Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 001 [Salah Menduga]

Share

Jebakan Cinta Sang Pewaris
Jebakan Cinta Sang Pewaris
Author: Kikan Selviani Putri

Chapter 001 [Salah Menduga]

last update Last Updated: 2024-11-25 09:23:48

“Hhh .…”

Valerie menarik napas tajam, sebuah desahan halus lolos dari bibirnya. Suara itu seperti undangan tanpa kata, ia membiarkan sentuhan Aldrich menghangatkan kulitnya. Menarik napas dalam-dalam, ia mencoba mengenyahkan rasa sakit hati yang terus membayanginya.

Suara detak jam di suite hotel mewah di tengah kota Paris menjadi satu-satunya penanda waktu yang terus berjalan, sementara ia merasa dunia seolah berhenti.

Di luar jendela besar, Menara Eiffel berdiri anggun, dikelilingi kerlip cahaya malam.

Namun, pemandangan itu tak seberapa dibandingkan intensitas tatapan pria di depannya yang sulit diabaikan.

“Kamu yakin ingin melanjutkan ini?” Aldrich bertanya pelan.

Mata Aldrich menelisik dalam, seakan mampu melihat semua luka dan rasa sakit yang disembunyikan Valerie di balik sikap tenangnya.

Valerie mengangguk, mencoba menyembunyikan kekacauan emosinya. “Iya … aku butuh ini. Aku butuh … sesuatu untuk melupakan semuanya,” jawabnya.

Tatapan Valerie penuh keyakinan. Hatinya sedikit ragu. Ia merasa sedikit aneh berada dalam situasi ini dengan seorang pria yang begitu tampan. Valerie yakin, pria ini adalah seorang gigolo.

Aldrich hanya tersenyum tipis. Lalu, ia mendekat. Bibirnya menyentuh lembut leher Valerie. Menyesap aroma vanila yang memabukkan dari sana. Sentuhannya lembut namun intens, membuat Valerie menahan napas.

“Aku akan membuatmu merasa lebih baik,” bisiknya, suaranya terdengar dalam dan menggetarkan.

Valerie tak bisa menahan senyumnya, meski sedikit getir. “Kamu sering mengatakan ini kepada klien, ya?” tanyanya, sedikit bercanda namun ada nada serius di baliknya.

Valerie menatap Aldrich dengan sedikit waspada, mencoba menebak reaksinya.

Aldrich hanya menaikkan alisnya sedikit, namun tak ada respons verbal darinya. Ia malah mendekatkan wajahnya lagi, menyapu bibirnya di sepanjang bahu Valerie.

“Apa itu penting?” tanya Aldrich lembut, hampir berbisik.

Valerie tergelak kecil, walau hatinya sedikit sakit dengan kenyataan itu. “Tidak juga. Selama kamu bisa mengalihkan pikiranku … itu sudah cukup,” jawabnya dengan nada ringan, mencoba menutupi perasaannya.

Valerie tahu, malam ini hanyalah pelarian. Namun, ia tetap ingin merasa diinginkan walau hanya sesaat.

Mereka terdiam sejenak, saling memandang dengan intensitas yang semakin dalam. Valerie merasakan ada sesuatu yang berbeda. Namun, ia mengabaikannya.

Valerie membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan yang Aldrich berikan. Ia berusaha mengabaikan luka hatinya yang belum sepenuhnya sembuh dari pengkhianatan mantannya. Sekilas, ia menatap otot-otot Aldrich yang terbentuk sempurna. Ia terpesona.

“Apa kamu selalu seintim ini dengan … klien?” Valerie bertanya lagi dengan nada bercanda.

Valerie merasakan kecemburuan yang tak masuk akal. Ia bahkan tidak mengenal pria ini dengan baik.

Aldrich benar-benar melebihi ekspektasinya tentang gigolo. Valerie jadi ingin tahu, apa semua gigolo memang seperti Aldrich?

Aldrich tersenyum misterius, membiarkan pertanyaan itu mengambang tanpa jawaban. “Malam ini, hanya ada kamu di pikiranku,” bisiknya, membuat Valerie tersipu.

Valerie tertawa kecil, mencoba menutup rasa malu dan sedikit kepercayaan diri yang mulai tumbuh. “Kamu benar-benar tahu bagaimana membuat seseorang merasa istimewa, ya?” katanya.

Aldrich tidak menjawab. Ia hanya menyelipkan rambut Valerie ke belakang telinga. Meskipun tidak dalam kondisi mabuk, keduanya tenggelam dalam malam yang memabukkan.

“Kamu sangat profesional dalam pekerjaan ini,” ujarnya sambil tersenyum, seolah mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini hanyalah kesepakatan satu malam.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Aldrich menariknya lebih dekat, seolah ingin memberinya ketenangan tanpa harus banyak bicara. Sentuhan dan kehangatannya membuat Valerie merasa dihargai. Namun di sisi lain, ada perasaan konyol yang membuatnya merasa bodoh karena mengingat pria ini adalah seseorang yang disewanya.

Pagi harinya, Valerie bangun dan menatap Aldrich yang masih terlelap di sampingnya. Ia menatap wajahnya dengan sedikit perasaan bersalah, tapi juga lega. Di sebelahnya, ada amplop yang telah ia siapkan tadi malam.

Valerie menarik napas dalam, meyakinkan dirinya bahwa ini adalah pilihan yang benar. Setelahnya, Valerie bangkit dan berpakaian dengan hati-hati, berusaha tidak membangunkan Aldrich.

Dia masih harus mengejar penerbangan kembali ke Indonesia.

Sebelum pergi, Valerie meletakkan amplop berisi uang di atas meja samping tempat tidur.

Kemudian, Valerie berbisik pelan, “Terima kasih untuk malam tadi.”

Tanpa menoleh lagi, Valerie meninggalkan kamar, membawa serta segala perasaan yang bercampur aduk di hatinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Wi2t(MACAN)
wkwkwk wah Aldrich dikira gglo. apes bner hbis pake ditinggal kabur.
goodnovel comment avatar
Yu.Az.
Puasa, di suguhi panas-panas wkwkwkw
goodnovel comment avatar
Alusha Veyya
Baru babbh awall udh serru bgt, sukaaa ......️
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 227

    “Sudah lama aku tak mendengar itu.” Aldrich terkekeh seraya mengusap garis rahangnya sebentar lalu menatap Valerie dengan ekspresi penuh kenangan.Di depannya, Valerie menyipitkan mata, kemudian menggigit bibir bawahnya pelan, “Waktu itu aku benar-benar yakin kamu gigolo.”“Aku tahu. Dan jujur, aku cukup terhibur saat kamu menyodorkanku kartu kredit dan daftar permintaan tanpa ragu. Padahal kupikir aku ketahuan,” jawab Aldrich sambil tertawa kecil.Valerie menutup wajahnya dengan satu tangan, malu mengingat kejadian di Paris itu. “Astaga, aku masih tidak percaya aku melakukannya.”Aldrich menyandarkan siku di atas meja, mendekat sedikit, “Uhm, tapi mungkin jika kau tak mendekat, aku yang akan menculik kau lebih dulu.” “Bisa kau bayangkan, Aldrich? Aku menghamili gigolo-ku sendiri,” sahut Valerie dramatis, membuat Aldrich tertawa terbahak.“Kau memang pemberani, nona,” balasnya ringan.“Jadi,” katanya sambil menoleh ke Aldrich, “kamu sudah lihat beberapa pilihan gedung yang Ayah rekom

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 226

    Mobil hitam yang mereka tumpangi melaju mulus di jalanan kota, kaca jendela menyaring matahari sore yang hangat. Valerie bersandar nyaman di jok kulit, jemarinya masih saling menggenggam dengan Aldrich. Ia sempat menoleh, memperhatikan pria di sebelahnya yang tampak santai tapi tetap penuh perhatian seperti biasa.Tiba-tiba, mobil melambat. Valerie mengangkat kepala, melihat ke luar jendela."Kita berhenti? Kenapa?" tanyanya heran.Mobil menepi di depan sebuah restoran bergaya klasik Eropa yang berdiri anggun di antara bangunan modern. Dinding eksteriornya dilapisi batu alam, dengan lampu-lampu gantung yang menambah kesan elegan.Aldrich hanya menoleh dengan senyum tipis. "Ya. Kita akan makan."Valerie mendengus. "Iya, aku tahu kita akan makan. Tapi kenapa harus ke tempat seperti ini?"Restoran itu terlihat seperti tempat yang biasanya hanya dikunjungi pasangan saat ulang tahun pernikahan ke-30 atau saat lamaran mewah.Aldrich mengangkat alis dan mengerlingkan satu matanya. "Kau piki

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 225

    Claire menyenggol bahunya dengan ringan. “Oke, sebelum aku menangis dan mengacaukan makeup sendiri, kenapa kalian nggak ambil satu foto terakhir sebelum ganti baju?”Valerie tertawa, lalu mengangguk. Claire mengeluarkan ponsel, dan mereka pun berdiri di depan cermin besar. Valerie dengan gaun dan veil, Aldrich dengan jas gelap yang tadi dicoba untuk fitting. Keduanya berdiri cukup dekat, tapi tidak bersentuhan. “C'mon. Lebih dekat, Aldrich. Ini bukan sesi foto KTP.” Claire berkata gemas. Aldrich tersenyum dan menaruh satu tangan di punggung Valerie dengan hati-hati. Sementara Valerie sendiri tersipu, tapi tidak menghindar.Klik.Claire menatap hasil fotonya, lalu menunjukkan pada mereka. “Satu kata. Majalah wedding akan rebutan buat pasang foto ini di cover.”Valerie memelototi Claire dengan tatapan geli. “Berhenti. Kau membuatku ingin kabur dari altar.”“Terlambat, Princess. Kamu sudah dicintai orang ini sampai ke ujung dunia,” Claire menjawab sambil menepuk lengan Valerie.Aldrich

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 224

    Setelah sesi fitting selesai, Valerie duduk bersandar di sofa butik sembari menghela napas panjang. Gaun telah dicoba, jas sudah pas. Hanya satu hal yang tersisa.“Aku tahu kau kelelahan, tapi ini bagian favoritku,” ucap Claire sambil menghampiri mereka dengan sebuah nampan berisi kotak-kotak kecil berwarna krem dan emas. “Aksesoris.”Valerie menegakkan punggungnya secara perlahan. “Bagian favoritmu, bukan aku,” sahutnya dengan senyum kecil.Claire tak menggubris. Ia meletakkan kotak-kotak itu di meja rendah di depan mereka, lalu membuka satu demi satu. Kalung berhiaskan mutiara, anting berlian mungil, dan bahkan tiara halus dari kristal yang memantulkan cahaya seperti bintang.“Tidak semua pengantin cocok pakai tiara, tapi kau seperti lahir untuk memakainya,” kata Claire sambil menyodorkan benda itu ke arah Valerie.Valerie memutar matanya, tapi tidak menolak saat Claire menyelipkannya ke rambutnya. Ia menatap bayangannya di cermin besar di sisi ruangan.“Lucu juga,” gumamnya sambil

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 223

    “Aku tahu ini telat,” ucap Aldrich perlahan, suaranya rendah dan penuh makna. Jemarinya menggenggam tangan Valerie semakin erat. “Tapi aku ingin memberikanmu sesuatu yang spesial setiap saat.”Valerie sempat mengerutkan dahi, namun tak lama kemudian ia membeku saat Aldrich menunduk dan mengeluarkan sesuatu dari saku dalam jasnya. Sebuah kotak beludru berwarna abu-abu muda, dengan detail jahitan halus di tepinya. Tangannya yang biasanya begitu tenang kini sedikit bergetar saat membuka kotak itu di depan Valerie.Di dalamnya, bersemayam sebuah cincin berlian yang tampak begitu memukau. Cincin itu terbuat dari platinum murni yang ramping namun kokoh, memeluk sebuah batu berlian berbentuk cushion cut sebesar dua karat. Berlian itu bening seperti tetesan embun pagi, dengan kilauan yang tampak menari-nari di bawah cahaya lampu gantung butik. Di sekeliling berlian utama, terhampar barisan pavé diamond kecil yang mengelilinginya seperti bintang-bintang yang menjaga pusat semesta. Setiap de

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 222

    Sementara itu, di luar ruang ganti, Aldrich duduk menunggu di kursi panjang berlapis velvet. Tangan kirinya menggenggam cangkir teh camomile yang perlahan mendingin. Matanya menatap pintu ruang ganti tanpa berkedip. Dan ketika pintu itu perlahan terbuka, waktu terasa melambat.Valerie melangkah keluar dengan perlahan dan gugup, kepalanya sedikit tertunduk sebelum akhirnya mengangkat wajah dan menatap Aldrich.Melihat pemandangan itu, langkah Aldrich pun terhenti. Ia reflek berdiri dari duduknya.“Cantik sekali,” gumamnya. Matanya menatap Valerie seolah tak percaya. Napasnya tercekat, lalu terhembus pelan. “Sayang…”Valerie memegangi sisi gaunnya dengan gugup. Tatapan Aldrich benar-benar seperti menelanjanginya. “Ini terlalu berlebihan ya? Aku kelihatan—”“Kau luar biasa!” potong Aldrich cepat, nyaris seperti kilat. “Seolah semua hal indah yang pernah kubayangkan tak ada artinya dibandingkan saat melihatmu sekarang.”Valerie menunduk, pipinya merona. “Kau selalu saja berkata manis sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status