Share

Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos
Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos
Penulis: JasAlice

1. Bayar dengan Bercinta

Penulis: JasAlice
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-01 22:10:00

Stiletto merah muda dari perempuan cantik itu menggema di koridor lantai lima. Ia terus berlari setelah keluar lift untuk menghadiri rapat yang secara mendadak jadwalnya terbentuk.

Kening Agnes sudah bercucuran peluh dengan jantung yang bergemuruh cepat saat kehadirannya sangat terlambat, lebih dari dua puluh lima menit.

Jadwal rapat masuk di grup pukul lima pagi, sedangkan ia masih berada di hotel yang tidak jauh dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai.

Keputusan Agnes menghabiskan akhir pekan ke Jakarta tidaklah tepat. Kali ini, ia harus berurusan dengan masalah besar, terkait etos kerja dan kredibilitas yang dirinya bangun enam bulan lalu sejak bekerja di sini.

“Maaf, Pak. Saya datang terlambat.”

Agnes menunduk.

Napas perempuan itu tersengal setelah sampai di ambang pintu. Tapi ia tidak bisa menampik, jika dirinya tengah mengumpat karena rasa malu mendapatkan atensi penuh tertuju pada dirinya.

Agnes sempat kaget dengan jumlah karyawan lebih dari sepuluh, berbeda dari apa yang dibayangkan Agnes. Kesialannya berkali lipat dan pasti akan dicap buruk oleh beberapa kepala divisi. Banyak pasang mata menatap Agnes beragam, tapi tidak sedikit yang memperlihatkan tatapan sinis.

Begitupula tatapan dingin dari pria blasteran Jepang – Indonesia, telah menunggu presentasi Agnes dimulai sejak awal.

“Anda tahu pukul berapa rapat ini dimulai, Ibu Agnes Zefanya?”

Suara dingin itu menggetarkan tubuh Agnes. Gemuruh jantung perempuan yang pagi ini mengurai rambut panjangnya tertegun, tidak sanggup mendongak dan menatap sorot penuh intimidasi pria yang duduk di kursi kebesarannya.

“Ma-af, P-pak,” cicit Agnes memberanikan diri menatap perlahan manik hitam di seberang sana.

Keadaan ruangan menjadi tegang, tapi berbeda dengan sang direktur utama yang masih duduk dengan menaruh kedua tangan di atas meja. Ia menautkan jemari tangan, menujukan sorot mata pada Agnes yang masih gugup di pintu ruang rapat.

“Saya ... saya hanya menggunakan waktu akhir pekan untuk berangkat ke Jakarta.”

“Sedang membela diri?” Agnes menggeleng cepat tanpa menatap sang dirut.

Perempuan itu bersiap untuk memberikan penjelasan, kejujuran yang siapa tahu akan menyelamatkan Agnes.

Namun, ucapan telak bernada dingin itu menjadi pukulan kuat yang berakhir perih pada relung hati Agnes.

“Ibu Fiani, sudah saya katakan untuk tidak memberi peluang pada seorang wanita yang memiliki anak, kan? Apalagi dia seorang janda yang bercerai dengan suaminya.”

“Jadi, ini bisa menjadi alasan dia sesuka hati meninggalkan resort. Seharusnya dia bisa berkomitmen untuk tinggal sementara waktu di sini, lalu bisa pergi ke mana pun dia mau dengan waktu libur yang panjang.”

“Maaf, Pak Gerald,” balas Fiani, menunduk minta maaf dengan penuh sesal.

Perempuan berstatus sebagai HRD itu tidak berani melihat sorot tajam dan penuh kebencian mengenai rapat yang gagal pagi ini. “Saya akan bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan Ibu Agnes.”

“Suruh dia datang ke ruangan saya sekarang juga,” sahut pria tinggi bertubuh atletis itu, beranjak meninggalkan ruangan tanpa mengakhiri rapat.

Kedua lutut Agnes lemas saat Gerald hanya melewati dirinya tanpa menatap dirinya. Ia menahan bulir air mata yang menggenang di pelupuk, terasa begitu sakit ucapan dari Direktur Utama tersebut.

“Bu, Anda dipanggil Pak Gerald ke ruangannya sekarang.”

Fiani menyadarkan rasa sakit yang dirasakan Agnes. Perempuan itu menatap kepala HRD yang masih bisa menghargainya. Setidaknya, meskipun ia bekerja sebagai General Manager di sini. Tidak ada kalimat baik yang Agnes terima, kecuali cacian dan bisik kecil mengenai rapat yang hancur hari ini.

**

Agnes menghapus sudut matanya sebelum membuka ruang kerja Gerald.

Ucapan Gerald terus saja terngiang di pikiran Agnes, menghancurkan harga diri juga memberikan tatapan lebih buruk untuk kali pertama ia berada di resort.

Ruangan dirut mencekam ketika tidak ada suara yang menginterupis ataupun sambutan dari tatapan hangat Gerald.

Perempuan itu duduk, lalu meminta maaf dan mengesampingkan perih hatinya. Kalimat itu benar-benar menghancurkan Agnes. “Setahu saya tidak ada jadwal rapat hari ini, Pak,” ungkapnya mengawali pembicaraan saat pria yang masih memiliki darah Jepang itu hanya diam.

“Itu sebabnya saya pulang ke Jakarta, lalu menginap sementara waktu di hotel dekat bandara setelah tiba di Bali. Karena pesawat saya baru landing jam sebelas malam. Saya juga belum bisa pergi saat itu agar sampai ke mari.”

Ini alasan lain karena jarak resort Gerald cukup strategis bagi wisatawan lokal maupun mancanegara dengan segala aspek yang mereka pikirkan sangat layak menjadi tempat singgah. Bahkan, resort ini terletak di pesisir pantai indah dan memiliki view cantik.

Tapi bagi mereka yang ingin singgah. Membutuhkan waktu lebih dari satu setengah jam dari pusat kota, dan hanya selisih tipis dari jarak antar bandara untuk tiba di sini.

“Apa penjelasan kamu bisa saya terima?”

Agnes menelan saliva susah payah.

Pria berparas tampan dengan sorot tajam itu menatap lurus Agnes. Merasa ditatap penuh intimidasi, Agnes kembali tertunduk, menautkan kedua jemari tangan di atas pangkuan.

“Hari ini kamu berurusan dengan saya dua kali.”

Brak!

Satu berkas ditaruh kuat di atas meja kerja tersebut. Perempuan itu tertegun saat kedua telapak tangan pria itu menumpu di sisi berkas dan menatap Agnes tegas dari balik manik hitam. Kepala Gerald sedikit dimiringkan lalu berucap sinis, “Bisa kamu pahami mengenai judul berkas ini?”

Jemari itu terketuk di atas berkas.

Tiba-tiba, jantung Agnes berdegup kuat, melihat dan membolak balik lembar pekerjaannya berakhir tidak benar.

Ia menggeleng samar. “Ta-pi, Pak ... saya yakin, penyelenggaraan pesta tersebut sudah sesuai, termasuk satu hari sebelumnya saya check langsung ke lapangan,” balasnya.

“Satu hari sebelum penyelenggaraan pesta meriah, lalu kamu menjadi penanggung jawab yang tidak kompeten.”

“Apa bukti di dalam ini belum cukup? Kamu meninggalkan acara tanpa bertanggungjawab sampai pesta itu selesai! Anak buah yang kamu andalkan dan beberapa kesalahan teknis lain, membuat nama baik resort ini tercoreng!”

Agnes menunduk dalam.

Kedua tangannya gemetar memegang ujung berkas.

“Jika belum siap bekerja di sini, lebih baik kamu resign. Saya masih berharap ada yang bisa menggantikan posisi kamu sebagai GM, berstatus lajang dan sangat patuh dengan tanggung jawabnya.”

“Tidak seperti kamu yang langsung mengambil kesempatan kembali ke Jakarta, lalu meninggalkan pesta dan berakhir datang terlambat pagi ini.”

Gerald tersenyum miring, menatap Agnes dengan tatapan tajam. “Seharusnya saya tahu, jika rumah tangga kamu hancur. Sudah dipastikan untuk urusan pekerjaan pun tidak becus kamu selesaikan.”

Sayatan perih kembali dirasakan Agnes berkali lipat. Ia terkesiap, merasakan air mata luruh tanpa bisa ditahan. Perempuan itu dengan cepat menghapusnya, tapi tidak bisa menyembuhkan sakit hati oleh ucapan Gerald yang semakin keterlaluan.

“Mungkin rumah tangga yang hancur dan pekerjaan yang berantakan. Sebuah Sebab akibat yang kamu lakukan pada saya di masa lalu.”

“Perselingkuhan yang membawa keburukan untuk kamu di masa depan.”

Perempuan itu membeku. Dadanya bergemuruh cepat ketika Gerald mengucapkan hal tersebut.

Agnes mendongak, menatap tidak percaya dengan perasaan terluka. “Kamu sedang mengungkit masa lalu? Mengaitkan permasalahan kita dengan pekerjaan?”

“Apa kamu begitu benci sama aku, Ge? Sampai urusan pekerjaan kamu campuradukkan dengan masalah kita dulu?”

Gerald tersenyum miring melihat langsung satu bulir air mata itu jatuh tepat di hadapannya. Ia sadar, sebuah tangis kesedihan yang dibuat sebaik mungkin dari Agnes.

Agnes menarik napas dalam, lalu mengembuskannya dengan berdiri di depan Gerald. Pria itu menegakkan tubuh dan memberikan tatapan menantang.

Jemari tangan itu menghapus kasar air matanya. “Tadinya aku masih berusaha diam, membiarkan kamu mempermalukanku depan jajaran di ruang rapat.”

“Statusku sebagai GM, tapi aku nggak pernah dihargai kamu sedikitpun. Bahkan, setelah pertemuan kita minggu lalu untuk kali pertama ... kamu benar-benar melukai perasaanku.”

“Karena aku nggak suka kamu berada di sini,” desis Gerald menatap tajam Agnes.

Agnes mendengkus mengejek. Ia membuang pandangan sesaat ketika sorot itu penuh kebencian.

Tidak ada lagi tatapan memuja dan penuh cinta yang selalu diberikan Gerald padanya. “Dan kamu telah merusak reputasi resort ini.”

Perempuan itu mengangguk pelan, lalu meraih berkas dan memperlihatkan tepat di depan wajah Gerald. “Kamu mempermasalahkan berkas ini juga, kan? Baik. Aku selesaikan dalam tiga hari kedepan untuk evaluasi lebih lanjut dan aku jamin ... kesalahan bukan ada di timku.”

“Silakan.”

“Tapi sampai semua kesalahan benar ada di tim kamu. Kamu harus kembali berurusan denganku.”

Sorot manik perempuan itu membalas tegas tatapan dingin Gerald. Ia mengangguk tegas, berusaha untuk memanfaatkan kesempatan sekali lagi.

Ia yang merupakan bawahan, harus menahan seluruh rasa egois agar tidak balas meledakkan emosi pada Gerald. Agnes memilih mengalah. Tiga hari,” tekannya dan berlalu, bergegas menuju pintu ruang kerja Gerald.

“Ya. Tiga hari adalah kesempatan yang harus kamu manfaatkan.”

“Jika gagal. Kamu harus memuaskanku semalam penuh.”

**

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   54. Amarah Mami Gerald

    “Liam. Barusan aku dapat telepon dari Jiera. Dia menangis terus dan mengatakan dengan sesenggukan, kalau dia sangat mencintai Ge. Aku nggak tau maksud dia ngomong kayak gitu tanpa sebab. Tapi aku merasa hubungan di antara mereka lagi nggak baik.” “Apa jangan-jangan mereka putus?” Papi Gerald—Liam Ogawa—menelaah ucapan sang istri yang berjalan mendekat sofa di mana lelaki itu sedari tadi menyelesaikan pekerjaan di ruang tengah. “Mereka berdua sudah berstatus tunangan, Indira. Sebentar lagi menikah dan aku rasa Ge nggak berniat melakukan, kecuali ada kesalahan fatal yang terjadi di antara mereka.” Wanita cantik berusia di pertengahan empat puluh tahun itu mengambil duduk di samping suaminya. Ia diam, ikut memikirkan seluruh tangis Jiera dan mengatakan rasa cintanya. “Anak kita selingkuh?” “Yang nangis sambil memohon, siapa?” “Jiera,” jawab Mami Gerald polos, sedangkan hatinya cukup gusar. Pernikahan Jiera dan Gerald sudah semakin di depan mata. Banyak sekali halangan yang membuat

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   53. Menghancurkan Impian Orangtua

    “Biru, merah ama ijau.” “Waaahhh! Hebat sekali cucu Nenek!” Bukan hanya Mama Agnes yang bertepuk tangan heboh, melainkan sang suami—Kakek Irvin—ditemani beberapa kerabat dekat Irvin yang masih di sekolah dasar ikut takjub dengan kepintaran Irvin. Apalagi paras tampan Irvin yang semakin terlihat perpaduan serasi. “Dengar kan, Kek? Cucu kita ngucapin ‘R’ lumayan bagus,” lanjut wanita itu berseri ke arah sang suami, meminta persetujuan dari lelaki itu. “Iya, Ma. Cucu Kakek ini pintar, mirip Maminya waktu kecil,” puji Papa Agnes dan menyodorkan satu keping biskuit pada Irvin yang banyak tersaji di meja ruang tamu. Seluruh hidangan dan camilan sudah tersaji sangat banyak. Menyambut kedatangan Agnes beserta keluarga kecilnya. Tidak tanggung-tanggung, Papa Agnes sengaja sudah membeli kolam renang karet untuk cucu kecilnya dan bisa juga memuat untuk sanak saudara yang masih kecil. Perlengkapan untuk berenang juga sudah lebih dari cukup dan akan dipakai sore nanti. “Anak kalian pintar, N

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   52. Dikecup Sedikit, Membuka Semuanya

    “Aku nggak pernah tau, kalau kamu sedekat itu dengan Arumi.”Gerald baru saja keluar dari kamar mandi sembari mengikat ulang dasi yang ia lepas saat berada di unit Agnes. Tatapan Gerald sudah terkunci dengan perempuan yang berdiri di sisi ranjang, menatap dirinya sinis.Tangan kanan Agnes terangkat sambil menggoyangkan ponsel Gerald. “Semesra itu sampai dia harus chat lewat nomor kontak pribadi kamu, hm?”“Arum? Ibu pengganti Irvin?”Pertanyaan yang lebih berupa memastikan itu nyatanya membuat dada Agnes sesak. Ia mengembuskan napas kasar, mengepalkan erat ponsel Gerald sebagai pengalihan emosi. Entah kenapa sedari awal Agnes benci Gerald memperlakukan manis seorang perempuan.Mungkin sedari dulu hanya Agnes yang sangat penuh diberikan perhatian, tatapan lekat dan perlakuan manis. Ia belum terbiasa melihat Gerald berbagi hal yang dulu tetaplah Agnes Zefanya pemenangnya. “Memangnya ada berapa nama Arum yang kamu kenal?”“Nes,” panggil Gerald melihat perubahan raut itu berubah tidak lem

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   51. Mulai Curiga

    “Lo nggak ada rasa curiga sama Ibu pengganti Irvin?”Baru saja Agnes menyelesaikan panggilan telepon pada Arumi. Perempuan itu memberitahu pada Arumi untuk membatalkan penerbangan ke Bali untuk kesekian kali setelah Agnes memundurkan jadwal.Kali terakhir hal mendesak adalah saat Irvin dan Gerald jatuh sakit pasca menyelamatkan putra semata wayang Agnes di pulau seberang. Arumi selalu menyanggupi dan meminta Agnes terus mengabarinya kapan pun butuh, sekalipun harus berangkat di hari yang sama.Kening Agnes mengernyit. Ia melihat Fiani mengambil duduk di depan Agnes. Mereka berdua sedang berada di ruang kerja Fiani. Jam istirahat digunakan keduanya untuk makan siang dari bekal yang dibuat Agnes.Ia bersama Gerald membagi tugas bersama. Siang ini Gerald membawa Irvin bertemu klien ditemani beberapa pegawainya yang lain. “Kenapa kita harus membahas Arumi? Lo kayak curigaan gitu,” balas Agnes menatap tidak suka ekspresi menyelidik Fiani.“Sorry, kalau gue harus ngebahas orang yang selama

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   50. Lebih Manis

    “Jadi selama ini kamu udah tau, kalau Jiera selingkuh dari kamu? Kenapa masih dipertahankan, sih?” Agnes mendesah berat seraya menyandarkan punggung di sandaran kursi restoran area rooftop.Agnes mengajak Gerald duduk di area lebih sepi untuk membicarakan hal ini dan berusaha berhati-hati dalam menyampaikan fakta perselingkuhan Jiera. Tapi sepertinya Agnes lah yang syok dan merasakan pandangan yang sedikit mengabur.Tidak ada raut sedih ataupun kaget saat Agnes membahas perihal Jiera dan Victor. “Kamu nggak kelihatan kaget sama sekali,” cetus Agnes.“Jujur, aku kaget tentang Jiera dan Victor. Tapi nggak terlalu memengaruhi pandanganku karena Victor memang nggak pernah setia sama satu perempuan pun dan berpeluang suka sama Jiera,” aku Gerald melipat kedua tangan di atas meja.Ia menatap lekat perempuan di depannya, sangat tulus dan ingin selalu membuat Gerald bisa mendapatkan pasangan yang baik. “Terimakasih, Nes. Aku sangat menghargai informasi yang kamu sampaikan.”Kedua bibir tipis

  • Jebakan Cinta Pertama untuk Kesayangan Bos   49. Pakai Bibir Kamu

    Agnes tersenyum manis melihat ayah dan anak sudah sehat dan sekarang berlari di atas pasir pantai. “Papi! Irvin! Kita harus pulang sekarang, udah sore!”Kedua tangan Agnes terlipat di dada, lalu sedikit mencebik saat dua orang yang ia panggil berhenti bermain. Mereka terlalu sibuk melakukan pendekatan lebih erat, sedangkan Agnes dibiarkan sendirian tanpa diajak.Hm, mungkin ini lebih baik dibandingkan semalam ia mengkhawatirkan suami dan anak lelakinya. “Pulang, Pi!”“Ayo, Nak. Kita dekati Mami, habis itu kamu Papi mandiin, ya?” Gerald menggendong tubuh mungil yang sekarang antusias ingin dimandikan Gerald.Perlahan dua orang itu mengikis jarak yang kurang dari lima belas meter untuk mendekati Agnes. “Tega banget nggak ajak aku main sama kamu dan anak kita,” cetus Agnes mencebik tidak suka.“Maaf. Tapi kamu kelihatan menikmati makanan di gazebo tadi,” balasnya menarik lembut pinggang ramping Agnes, lalu mendaratkan satu kecupan di kening.Saat itupula kerja jantung Agnes terasa berkal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status