Beranda / Romansa / Jebakan Cinta Sang Idola / Chapter 2 : Pertemuan yang Menyakitkan

Share

Chapter 2 : Pertemuan yang Menyakitkan

Penulis: Mommy_Ay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 09:10:48

Hazel mengepalkan tangannya di atas pahanya. Ia tahu ini bukan tentang kinerjanya. Bukan tentang kemampuannya. Ini tentang apa yang telah dilakukan Kevin dan Naila untuk menghancurkannya.

“Aku bisa bekerja lebih keras. Aku bisa membuktikan—”

“Bukan itu masalahnya, Hazel.”

Pria itu menatapnya dengan sorot simpati, tetapi bagi Hazel, simpati itu tidak ada gunanya.

“Kami hanya tidak ingin berurusan dengan seseorang yang… punya rekam jejak buruk.”

Rekam jejak buruk?

Hazel menggigit bibirnya. Ia tahu persis dari mana asal ‘rekam jejak’ yang dimaksud. Kevin dan Naila telah bekerja dengan sangat baik dalam menyebarkan narasi yang salah tentang dirinya.

Ia menghela napas dan berdiri.

“Baiklah. Terima kasih sudah meluangkan waktu.”

Ia tidak menunggu jawaban sebelum berbalik dan melangkah keluar dari ruangan itu.

Di luar, Hazel berdiri di tepi jalan, memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan dirinya. Skyreach City sibuk seperti biasa, tetapi bagi Hazel, kota ini tiba-tiba terasa lebih sempit.

*

Hazel melemparkan tasnya ke sofa dan menghela napas panjang. Apartemennya terasa lebih sunyi dari biasanya, seakan mencerminkan kekosongan yang ia rasakan.

Namun, sebelum ia bisa benar-benar menenangkan diri, ponselnya bergetar di atas meja. Sebuah panggilan dari nomor asing.

"Halo?"

"Selamat malam, apakah ini Hazel Elizabeth?"

Suara di ujung telepon terdengar profesional dan berwibawa.

"Ya, saya sendiri. Dengan siapa saya berbicara?"

"Saya Daniel Morgan dari Orion Entertainment. Kami ingin menawarkan posisi manajer untuk salah satu talent utama kami."

Hazel mengernyit. Orion Entertainment? Itu salah satu agensi terbesar di industri ini. Tawaran seperti ini seharusnya menggiurkan, tetapi...

"Talent utama? Siapa yang Anda maksud?" tanyanya hati-hati.

Ada jeda sesaat sebelum Daniel menjawab.

"Nicholas Alexander."

Jantung Hazel seperti berhenti berdetak seketika. Nama itu membawa begitu banyak kenangan—dan tidak semuanya menyenangkan.

Nicholas Alexander, seseorang dari masa lalunya yang paling ingin ia hindari.

Hazel mengusap wajahnya, berusaha menenangkan diri. "Kenapa saya?"

"Kami membutuhkan seseorang yang cukup kompeten untuk menangani Nicholas. Dia... sedikit sulit, dan kami mendengar Anda memiliki pengalaman bekerja dengannya."

Hazel tertawa kecil, tapi tanpa humor. "Pengalaman, ya?"

Tentu saja ia punya pengalaman. Nicholas—atau Nick, seperti biasa ia memanggilnya—bukan sekadar mantan klien. Pria itu adalah bagian dari hidupnya selama tiga tahun sebagai kekasih kontraknya. Sebuah hubungan yang berakhir empat tahun lalu, tanpa ada komunikasi sejak saat itu.

"Jadi, bagaimana? Apakah Anda tertarik untuk mendiskusikan ini lebih lanjut?" suara Daniel membuyarkan pikirannya.

Hazel menggigit bibir. Ini kesempatan besar, peluang untuk bangkit kembali setelah keterpurukannya. Tetapi bekerja dengan Nick? Itu seperti membuka luka lama yang sudah susah payah ia sembuhkan.

Namun kesempatan seperti ini tidak mungkin datang dua kali.

“Baiklah, aku terima tawaran kalian.”

*

Dua hari kemudian, Hazel melangkah ke gedung Orion Entertainment.

Seorang wanita dengan setelan rapi menyambutnya di lobi.

“Hazel Elizabeth?”

Hazel mengangguk.

Wanita itu tersenyum.

“Saya Andine, asisten eksekutif di Orion. Direktur sudah menunggu Anda.”

Hazel mengikuti Andine menuju lift. Sesampainya di lantai 24, ia di persilahkan untuk masuk ke sebuah ruangan, seorang pria paruh baya dengan setelan mahal berdiri di dekat jendela besar. Ia berbalik ketika Hazel masuk.

“Selamat datang di Orion Entertainment, Hazel. Saya Arthur Miller, direktur di sini,” ujarnya dengan suara tegas.

Hazel menjabat tangannya.

“Terima kasih atas kesempatannya, Mr. Miller.”

Arthur mengangguk, lalu menunjuk ke kursi di depannya.

“Silakan duduk. Saya yakin kamu sudah tahu alasan kamu ada di sini.”

Hazel mengangguk, meskipun hatinya berdebar.

Arthur melanjutkan,

“Kami ingin kamu menangani Nicholas Alexander. Sejujurnya, dia adalah aset terbesar kami, tetapi juga yang paling sulit ditangani. Sudah ada tiga manajer yang keluar dalam dua tahun terakhir.”

Hazel mengangkat alis.

“Seburuk itu?”

Arthur terkekeh kecil.

“Seburuk yang kamu bayangkan, atau mungkin lebih. Kamu dan Nicholas memiliki sejarah, bukan?”

Hazel menegang. Ia tidak menyangka pertanyaan itu akan muncul secepat ini.

“Ya, tapi itu sudah lama berlalu.”

Arthur mengangguk paham.

“Jadi, ini manajer baru yang kalian pilih untukku?”

Suara itu—dalam, dingin, dan sangat familiar—membuat Hazel membeku di tempatnya. Ia mengangkat wajahnya perlahan dan bertemu dengan sepasang mata abu-abu yang pernah begitu dekat dengannya.

Nicholas Alexander berdiri di sana, dengan tubuh tegap, rahang tegas, dan senyum miring yang penuh kesombongan.

Hazel menelan ludah. Ini akan lebih sulit dari yang ia bayangkan.

Nicholas Alexander menyandarkan tubuhnya di kusen pintu, menyilangkan tangan di dada. Mata abu-abunya menatap Hazel dengan intens, seolah sedang menilai setiap inci dirinya.

“Sudah lama tidak bertemu, Hazel.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 29

    “Pantas kelihatan lebih fit, ya,” Clara menyuap makanannya dengan gaya anggun. “Manajer yang profesional memang harus jaga stamina.”Nick mengunyah perlahan, mulai melirik ke Hazel yang diam-diam memutar bola matanya.Clara kembali bersuara, kali ini menoleh ke Nick. “Tadi adegan kita bagus, ya? Kayaknya yang barusan tuh yang terbaik sejauh ini.”Nick mengangguk, lalu mengunyah tanpa komentar. Tapi Clara tidak berhenti.“Aku suka banget chemistry kita. Gak nyangka masih bisa sekuat itu walau udah lama gak kerja bareng.”Hazel menurunkan sendoknya perlahan, menatap makanan di depannya seolah mencari kesabaran dari butiran nasi.Nick mulai merasa kikuk. “Iya, tadi bagus. Tapi ya, semua karena bimbingan sutradara juga,” katanya sambil melirik Hazel, seakan mencari persetujuan diam-diam.Clara hanya tertawa kecil. “Tapi kalau bukan karena kamu yang jadi lawan mainku, aku gak yakin bisa segitu maksimalnya.”Hazel menghela napas pelan, lalu berdiri, menyisihkan nampannya. “Aku ke mobil dulu

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 28

    Suasana sempat hening beberapa saat. Sampai akhirnya, Nick kembali bersuara.“Pundakku pegal,” gumamnya.Hazel menoleh sekilas, lalu tersenyum simpul. “Kau ingin dipijat?”Tatapan Nick langsung mengarah padanya, jenaka dan penuh arti. “Sangat ingin,” jawabnya dengan nada menggoda.Hazel tertawa pelan, lalu menyipitkan mata curiga. “Tatapan macam apa itu, huh?”Nick mengangkat alis. “Tatapan penuh harapan.”“Buang jauh-jauh pikiran kotormu itu, Tuan Aktor,” ujar Hazel, meletakkan cup minumannya ke atas meja dan beringsut mendekat ke belakang tubuh Nick.Ia mengulurkan tangan, mulai memijat bahu pria itu perlahan. Sentuhannya lembut, namun cukup kuat untuk membuat Nick mendesah lega.“Ah… itu enak,” ucap Nick dengan mata terpejam. “Kalau kamu tidak jadi manajer, kamu bisa buka tempat pijat.”Hazel mencubit pelan bahunya. “Berani-beraninya.”Nick hanya terkekeh, membiarkan dirinya dimanja. Suasana begitu tenang, hanya ada suara nafas mereka dan desiran angin dari sela jendela.Beberapa m

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 27

    Pagi itu, suasana di apartemen Hazel sedikit lebih sibuk dari biasanya. Dua koper besar sudah berjejer di dekat pintu, dan Hazel tampak memeriksa satu per satu isi tasnya sambil menggigit bibir bawah. Nick duduk di sofa sambil memainkan kunci mobil, memperhatikan Hazel dengan ekspresi geli.“Zel, kita cuma pergi empat hari, bukan pindahan rumah.”Hazel melirik tajam. “Empat hari di lokasi syuting bisa terasa kayak sebulan. Dan aku nggak mau ketinggalan apa pun.”Nick mengangkat tangan, menyerah. “Baiklah, Komandan Hazel.”Hazel menghela napas lalu mendekat, duduk di samping Nick. “Aku cuma pengin semuanya lancar. Ini project penting buat kamu. Dan buat aku juga.”Nick menoleh, memegang dagunya pelan. “Dan aku lebih tenang kalau kamu di sana.”Hazel tersenyum, lalu berdiri kembali untuk memastikan segala dokumen kontrak dan rundown jadwal sudah di dalam tas. Nick mengikuti dari belakang, menyeret koper sambil bersiul pelan.Beberapa menit kemudian, mereka sudah turun ke parkiran bawah

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 26 - Kehangatan yang Tertunda

    Setelah mandi dan berganti pakaian santai, Hazel menemukan Nick sudah berada di dapur, berdiri di depan kompor dengan celemek bergambar kartun ayam yang terlalu kecil untuk tubuhnya.Hazel tertawa pelan sambil menyandarkan diri di pintu dapur. “Serius, Nick? Celemek itu kelihatan seperti milik anak TK.”Nick menoleh dengan bangga. “Hey, ini yang kupinjam dari lemari bawah wastafel. Aku tidak tahu isinya lucu begini.”Hazel berjalan mendekat, mengangkat ujung celemek itu. “Atau kamu memang sengaja pilih ini biar aku makin jatuh cinta?”“Kalau itu berhasil, aku akan pakai celemek ini setiap hari,” jawab Nick sambil mengedipkan mata.Hazel duduk di stool dekat meja dapur, memperhatikan Nick membalik pancake dengan gaya yang terlalu dramatis—dan tentu saja, pancake itu malah terlempar ke lantai.Nick mematung.Hazel menahan tawa, lalu tertawa terbahak. “Pancake terbang! Kamu harusnya daftar ke pertunjukan sirkus.”Nick menunjuk Hazel dengan spatula. “Jangan remehkan keahlianku. Itu cuma p

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 25 - Dalam Dekapan

    Dengan langkah kokoh, Nick membawanya menuju sofa, tempat mereka jatuh bersama dalam gelak tawa kecil yang meledak di sela-sela desahan.Nick membaringkan Hazel perlahan di atas sofa, seakan memperlakukannya seperti sesuatu yang sangat berharga. Matanya menatap dalam ke arah Hazel, seolah ingin memastikan sekali lagi bahwa ini benar-benar keinginan mereka berdua.Hazel menarik napas dalam, ujung jemarinya menyusuri rahang Nick dengan lembut.Nick memejamkan mata sejenak, menahan gemuruh di dadanya. Ia menunduk, mencium kening Hazel dengan penuh hormat, lalu turun ke pelipis, pipi, hingga akhirnya menangkap bibir Hazel lagi dalam ciuman yang jauh lebih dalam, lebih dalam dari sebelumnya.Tangannya merayapi punggung Hazel, membangunkan sensasi yang menggetarkan setiap pori-porinya. Hazel mengangkat tangannya, membenamkannya ke rambut Nick, menariknya lebih dekat, membuat jarak di antara mereka benar-benar menghilang.Nick mencium sepanjang garis rahang Hazel, lalu turun ke lehernya, men

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 24 - Kita Bisa Mencobanya

    Nick tersenyum miring, ada kilatan nakal di matanya."Kalau aku bilang aku mau libur dua hari ini bareng kamu, gimana?"Hazel mengerutkan kening, membuang wajahnya ke samping untuk menyembunyikan rona panas di pipinya. "Nick, seriuslah."Nick tertawa pelan. "Aku serius, Hazel. Dua hari ini, aku butuh recharge. Tapi, kurasa yang paling bikin aku semangat itu kalau kamu ada."Hazel menghela napas, berusaha tetap tegar walau jantungnya berdebar tak karuan."Kau butuh tidur, bukan membuat masalah baru."Nick mendekat sedikit, menurunkan suaranya. "Mungkin tidurku akan lebih nyenyak kalau tahu kamu nggak menjauh."Hazel memejamkan mata sejenak, lalu membuka mata sambil menghela napas."Aku akan tetap profesional, Nick. Sampai kapan pun."Nick tersenyum kecil, ekspresinya sulit terbaca."Aku tahu. Tapi itu tidak menghentikan aku berharap lebih."Hazel terdiam, memilih tidak menanggapi. Ia mengalihkan pandangan, melihat sekeliling yang mulai sepi."Besok, aku akan kirimkan detail jadwal kebe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status