Share

Bab 28

Penulis: Mommy_Ay
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-20 11:45:40

Suasana sempat hening beberapa saat. Sampai akhirnya, Nick kembali bersuara.

“Pundakku pegal,” gumamnya.

Hazel menoleh sekilas, lalu tersenyum simpul. “Kau ingin dipijat?”

Tatapan Nick langsung mengarah padanya, jenaka dan penuh arti. “Sangat ingin,” jawabnya dengan nada menggoda.

Hazel tertawa pelan, lalu menyipitkan mata curiga. “Tatapan macam apa itu, huh?”

Nick mengangkat alis. “Tatapan penuh harapan.”

“Buang jauh-jauh pikiran kotormu itu, Tuan Aktor,” ujar Hazel, meletakkan cup minumannya ke atas meja dan beringsut mendekat ke belakang tubuh Nick.

Ia mengulurkan tangan, mulai memijat bahu pria itu perlahan. Sentuhannya lembut, namun cukup kuat untuk membuat Nick mendesah lega.

“Ah… itu enak,” ucap Nick dengan mata terpejam. “Kalau kamu tidak jadi manajer, kamu bisa buka tempat pijat.”

Hazel mencubit pelan bahunya. “Berani-beraninya.”

Nick hanya terkekeh, membiarkan dirinya dimanja. Suasana begitu tenang, hanya ada suara nafas mereka dan desiran angin dari sela jendela.

Beberapa m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 29

    “Pantas kelihatan lebih fit, ya,” Clara menyuap makanannya dengan gaya anggun. “Manajer yang profesional memang harus jaga stamina.”Nick mengunyah perlahan, mulai melirik ke Hazel yang diam-diam memutar bola matanya.Clara kembali bersuara, kali ini menoleh ke Nick. “Tadi adegan kita bagus, ya? Kayaknya yang barusan tuh yang terbaik sejauh ini.”Nick mengangguk, lalu mengunyah tanpa komentar. Tapi Clara tidak berhenti.“Aku suka banget chemistry kita. Gak nyangka masih bisa sekuat itu walau udah lama gak kerja bareng.”Hazel menurunkan sendoknya perlahan, menatap makanan di depannya seolah mencari kesabaran dari butiran nasi.Nick mulai merasa kikuk. “Iya, tadi bagus. Tapi ya, semua karena bimbingan sutradara juga,” katanya sambil melirik Hazel, seakan mencari persetujuan diam-diam.Clara hanya tertawa kecil. “Tapi kalau bukan karena kamu yang jadi lawan mainku, aku gak yakin bisa segitu maksimalnya.”Hazel menghela napas pelan, lalu berdiri, menyisihkan nampannya. “Aku ke mobil dulu

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 28

    Suasana sempat hening beberapa saat. Sampai akhirnya, Nick kembali bersuara.“Pundakku pegal,” gumamnya.Hazel menoleh sekilas, lalu tersenyum simpul. “Kau ingin dipijat?”Tatapan Nick langsung mengarah padanya, jenaka dan penuh arti. “Sangat ingin,” jawabnya dengan nada menggoda.Hazel tertawa pelan, lalu menyipitkan mata curiga. “Tatapan macam apa itu, huh?”Nick mengangkat alis. “Tatapan penuh harapan.”“Buang jauh-jauh pikiran kotormu itu, Tuan Aktor,” ujar Hazel, meletakkan cup minumannya ke atas meja dan beringsut mendekat ke belakang tubuh Nick.Ia mengulurkan tangan, mulai memijat bahu pria itu perlahan. Sentuhannya lembut, namun cukup kuat untuk membuat Nick mendesah lega.“Ah… itu enak,” ucap Nick dengan mata terpejam. “Kalau kamu tidak jadi manajer, kamu bisa buka tempat pijat.”Hazel mencubit pelan bahunya. “Berani-beraninya.”Nick hanya terkekeh, membiarkan dirinya dimanja. Suasana begitu tenang, hanya ada suara nafas mereka dan desiran angin dari sela jendela.Beberapa m

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 27

    Pagi itu, suasana di apartemen Hazel sedikit lebih sibuk dari biasanya. Dua koper besar sudah berjejer di dekat pintu, dan Hazel tampak memeriksa satu per satu isi tasnya sambil menggigit bibir bawah. Nick duduk di sofa sambil memainkan kunci mobil, memperhatikan Hazel dengan ekspresi geli.“Zel, kita cuma pergi empat hari, bukan pindahan rumah.”Hazel melirik tajam. “Empat hari di lokasi syuting bisa terasa kayak sebulan. Dan aku nggak mau ketinggalan apa pun.”Nick mengangkat tangan, menyerah. “Baiklah, Komandan Hazel.”Hazel menghela napas lalu mendekat, duduk di samping Nick. “Aku cuma pengin semuanya lancar. Ini project penting buat kamu. Dan buat aku juga.”Nick menoleh, memegang dagunya pelan. “Dan aku lebih tenang kalau kamu di sana.”Hazel tersenyum, lalu berdiri kembali untuk memastikan segala dokumen kontrak dan rundown jadwal sudah di dalam tas. Nick mengikuti dari belakang, menyeret koper sambil bersiul pelan.Beberapa menit kemudian, mereka sudah turun ke parkiran bawah

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 26 - Kehangatan yang Tertunda

    Setelah mandi dan berganti pakaian santai, Hazel menemukan Nick sudah berada di dapur, berdiri di depan kompor dengan celemek bergambar kartun ayam yang terlalu kecil untuk tubuhnya.Hazel tertawa pelan sambil menyandarkan diri di pintu dapur. “Serius, Nick? Celemek itu kelihatan seperti milik anak TK.”Nick menoleh dengan bangga. “Hey, ini yang kupinjam dari lemari bawah wastafel. Aku tidak tahu isinya lucu begini.”Hazel berjalan mendekat, mengangkat ujung celemek itu. “Atau kamu memang sengaja pilih ini biar aku makin jatuh cinta?”“Kalau itu berhasil, aku akan pakai celemek ini setiap hari,” jawab Nick sambil mengedipkan mata.Hazel duduk di stool dekat meja dapur, memperhatikan Nick membalik pancake dengan gaya yang terlalu dramatis—dan tentu saja, pancake itu malah terlempar ke lantai.Nick mematung.Hazel menahan tawa, lalu tertawa terbahak. “Pancake terbang! Kamu harusnya daftar ke pertunjukan sirkus.”Nick menunjuk Hazel dengan spatula. “Jangan remehkan keahlianku. Itu cuma p

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 25 - Dalam Dekapan

    Dengan langkah kokoh, Nick membawanya menuju sofa, tempat mereka jatuh bersama dalam gelak tawa kecil yang meledak di sela-sela desahan.Nick membaringkan Hazel perlahan di atas sofa, seakan memperlakukannya seperti sesuatu yang sangat berharga. Matanya menatap dalam ke arah Hazel, seolah ingin memastikan sekali lagi bahwa ini benar-benar keinginan mereka berdua.Hazel menarik napas dalam, ujung jemarinya menyusuri rahang Nick dengan lembut.Nick memejamkan mata sejenak, menahan gemuruh di dadanya. Ia menunduk, mencium kening Hazel dengan penuh hormat, lalu turun ke pelipis, pipi, hingga akhirnya menangkap bibir Hazel lagi dalam ciuman yang jauh lebih dalam, lebih dalam dari sebelumnya.Tangannya merayapi punggung Hazel, membangunkan sensasi yang menggetarkan setiap pori-porinya. Hazel mengangkat tangannya, membenamkannya ke rambut Nick, menariknya lebih dekat, membuat jarak di antara mereka benar-benar menghilang.Nick mencium sepanjang garis rahang Hazel, lalu turun ke lehernya, men

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 24 - Kita Bisa Mencobanya

    Nick tersenyum miring, ada kilatan nakal di matanya."Kalau aku bilang aku mau libur dua hari ini bareng kamu, gimana?"Hazel mengerutkan kening, membuang wajahnya ke samping untuk menyembunyikan rona panas di pipinya. "Nick, seriuslah."Nick tertawa pelan. "Aku serius, Hazel. Dua hari ini, aku butuh recharge. Tapi, kurasa yang paling bikin aku semangat itu kalau kamu ada."Hazel menghela napas, berusaha tetap tegar walau jantungnya berdebar tak karuan."Kau butuh tidur, bukan membuat masalah baru."Nick mendekat sedikit, menurunkan suaranya. "Mungkin tidurku akan lebih nyenyak kalau tahu kamu nggak menjauh."Hazel memejamkan mata sejenak, lalu membuka mata sambil menghela napas."Aku akan tetap profesional, Nick. Sampai kapan pun."Nick tersenyum kecil, ekspresinya sulit terbaca."Aku tahu. Tapi itu tidak menghentikan aku berharap lebih."Hazel terdiam, memilih tidak menanggapi. Ia mengalihkan pandangan, melihat sekeliling yang mulai sepi."Besok, aku akan kirimkan detail jadwal kebe

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 23 - Sedikit Goyah

    Udara sore di luar lokasi syuting terasa lebih sejuk, tapi Hazel tetap merasa sesak. Ia berdiri di dekat mobilnya, membiarkan embusan angin menerpa wajahnya. Jemarinya meremas tas selempangnya erat-erat, mencoba mengendalikan gejolak yang berputar di dalam dadanya.Kata-kata Nick tempo hari kembali mengiang di kepalanya."Aku tidak meminta kita berpura-pura, Hazel. Aku ingin kita memulai kembali dengan cara yang lebih baik."Hazel memejamkan mata sejenak, menggigit bibir bawahnya. Ia tahu Nick serius. Ia tahu ada ketulusan di mata pria itu saat mengucapkannya. Tapi, kenangan masa lalu yang penuh luka masih membentuk tembok kokoh di sekeliling hatinya.Bagaimana kalau semua ini hanya berakhir dengan lebih banyak luka? pikir Hazel. Bagaimana kalau aku salah lagi?Ia membuka mata perlahan, menatap langit yang mulai bergradasi jingga. Ada sesuatu dalam cara Nick memperlakukannya belakangan ini—tatapan-tatapannya, perhatian kecil yang selalu terselip di sela-sela kesibukan mereka—yang memb

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 22 - Seperti Anak Kecil

    Hazel menarik napas panjang sebelum turun dari mobil. Udara siang itu terasa sedikit lebih panas dari biasanya, atau mungkin hanya pikirannya yang penuh membuat segalanya terasa berat.Begitu melangkah ke area lokasi syuting, ia langsung melihat Nick berdiri di dekat tenda produksi, tampak gelisah. Jaket hitamnya terlipat di lengan, rambutnya sedikit berantakan, dan ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kekesalan.Begitu mata mereka bertemu, Nick langsung berjalan cepat menghampirinya."Kau sengaja, ya?" katanya tanpa basa-basi, nada suaranya mirip anak kecil yang ngambek.Hazel mengangkat alis santai. "Sengaja apa?""Sengaja bikin aku nunggu." Nick menyipitkan mata, seolah menuntut penjelasan.Hazel menahan senyum, menanggapi dengan datar, "Aku bukan babysitter-mu, Nick."Nick mendekat, suaranya sedikit merendah. "Tapi aku nggak suka nunggu. Apalagi sendirian."Hazel menghela napas, berusaha tetap profesional meski hatinya terasa sedikit bergetar melihat sikap manja pria itu."Aku haru

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 21 - Bukan Hal yang Mudah

    Hazel membuka pintu apartemennya dengan gerakan lelah. Kunci nyaris terjatuh dari jemarinya yang gemetar. Begitu pintu tertutup, ia bersandar di belakangnya, menghela napas panjang.Hari itu terasa lebih berat dari biasanya. Getaran-getaran kecil yang ia rasakan saat melihat Nick dan Clara beradu akting terus membekas di pikirannya.Hazel berjalan pelan menuju ruang tamu, melepaskan sepatu dengan asal, lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa. Ia memejamkan mata sejenak, membiarkan keheningan menyelimuti.Tiba-tiba, ponselnya bergetar di atas meja. Hazel mengerjapkan mata, mengambil ponsel dengan malas."Mr. Miller?" gumamnya pelan.Ia ragu sejenak sebelum akhirnya menggeser tombol hijau."Hazel, bisakah kau datang ke kantorku besok pagi?" suara Mr. Miller terdengar tegas dari seberang.Hazel menelan ludah. "Tentu, ada sesuatu yang terjadi?""Akan lebih baik kalau kita bicara langsung," jawab Mr. Miller singkat.Hazel menggenggam ponsel lebih erat. "Baik. Saya akan datang."Tanpa banyak basa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status