya menderu di jalan aspal. Wajah Jupiter tampak cerah, begitupun dengan Luna yang sedari tadi bernyanyi di dalam taksi. Mereka tak sabar bertemu sang papa lantaran beberapa hari tidak berjumpa, bahkan tidak menelepon sekalipun. Ella sedari tadi hanya bisa menutupi kegelisahannya dengan senyuman palsu di depan anak - anaknya. Ia teringat, ini bukan yang pertama kali Surya marah hingga tak pulang ke rumah. Walau begitu hatinya tetap sakit, setidaknya ia ingin bicara melalui telepon. Apalagi ia sangat sedih melihat Jupiter dan Luna yang sering merengek karena rindu dengan ayahnya.Ia tahu, ia bersalah dengan mengambil keputusan sendiri tanpa seijin dari suaminya. Tapi sungguh ia tak berniat untuk macam - macam. Semalam saat pulang bersama Rigel dan Jack, Nyonya Jane memberi kabar bahwa Surya menghubungi Mamanya itu. Surya hanya berpesan kepada sang ibunda agar tidak khawatir tentangnya. Ia hanya butuh menyendiri, lantaran