Share

5. Sebuah Pilihan

Pria itu menatap penuh kepada Kaylee yang terus mengatakan seolah ia bercanda dengan tawaran pernikahan yang ia ajukan. Ia menghembuskan napas pelan dengan Kaylee yang menatapnya meminta jawaban. “Apa aku sempat mengatakan bahwa tawaranku untuk sebuah kebohongan?”

Kaylee yang baru meminum susunya menatap pria itu dengan wajah serius. Ia mengusap mulutnya setelah selesai minum. Bisa ia lihat wajah tenang sekaligus serius pria itu saat menekan kata-kata yang ia ucapkan.

“Lalu?” tanyanya dengan fokus karena ia juga ingin mendengar jawaban pasti pria itu.

Pria itu tersenyum tipis. “Aku sungguh mengajakmu menikah. Bukan untuk sebuah kebohongan ataupun kepura-puraan belaka tetapi benar-benar menikah sebagai pasangan suami istri pada umumnya. Tidak ada kebohongan apapun yang aku rencanakan sebab aku tidak menyukai hal yang bersifat sia-sia. Jadi, ku harap kau juga serius menanggapi tawaranku.”

“Bagaimana bisa seperti itu? kita bahkan tidak saling mengenal dan tidak mungkin kau jatuh cinta denganku pada pandangan pertama bukan? Menikah bukan hal yang sepele asal kau tahu.” Kaylee mencoba menyela dan memberikan penjabaran atas arti sebuah pernikahan kepada pria itu.

Pria itu mengangguk mengerti. “Aku tahu semua tentang itu. Aku juga tidak pernah menganggap pernikahan sebagai bahan bercandaan apalagi bahan untuk sebuah kebohongan. Aku serius dengan tawaranku kepadamu. Tentang cinta, itu bisa terjadi jika kita sudah bersama.”

Kaylee terdiam dan berpikir. Pria ini terlihat begitu tegas dalam menjelaskan semua rencananya. Kayleee merasa tidak nyaman untuk terus membantah ucapan pria itu tetapi ia merasa sungkan jika menolak pria itu. Selain tampan dan memiliki tubuh bagus, pria itu juga sangat baik. Sebenarnya apa yang menghalangi Kaylee adalah sebab mereka tidak saling mengenal dan tentu saja ini mengejutkan Kaylee jika mereka tiba-tiba akan menikah. Lucu bukan?

Pria itu juga benar bahwa cinta bisa terjadi setelah mereka bersama, tetapi Kaylee masih perlu meyakinkan diri untuk membuat keputusannya.

“Berapa usiamu?”

Kaylee menunjuk dirinya sendiri dan diangguki oleh pria itu. “Aku? Usiaku masih cukup muda dibanding dirimu. Sekitar dua puluh tiga.”

Pria itu mengangguk mengerti. “Usia yang bagus untuk menjalani pernikahan.”

“Tidak, tidak. Aku masih sangat muda untuk menjalani sebuah hubungan pernikahan. Ada banyak hal yang harus ku lakukan di luar sana dan aku bahkan belum-”

Pria itu beranjak dari duduknya setelah melihat layar ponsel dan meninggalkan Kaylee begitu saja. Kaylee terdiam dan merenungkan kembali keputusannya. Pikirannya salah dalam mengartikan maksud pria itu. Ia pikir pria itu memang hanya bercanda dengan tawaran mengajak menikah, tetapi … hei … kenapa bisa Kaylee harus menghadapi keadaan seperti ini? ini sungguh tidak lucu.

Kaylee menghembuskan napas pelan dan melihat sekitar. Melihat dari semua barang dan apapun yang ada di dalam kamar ini memang sudah memperlihatkan bahwa pria itu memang memiliki banyak uang dan bahkan semua pakaian yang ada di dalam lemarinya memiliki merk ternama yang diketahui banyak kalangan. Kaylee berurusan dengan orang yang salah. Namun tujuan Kaylee menyetujui pernikahan dengan pria itu sebelumnya adalah untuk membalas dendam kepada Jason, bukan malah melakukan pernikahan sungguhan. Lagipula kenapa pria itu tidak mau mengenalnya lebih dahulu atau mengajaknya menjalin hubungan sebelum mengajak menikah?

“Ah … Kaylee … lagi-lagi kau bertemu dengan masalah.” Kaylee mengeluh.

Jika Kaylee menyetujui untuk menikah dengan pria itu hanya karena kesalahannya itu terasa tidak adil bagi Kaylee, tetapi melihat bagaimana pria itu memperlakukan dirinya dan menghormatinya membuat Kaylee memahami ada sisi baik dari pria itu. Mereka belum mengenal satu sama lain dan bahkan tidak ada cinta diantara mereka tetapi kenapa pria itu langsung menawarkan pernikahan?

Sementara pria itu, dia terus menghela napas di depan cermin seluruh badan. Menatap pantulan penampilannya dan memikirkan tentang gadis itu. Ia tidak akan memaksa gadis itu jika saja Kaylee yakin dengan keputusannya untuk tidak mau menikah dengannya. Ini waktu yang lama untuk memutuskan sebab kesempatan tidak selalu datang. Pria itu tahu bahwa Kaylee penuh keraguan ketika menyadari bahwa tawaran yang ia berikan bukanlah sebuah kebohongan belaka.

Kaylee menoleh begitu melihat pria itu keluar dari kamar dan melepaskan jam tangan dengan bau parfum yang menyerbak ke seluruh ruangan setelahnya.

“Kau ingin pergi?” tanya Kaylee.

Pria itu mengangguk dan berjalan kembali ke arah Kaylee. “Aku akan membersihkan piring dan gelasmu.”

Kaylee hanya diam saja dan melihat pria itu yang membawa piring dan gelasnya. Memperhatikan setiap kegiatan yang pria itu lalukan, membuang sisa makanannya lalu menaruh piring dan gelasnya di wastafel sebelum mencucinya. Kaylee benar-benar berpikir ulang tentang keputusannya. Tidak ada alasan kuat untuk Kaylee menolak tawaran pria itu. Lagipula ia juga tidak lagi memiliki Jason sebagai kekasihnya. Pria itu sudah bahagia dengan wanita lain dan mengabaikan Kaylee. Jadi, kenapa Kaylee harus terus menerus memikirkan Jason yang tidak memikirkan dirinya? Kaylee juga butuh kebahagiaan.

Kaylee menghembuskan napas pelan lalu ikut beranjak dari duduknya. Ia berdehem yang membuat pria itu menatapnya. Pria itu menaruh piring dan gelas di rak, lalu mengusap kedua tangannya dengan kain lap sebelum menghampiri Kaylee yang hanya berdiri di samping meja.

“Kenapa?” tanyanya dengan kembali memasang jam tangan setelah ia lepaskan sebelumnya untuk mencuci piring.

Kaylee menggaruk belakang kepalanya karena tiba-tiba merasa bingung untuk mengatakan keputusannya kepada pria itu. Pria itu menatapnya dengan kernyitan jelas dikening. Ia kemudian mendudukkan diri untuk mendengarkan Kaylee yang ingin bicara. Kaylee yang melihat pria itu ikut mendudukkan diri.

“Sebelumnya aku ingin bertanya mengapa kau tiba-tiba menawarkan pernikahan kepadaku.”

“Tidak ada alasan. Aku hanya terpikir sebelumnya lalu mengatakannya,” jawab pria itu dengan wajah tenang dan tidak terlihat ragu sekalipun dengan jawabannya.

Kaylee berpikir lagi. Ia tidak percaya dengan olah pikir pria itu. kaylee harus tahu mengapa pria itu ingin menikahinya. “Tetapi kita bahkan tidak saling mengenal sebelumnya.”

Pria itu tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya.

“Ini terlalu tiba-tiba untuk menyetujui sebuah pernikahan saat kita bahkan tidak saling mengenal. Kau tidak tahu bagaimana aku dan begitupun sebaliknya. Kau akan menyesal setelah tahu semua keburukanku dengan rencana pernikahanmu.”

Pria itu menatap Kaylee lekat-lekat. Terlihat jelas keraguan dalam mata Kaylee tetapi pria itu dapat mengerti keadaan Kaylee saat ini. “Aku tidak memaksa tetapi kau harus meyakinkan keputusanmu sebab aku tidak mau kau menyesal setelahnya.”

Kaylee kembali terdiam mendengar penuturan pria itu. Jika dilogika Kaylee memang memiliki kesalahan kepada pria itu dan pria itu yang tidak menerima permintaan maaf dengan meminta persetujuan. Jika Kaylee menyetujui untuk menikah dengannya, maka sejak saat itu pula kesalahan Kaylee hilang tetapi jika tidak, maka kesalahan masih ada pada Kaylee. Namun pria itu masih memberikan Kaylee kesempatan untuk berpikir lagi dan dengan keyakinan. Kalaupun Kaylee tidak mau maka pria itu juga tidak akan memaksa. Mudah tetapi terasa menjebak bagi Kaylee.

“Aku akan memaafkanmu tanpa kau perlu takut untuk mengambil keputusan,” ujar pria itu pada akhirnya.

Kaylee merasa ada yang mengganjal dalam dirinya meski pria itu sudah mengatakan akan memaafkan dirinya. Ini sungguh kesalahan sepele dan bahkan permintaan maaf sudah sangat cukup, tetapi mengapa hati Kaylee seolah tidak merelakan hal itu terjadi? Hei … mengapa dengan dirinya saat ini?

“Jangan berpikir terlalu jauh. Jika kau tidak yakin denganku aku tidak masalah. Maaf telah membuatmu dalam kesulitan.”

Pria itu beranjak, membuat Kaylee ikut memperhatikannya. “Aku akan mengantarmu pulang dan mengambil beberapa barangmu di kamar.”

“Biarkan aku mengambilnya sendiri,” sahut Kaylee yang membuat pria itu menatapnya dalam diam. “Owh … baiklah. Tolong ambilkan barangku.”

Pria itu tersenyum simpul dan segera pergi. Kaylee ikut tersenyum melihat pria itu. Sepertinya dirinya mulai nyaman meski baru saja saling mengenal dan bahkan tidak tahu namanya? Ini gila bukan?

“Bagaimana jika aku menyetujui saja menikah dengannya?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status