Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Idola / Chapter 3 : Pria yang Menyebalkan

Share

Chapter 3 : Pria yang Menyebalkan

Author: Mommy_Ay
last update Last Updated: 2025-02-03 09:13:15

Nada suaranya terdengar santai, tapi Hazel bisa menangkap sesuatu di baliknya—sindiran halus yang membuat tengkuknya meremang. Ia menguatkan dirinya, menegakkan bahu, dan membalas tatapan pria itu tanpa gentar.

“Ya, sudah lama, Nicholas.”

Nicholas melangkah masuk, gerakannya santai tetapi penuh kontrol. Seolah-olah ia adalah raja di tempat ini—dan mungkin memang benar. Ia duduk di kursi di seberang Hazel, menyilangkan kakinya, lalu menoleh ke arah Arthur.

“Jadi, ini manajer baru yang kau pilih untukku?”

Arthur mengangguk tanpa ragu.

“Ya. Kami percaya Hazel adalah orang yang tepat untuk menangani kariermu.”

Nicholas terkekeh pelan, nadanya terdengar meremehkan.

“Lucu. Karena setahuku, dia lebih pandai menangani hubungan daripada karier.”

Hazel mengepalkan tangannya di bawah meja, menahan emosi yang hampir meledak. Ia tahu Nicholas masih menyimpan dendam, tapi tidak menyangka pria itu akan langsung menyerangnya seperti ini.

Arthur menatap keduanya bergantian, menyadari ketegangan yang menguar di antara mereka. Ia berdeham, mencoba mencairkan suasana.

“Kuharap kalian bisa bersikap profesional. Hazel, Nicholas adalah aset terbesar kami, dan tugasmu adalah memastikan ia tetap di puncak.”

Hazel mengangguk, meskipun ia masih bisa merasakan tatapan tajam Nicholas menembus dirinya.

“Saya mengerti, Mr. Miller.”

Arthur tersenyum puas.

“Bagus. Kalau begitu, aku akan membiarkan kalian berdua berdiskusi sendiri. Hazel, mulai hari ini, kau bertanggung jawab penuh atas karier Nicholas.”

Arthur berdiri dan meninggalkan ruangan, menyisakan Hazel dan Nicholas dalam keheningan yang mencekam.

Nicholas akhirnya bersuara, suaranya lebih rendah kali ini.

“Aku tidak butuh manajer.”

Hazel menghela napas panjang.

“Kau mungkin tidak butuh, tapi Orion butuh seseorang yang bisa mengendalikanmu.”

Nicholas menyeringai miring.

“Dan menurutmu, kau bisa mengendalikanku?”

Hazel menatapnya tajam.

“Aku di sini bukan untuk bermain-main, Nick. Aku hanya ingin bekerja dengan profesional.”

Nicholas tertawa kecil, tapi tidak ada humor di matanya.

“Profesional, ya?”

Ia bersandar ke kursinya, menatap Hazel dengan intens. “Lucu. Karena terakhir kali aku mengingatmu, kau bukan hanya manajerku. Kau juga—”

“Jangan bahas itu.”

Hazel memotong cepat.

Nicholas menaikkan alisnya, lalu menyeringai.

“Baiklah. Tapi jangan berpikir ini akan mudah untukmu, Hazel.”

Hazel menghela napas, menyadari bahwa bekerja dengan Nicholas akan lebih sulit dari yang ia bayangkan.

Dan ini baru permulaan.

“Kau sudah berubah, Hazel.”

Nicholas menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Hazel dengan ekspresi yang sulit diartikan. Senyumnya tipis, tapi matanya berbicara lebih banyak dari yang ingin ia ungkapkan.

Hazel menahan diri untuk tidak menggertakkan giginya.

“Orang memang berubah, Nick. Itu hal yang wajar.”

Nicholas terkekeh pelan, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan.

“Tapi kau tahu? Dalam beberapa hal, kau masih sama seperti dulu. Masih keras kepala dan masih berusaha terlihat kuat.”

Hazel mengepalkan tangannya di bawah meja. Ia tidak ingin permainan ini berlanjut.

“Aku di sini bukan untuk membahas masa lalu, Nick. Aku hanya ingin memastikan pekerjaan ini berjalan dengan baik.”

Nicholas menatapnya lama sebelum akhirnya berdiri. Ia berjalan mendekat, menghentikan langkahnya tepat di samping Hazel.

“Baiklah. Kalau begitu, kita akan bermain dengan aturanmu… untuk sementara.”

Hazel menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya.

“Aku tidak bermain, Nick. Aku hanya melakukan pekerjaanku.”

Nicholas tersenyum miring, lalu berbisik tepat di telinganya.

“Kita lihat saja sampai kapan kau bisa bertahan.”

Hazel membeku di tempatnya. Ia tahu ini bukan hanya tentang pekerjaan. Ini adalah pertempuran yang lebih besar—pertempuran antara mereka berdua, antara masa lalu yang belum sepenuhnya usai, dan masa kini yang penuh dengan ketegangan.

Dan Nicholas jelas tidak akan membuat segalanya mudah untuknya.

*

Hazel mengeratkan genggaman pada tasnya saat melangkah keluar dari ruangan. Napasnya sedikit tertahan, bukan karena gugup, tapi karena amarah yang tertahan. Nicholas Alexander memang masih sama seperti dulu—arogan, penuh teka-teki, dan menyebalkan.

Ponselnya bergetar di dalam genggamannya. Ia melirik layar sekilas, nama Noah tertera di sana.

Noah adalah sahabatnya sejak kuliah. Mereka sama-sama mengambil jurusan Manajemen Hiburan dan bermimpi bekerja di industri yang sama. Setelah lulus, takdir membawa mereka ke tempat yang sama—Zhe Entertainment. Laki-laki itu mungkin satu-satunya orang yang selalu percaya pada Hazel, bahkan ketika orang lain meragukannya.

“Aku baru saja keluar dari ruang Direktur,” kata Hazel begitu panggilan tersambung.

“Bagaimana?”

Suara Noah terdengar penuh rasa ingin tahu.

Hazel mendesah, berjalan menuju lift.

“Seperti yang kuduga, dia tidak berubah. Menyebalkan dan suka memprovokasi.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 29

    “Pantas kelihatan lebih fit, ya,” Clara menyuap makanannya dengan gaya anggun. “Manajer yang profesional memang harus jaga stamina.”Nick mengunyah perlahan, mulai melirik ke Hazel yang diam-diam memutar bola matanya.Clara kembali bersuara, kali ini menoleh ke Nick. “Tadi adegan kita bagus, ya? Kayaknya yang barusan tuh yang terbaik sejauh ini.”Nick mengangguk, lalu mengunyah tanpa komentar. Tapi Clara tidak berhenti.“Aku suka banget chemistry kita. Gak nyangka masih bisa sekuat itu walau udah lama gak kerja bareng.”Hazel menurunkan sendoknya perlahan, menatap makanan di depannya seolah mencari kesabaran dari butiran nasi.Nick mulai merasa kikuk. “Iya, tadi bagus. Tapi ya, semua karena bimbingan sutradara juga,” katanya sambil melirik Hazel, seakan mencari persetujuan diam-diam.Clara hanya tertawa kecil. “Tapi kalau bukan karena kamu yang jadi lawan mainku, aku gak yakin bisa segitu maksimalnya.”Hazel menghela napas pelan, lalu berdiri, menyisihkan nampannya. “Aku ke mobil dulu

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 28

    Suasana sempat hening beberapa saat. Sampai akhirnya, Nick kembali bersuara.“Pundakku pegal,” gumamnya.Hazel menoleh sekilas, lalu tersenyum simpul. “Kau ingin dipijat?”Tatapan Nick langsung mengarah padanya, jenaka dan penuh arti. “Sangat ingin,” jawabnya dengan nada menggoda.Hazel tertawa pelan, lalu menyipitkan mata curiga. “Tatapan macam apa itu, huh?”Nick mengangkat alis. “Tatapan penuh harapan.”“Buang jauh-jauh pikiran kotormu itu, Tuan Aktor,” ujar Hazel, meletakkan cup minumannya ke atas meja dan beringsut mendekat ke belakang tubuh Nick.Ia mengulurkan tangan, mulai memijat bahu pria itu perlahan. Sentuhannya lembut, namun cukup kuat untuk membuat Nick mendesah lega.“Ah… itu enak,” ucap Nick dengan mata terpejam. “Kalau kamu tidak jadi manajer, kamu bisa buka tempat pijat.”Hazel mencubit pelan bahunya. “Berani-beraninya.”Nick hanya terkekeh, membiarkan dirinya dimanja. Suasana begitu tenang, hanya ada suara nafas mereka dan desiran angin dari sela jendela.Beberapa m

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 27

    Pagi itu, suasana di apartemen Hazel sedikit lebih sibuk dari biasanya. Dua koper besar sudah berjejer di dekat pintu, dan Hazel tampak memeriksa satu per satu isi tasnya sambil menggigit bibir bawah. Nick duduk di sofa sambil memainkan kunci mobil, memperhatikan Hazel dengan ekspresi geli.“Zel, kita cuma pergi empat hari, bukan pindahan rumah.”Hazel melirik tajam. “Empat hari di lokasi syuting bisa terasa kayak sebulan. Dan aku nggak mau ketinggalan apa pun.”Nick mengangkat tangan, menyerah. “Baiklah, Komandan Hazel.”Hazel menghela napas lalu mendekat, duduk di samping Nick. “Aku cuma pengin semuanya lancar. Ini project penting buat kamu. Dan buat aku juga.”Nick menoleh, memegang dagunya pelan. “Dan aku lebih tenang kalau kamu di sana.”Hazel tersenyum, lalu berdiri kembali untuk memastikan segala dokumen kontrak dan rundown jadwal sudah di dalam tas. Nick mengikuti dari belakang, menyeret koper sambil bersiul pelan.Beberapa menit kemudian, mereka sudah turun ke parkiran bawah

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 26 - Kehangatan yang Tertunda

    Setelah mandi dan berganti pakaian santai, Hazel menemukan Nick sudah berada di dapur, berdiri di depan kompor dengan celemek bergambar kartun ayam yang terlalu kecil untuk tubuhnya.Hazel tertawa pelan sambil menyandarkan diri di pintu dapur. “Serius, Nick? Celemek itu kelihatan seperti milik anak TK.”Nick menoleh dengan bangga. “Hey, ini yang kupinjam dari lemari bawah wastafel. Aku tidak tahu isinya lucu begini.”Hazel berjalan mendekat, mengangkat ujung celemek itu. “Atau kamu memang sengaja pilih ini biar aku makin jatuh cinta?”“Kalau itu berhasil, aku akan pakai celemek ini setiap hari,” jawab Nick sambil mengedipkan mata.Hazel duduk di stool dekat meja dapur, memperhatikan Nick membalik pancake dengan gaya yang terlalu dramatis—dan tentu saja, pancake itu malah terlempar ke lantai.Nick mematung.Hazel menahan tawa, lalu tertawa terbahak. “Pancake terbang! Kamu harusnya daftar ke pertunjukan sirkus.”Nick menunjuk Hazel dengan spatula. “Jangan remehkan keahlianku. Itu cuma p

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 25 - Dalam Dekapan

    Dengan langkah kokoh, Nick membawanya menuju sofa, tempat mereka jatuh bersama dalam gelak tawa kecil yang meledak di sela-sela desahan.Nick membaringkan Hazel perlahan di atas sofa, seakan memperlakukannya seperti sesuatu yang sangat berharga. Matanya menatap dalam ke arah Hazel, seolah ingin memastikan sekali lagi bahwa ini benar-benar keinginan mereka berdua.Hazel menarik napas dalam, ujung jemarinya menyusuri rahang Nick dengan lembut.Nick memejamkan mata sejenak, menahan gemuruh di dadanya. Ia menunduk, mencium kening Hazel dengan penuh hormat, lalu turun ke pelipis, pipi, hingga akhirnya menangkap bibir Hazel lagi dalam ciuman yang jauh lebih dalam, lebih dalam dari sebelumnya.Tangannya merayapi punggung Hazel, membangunkan sensasi yang menggetarkan setiap pori-porinya. Hazel mengangkat tangannya, membenamkannya ke rambut Nick, menariknya lebih dekat, membuat jarak di antara mereka benar-benar menghilang.Nick mencium sepanjang garis rahang Hazel, lalu turun ke lehernya, men

  • Jebakan Cinta Sang Idola   Bab 24 - Kita Bisa Mencobanya

    Nick tersenyum miring, ada kilatan nakal di matanya."Kalau aku bilang aku mau libur dua hari ini bareng kamu, gimana?"Hazel mengerutkan kening, membuang wajahnya ke samping untuk menyembunyikan rona panas di pipinya. "Nick, seriuslah."Nick tertawa pelan. "Aku serius, Hazel. Dua hari ini, aku butuh recharge. Tapi, kurasa yang paling bikin aku semangat itu kalau kamu ada."Hazel menghela napas, berusaha tetap tegar walau jantungnya berdebar tak karuan."Kau butuh tidur, bukan membuat masalah baru."Nick mendekat sedikit, menurunkan suaranya. "Mungkin tidurku akan lebih nyenyak kalau tahu kamu nggak menjauh."Hazel memejamkan mata sejenak, lalu membuka mata sambil menghela napas."Aku akan tetap profesional, Nick. Sampai kapan pun."Nick tersenyum kecil, ekspresinya sulit terbaca."Aku tahu. Tapi itu tidak menghentikan aku berharap lebih."Hazel terdiam, memilih tidak menanggapi. Ia mengalihkan pandangan, melihat sekeliling yang mulai sepi."Besok, aku akan kirimkan detail jadwal kebe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status