Share

Bab 7. Ingatan 7 Tahun yang Lalu : Terpesona

"Dan, kamu jangan jemput aku hari ini. Aku berencana beberapa hari tinggal di sini. Untuk kuliahku, tolong atur saja. Lalu, aku butuh bantuanmu mencari tahu sesuatu tentang kakakku dan juga istrinya."

Pagi itu Rigel berkeliling sekitar rumah, baru kali ini ia berkunjung ke rumah Surya dan Ella. Ia ingat betul keluarganya tidak menerima Ella pada awalnya. Namun akhirnya mereka merestui, dengan catatan mereka harus tinggal jauh dari kediaman Wirata. Hingga saat ini, Rigel masih penasaran apa yang menyebabkan keluarganya tetap tidak mau menerima kedatangan Ella. Alasan karena anak adopsi bukanlah alasan yang masuk akal baginya. Bagaimana tidak, Surya sebenarnya adalah anak adopsi juga!

Rigel sedang duduk di bangku kuliah, namun masih belum mengerti tentang banyak hal rumit di keluarganya. Dan setelah kejadian memalukan semalam, ia mulai penasaran dengan rumah tangga kakaknya. Dari gelagat Ella tadi, ia bisa menyimpulkan bahwa rumah tangga mereka sedang tidak baik - baik saja. Tapi kenapa mereka terlihat harmonis?

Sungguh aneh seorang Rigel yang tidak pernah ikut campur urusan orang lain sekalipun saudaranya sendiri ini, tiba - tiba menjadi kepikiran. Apalagi ia sudah dua kali melihat Ella menangis. Semalam saat Ella menamparnya, juga pagi ini ia bahkan melihat dengan jelas tepat di hadapannya. Mata bulat dan indah itu...

Lamunan Rigel buyar saat melihat sesosok wanita berparas menawan sedang berdiri dibalik rimbunnya bunga - bunga di taman. Mata Rigel tak bisa berkedip, lantaran fokus tertuju pada wanita berambut cokelat lembut itu. Senyumnya membuat kecantikannya terlihat sempurna. Jantung Rigel berdebar bagaikan genderang yang ditabuh.

Otaknya sejenak menjadi kosong hingga tak sadar saat bergumam, "Cantik..."

Entah karena mendengarnya atau tidak, Ella yang sedang menyirami tanaman kesayangannya akhirnya bertemu mata dengan Rigel. Sejurus kemudian Ella memalingkan wajahnya seolah enggan melihat wajah Rigel dan beranjak dari taman bunga itu.

Rigel tak bisa menahan langkah kakinya yang mulai beranjak mengikuti Ella.

"Apa kamu sedang mengikutiku?" Tanya Ella sesaat setelah ia menghentikan langkahnya.

"Oh, tidak. Aku sedang jalan - jalan melihat sekitar." Jawab Rigel.

Dengan cepat Ella menghilang dari pandangan Rigel setelah mendengar jawaban itu. Rigel yang masih mengikuti di belakangnya melihatnya masuk ke dapur menemui Bi Tami.

Rigel memilih duduk di meja makan, sambil mengutak-atik ponselnya sesekali ia mencuri pandang ke arah dapur. Dilihatnya Ella meneguk segelas air sambil berbincang dengan Bi Tami.

Lalu ia tersentak dan segera mengalihkan pandangan saat Ella keluar dari dapur. Meski begitu, matanya tak menyerah untuk terus mengikuti gerak gerik Ella. Ella kembali ke kamar dan mengunci pintu.

"Mas Rigel, apa ada yang ingin disampaikan ke Bu Ella? " pertanyaan Bi Tami membuat Rigel tersentak.

"Ah, tidak Bi. Kenapa tanya seperti itu?"

"Maaf kalau saya lancang. Tadi saya lihat Mas Rigel merhatikan Bu Ella terus. Kalau memang ada yang ingin disampaikan, mungkin Bibi bisa bantu." Tutur Bi Tami yang sedang merapikan meja makan.

Rigel berpikir sejenak dan akhirnya melontarkan pertanyaan, "Apa kakakku dan istrinya bahagia? Maksudku, apa hubungan mereka baik - baik saja?"

Bi Tami menjawab sembari tersenyum, "Mereka baik - baik saja kok Mas. Meski Pak Surya jarang di rumah, tapi sejauh yang saya lihat mereka bahagia."

"Tidak di rumah? Kemana?" Rigel tampak antusias.

"Saya dengar dari Bu Ella, Pak Surya sering lembur dan bertemu dengan teman bisnisnya."

Mendengar jawaban itu Rigel sangat ingin tertawa, namun berusaha menahannya di depan Bi Tami. Ia menerima pesan dari Dani saat sibuk memperhatikan Ella yang berada di dapur tadi.

Secara ringkas, Dani menjelaskan informasi yang ia dapat. Bahwasanya Surya selama ini jarang berada di rumah karena sibuk menghibur diri di sebuah club. Bahkan tak jarang ia menginap di sebuah hotel hingga berhari - hari saat keluar kota. Dan saat itu, ia bukan sedang dalam perjalanan bisnis melainkan untuk kesenangan diri.

"Pantas saja, sudah kuduga." Gumamnya seraya menahan tawa.

"Maksudnya Mas?" Bi Tami bingung.

"Oh, tidak. Aku hanya bergumam. Aku kembali ke kamar dulu." Ujar Rigel seraya pergi ke kamarnya.

"Hhmm, apa tadi aku salah bicara? Gumam Bi Tami sambil berlalu kembali ke aktifitasnya.

*****

Di kamarnya, Ella terus merenungi bagaimana ia akan menceritakan kejadian semalam kepada Surya. Ia berpikir, jika menceritakan itu maka akibatnya mungkin Surya akan berkelahi dengan adiknya dan tidak menutup kemungkinan ia juga akan ikut disalahkan.

Tentu Ella sadar betul, mana mungkin istri tidak mengenali tubuh suaminya sendiri? Bukankah sangat bodoh dan memalukan jika ini sampai tersebar?

Satu tahun lebih ia tidak pernah berhubungan dengan Surya. Surya sering tidak di rumah, dan begitu pulang ia sudah kelelahan. Begitu terus terulang hingga satu tahun lebih ini.

Kesedihan ini membuat Ella tidak bersemangat melakukan apapun. Bahkan tadi saat ia mencoba menenangkan diri dengan menyirami tanaman, ia malah bertemu Rigel yang sedang memerhatikannya.

Ia tertidur, lalu terbangun oleh suara dering ponselnya.

"Iya mas, ada apa?"

"Sayang, maaf aku meninggalkan Jupiter di sekolah dan tidak bisa mengantarnya pulang. Baru saja aku mendapat kabar, salah satu kendaraan travel mengalami kecelakaan di luar kota. Jadi kurasa aku tidak pulang hari ini." Terdengar suara sedikit panik dari Surya.

"Benarkah? Oke, nanti aku jemput Jupiter. Lalu, apa kecelakaan itu parah?" Tanya Ella.

"Aku akan melihat kesana untuk memastikannya. Lalu, jika kamu butuh sesuatu minta tolonglah ke Rigel. Aku baru saja menghubunginya, kebetulan sekali ia berencana tinggal lebih lama di rumah kita. Jadi kamu bisa mengandalkannya." Terang Rigel.

Ella enggan menanggapi sesuatu yang berhubungan dengan Rigel. Ia hanya terdiam.

Hingga membuat Suryan bertanya, "Ella, apa kamu mendengarku?"

"Iya Mas. aku dengar. Baiklah, kamu hati - hati di jalan."

"Oke, nanti aku hubungi lagi. Bye."

Ella masih terdiam sesaat setelah Surya mematikan teleponnya. Sekitar 5 menit akhirnya ia segera bersiap menjemput Jupiter.

Ella keluar hendak mengambil sepeda motor, namun ia di kejutkan dengan Rigel yang berada di dalam mobil yang terparkir di garasi itu.

"Cepat naik."

Rigel tanpa basa basi memerintah Ella yang sedikit kebingungan.

"Apa?"

"Kubilang, ayo cepat naik. Bukankah kamu mau menjemput Jupiter?" Tanya Rigel sedikit kesal.

"Aku bisa menjemputnya sendiri. Tidak perlu repot - repot." Ella bergegas menuju motornya.

Jawaban Ella membuat Rigel sangat kesal, lalu ia turun dari mobil miliknya yang baru saja diantar oleh Dani. Rigel menahan motor warna merah itu dan sedikit mengancam.

"Apa aku perlu menceritakan kejadian semalam ke suamimu?" Kata - kata Rigel yang lancang membuat Ella kaget hingga membelalakkan matanya yang semakin terlihat bulat.

"Apa kamu sama sekali tidak merasa bersalah? Apa kamu tidak tahu malu? Kata - katamu sangat lancang."

Beberapa saat kemudian terdengar suara guntur diikuti awan mendung yang mulai menampakkan kegelapan.

Ella tercengang melihat pemandangan itu. Apa Tuhan sedang membantu Rigel? Pikirnya.

Sedangkan Rigel terlihat senang dengan keadaan ini.

"Lihatlah, Tuhan memihak padaku. Jadi cepat naik, ini juga amanat dari suamimu. Aku harus menjagamu selama dia tidak di rumah." Ledeknya.

Ella mau tak mau masuk ke dalam mobil Rigel.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status