Share

5. Sebuah Pilihan

Author: Ryoum ei
last update Last Updated: 2023-11-06 10:54:23

Pria itu menatap penuh kepada Kaylee yang terus mengatakan seolah ia bercanda dengan tawaran pernikahan yang ia ajukan. Ia menghembuskan napas pelan dengan Kaylee yang menatapnya meminta jawaban. “Apa aku sempat mengatakan bahwa tawaranku untuk sebuah kebohongan?”

Kaylee yang baru meminum susunya menatap pria itu dengan wajah serius. Ia mengusap mulutnya setelah selesai minum. Bisa ia lihat wajah tenang sekaligus serius pria itu saat menekan kata-kata yang ia ucapkan.

“Lalu?” tanyanya dengan fokus karena ia juga ingin mendengar jawaban pasti pria itu.

Pria itu tersenyum tipis. “Aku sungguh mengajakmu menikah. Bukan untuk sebuah kebohongan ataupun kepura-puraan belaka tetapi benar-benar menikah sebagai pasangan suami istri pada umumnya. Tidak ada kebohongan apapun yang aku rencanakan sebab aku tidak menyukai hal yang bersifat sia-sia. Jadi, ku harap kau juga serius menanggapi tawaranku.”

“Bagaimana bisa seperti itu? kita bahkan tidak saling mengenal dan tidak mungkin kau jatuh cinta denganku pada pandangan pertama bukan? Menikah bukan hal yang sepele asal kau tahu.” Kaylee mencoba menyela dan memberikan penjabaran atas arti sebuah pernikahan kepada pria itu.

Pria itu mengangguk mengerti. “Aku tahu semua tentang itu. Aku juga tidak pernah menganggap pernikahan sebagai bahan bercandaan apalagi bahan untuk sebuah kebohongan. Aku serius dengan tawaranku kepadamu. Tentang cinta, itu bisa terjadi jika kita sudah bersama.”

Kaylee terdiam dan berpikir. Pria ini terlihat begitu tegas dalam menjelaskan semua rencananya. Kayleee merasa tidak nyaman untuk terus membantah ucapan pria itu tetapi ia merasa sungkan jika menolak pria itu. Selain tampan dan memiliki tubuh bagus, pria itu juga sangat baik. Sebenarnya apa yang menghalangi Kaylee adalah sebab mereka tidak saling mengenal dan tentu saja ini mengejutkan Kaylee jika mereka tiba-tiba akan menikah. Lucu bukan?

Pria itu juga benar bahwa cinta bisa terjadi setelah mereka bersama, tetapi Kaylee masih perlu meyakinkan diri untuk membuat keputusannya.

“Berapa usiamu?”

Kaylee menunjuk dirinya sendiri dan diangguki oleh pria itu. “Aku? Usiaku masih cukup muda dibanding dirimu. Sekitar dua puluh tiga.”

Pria itu mengangguk mengerti. “Usia yang bagus untuk menjalani pernikahan.”

“Tidak, tidak. Aku masih sangat muda untuk menjalani sebuah hubungan pernikahan. Ada banyak hal yang harus ku lakukan di luar sana dan aku bahkan belum-”

Pria itu beranjak dari duduknya setelah melihat layar ponsel dan meninggalkan Kaylee begitu saja. Kaylee terdiam dan merenungkan kembali keputusannya. Pikirannya salah dalam mengartikan maksud pria itu. Ia pikir pria itu memang hanya bercanda dengan tawaran mengajak menikah, tetapi … hei … kenapa bisa Kaylee harus menghadapi keadaan seperti ini? ini sungguh tidak lucu.

Kaylee menghembuskan napas pelan dan melihat sekitar. Melihat dari semua barang dan apapun yang ada di dalam kamar ini memang sudah memperlihatkan bahwa pria itu memang memiliki banyak uang dan bahkan semua pakaian yang ada di dalam lemarinya memiliki merk ternama yang diketahui banyak kalangan. Kaylee berurusan dengan orang yang salah. Namun tujuan Kaylee menyetujui pernikahan dengan pria itu sebelumnya adalah untuk membalas dendam kepada Jason, bukan malah melakukan pernikahan sungguhan. Lagipula kenapa pria itu tidak mau mengenalnya lebih dahulu atau mengajaknya menjalin hubungan sebelum mengajak menikah?

“Ah … Kaylee … lagi-lagi kau bertemu dengan masalah.” Kaylee mengeluh.

Jika Kaylee menyetujui untuk menikah dengan pria itu hanya karena kesalahannya itu terasa tidak adil bagi Kaylee, tetapi melihat bagaimana pria itu memperlakukan dirinya dan menghormatinya membuat Kaylee memahami ada sisi baik dari pria itu. Mereka belum mengenal satu sama lain dan bahkan tidak ada cinta diantara mereka tetapi kenapa pria itu langsung menawarkan pernikahan?

Sementara pria itu, dia terus menghela napas di depan cermin seluruh badan. Menatap pantulan penampilannya dan memikirkan tentang gadis itu. Ia tidak akan memaksa gadis itu jika saja Kaylee yakin dengan keputusannya untuk tidak mau menikah dengannya. Ini waktu yang lama untuk memutuskan sebab kesempatan tidak selalu datang. Pria itu tahu bahwa Kaylee penuh keraguan ketika menyadari bahwa tawaran yang ia berikan bukanlah sebuah kebohongan belaka.

Kaylee menoleh begitu melihat pria itu keluar dari kamar dan melepaskan jam tangan dengan bau parfum yang menyerbak ke seluruh ruangan setelahnya.

“Kau ingin pergi?” tanya Kaylee.

Pria itu mengangguk dan berjalan kembali ke arah Kaylee. “Aku akan membersihkan piring dan gelasmu.”

Kaylee hanya diam saja dan melihat pria itu yang membawa piring dan gelasnya. Memperhatikan setiap kegiatan yang pria itu lalukan, membuang sisa makanannya lalu menaruh piring dan gelasnya di wastafel sebelum mencucinya. Kaylee benar-benar berpikir ulang tentang keputusannya. Tidak ada alasan kuat untuk Kaylee menolak tawaran pria itu. Lagipula ia juga tidak lagi memiliki Jason sebagai kekasihnya. Pria itu sudah bahagia dengan wanita lain dan mengabaikan Kaylee. Jadi, kenapa Kaylee harus terus menerus memikirkan Jason yang tidak memikirkan dirinya? Kaylee juga butuh kebahagiaan.

Kaylee menghembuskan napas pelan lalu ikut beranjak dari duduknya. Ia berdehem yang membuat pria itu menatapnya. Pria itu menaruh piring dan gelas di rak, lalu mengusap kedua tangannya dengan kain lap sebelum menghampiri Kaylee yang hanya berdiri di samping meja.

“Kenapa?” tanyanya dengan kembali memasang jam tangan setelah ia lepaskan sebelumnya untuk mencuci piring.

Kaylee menggaruk belakang kepalanya karena tiba-tiba merasa bingung untuk mengatakan keputusannya kepada pria itu. Pria itu menatapnya dengan kernyitan jelas dikening. Ia kemudian mendudukkan diri untuk mendengarkan Kaylee yang ingin bicara. Kaylee yang melihat pria itu ikut mendudukkan diri.

“Sebelumnya aku ingin bertanya mengapa kau tiba-tiba menawarkan pernikahan kepadaku.”

“Tidak ada alasan. Aku hanya terpikir sebelumnya lalu mengatakannya,” jawab pria itu dengan wajah tenang dan tidak terlihat ragu sekalipun dengan jawabannya.

Kaylee berpikir lagi. Ia tidak percaya dengan olah pikir pria itu. kaylee harus tahu mengapa pria itu ingin menikahinya. “Tetapi kita bahkan tidak saling mengenal sebelumnya.”

Pria itu tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya.

“Ini terlalu tiba-tiba untuk menyetujui sebuah pernikahan saat kita bahkan tidak saling mengenal. Kau tidak tahu bagaimana aku dan begitupun sebaliknya. Kau akan menyesal setelah tahu semua keburukanku dengan rencana pernikahanmu.”

Pria itu menatap Kaylee lekat-lekat. Terlihat jelas keraguan dalam mata Kaylee tetapi pria itu dapat mengerti keadaan Kaylee saat ini. “Aku tidak memaksa tetapi kau harus meyakinkan keputusanmu sebab aku tidak mau kau menyesal setelahnya.”

Kaylee kembali terdiam mendengar penuturan pria itu. Jika dilogika Kaylee memang memiliki kesalahan kepada pria itu dan pria itu yang tidak menerima permintaan maaf dengan meminta persetujuan. Jika Kaylee menyetujui untuk menikah dengannya, maka sejak saat itu pula kesalahan Kaylee hilang tetapi jika tidak, maka kesalahan masih ada pada Kaylee. Namun pria itu masih memberikan Kaylee kesempatan untuk berpikir lagi dan dengan keyakinan. Kalaupun Kaylee tidak mau maka pria itu juga tidak akan memaksa. Mudah tetapi terasa menjebak bagi Kaylee.

“Aku akan memaafkanmu tanpa kau perlu takut untuk mengambil keputusan,” ujar pria itu pada akhirnya.

Kaylee merasa ada yang mengganjal dalam dirinya meski pria itu sudah mengatakan akan memaafkan dirinya. Ini sungguh kesalahan sepele dan bahkan permintaan maaf sudah sangat cukup, tetapi mengapa hati Kaylee seolah tidak merelakan hal itu terjadi? Hei … mengapa dengan dirinya saat ini?

“Jangan berpikir terlalu jauh. Jika kau tidak yakin denganku aku tidak masalah. Maaf telah membuatmu dalam kesulitan.”

Pria itu beranjak, membuat Kaylee ikut memperhatikannya. “Aku akan mengantarmu pulang dan mengambil beberapa barangmu di kamar.”

“Biarkan aku mengambilnya sendiri,” sahut Kaylee yang membuat pria itu menatapnya dalam diam. “Owh … baiklah. Tolong ambilkan barangku.”

Pria itu tersenyum simpul dan segera pergi. Kaylee ikut tersenyum melihat pria itu. Sepertinya dirinya mulai nyaman meski baru saja saling mengenal dan bahkan tidak tahu namanya? Ini gila bukan?

“Bagaimana jika aku menyetujui saja menikah dengannya?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jebakan Manis Sang Miliarder   111. Akhir Kisah

    “Tidurlah. Aku yang akan menjaga mereka.” Kaylee dengan mata sayunya menatap Nicole yang tersenyum lembut padanya. “Kau juga lelah, Nic.” “Aku tertidur saat perjalanan tadi. Aku masih bisa menahan kantuk. Pergilah beristirahat dan percaya padaku.” Meski ingin menolak permintaan Nicole, tetapi Kaylee sungguh tidak kuat untuk terus membuka matanya dengan kedua anaknya yang terbaring sakit di atas ranjang di depannya. Nicole meyakinkan Kaylee dan mengajak wanita itu berpindah ke sofa untuk sejenak beristirahat. Nathan dan Nala, kedua anak yang baru saja lahir dua bulan yang lalu itu terbaring sakit sebab demam tinggi dan harus mendapatkan perawatan khusus sebab demam yang tidak turun selama hampir satu minggu. Kaylee serta Nicole juga terus berjaga dan terus berdoa untuk kesembuhan kedua putra putri mereka dan dua hari ini karena pekerjaan Nicole yang terlalu padat membuat pria itu mau tak mau harus pergi meninggalkan Kaylee dan kedua buah hatinya demi menyelesaikan pekerjaan. Pria it

  • Jebakan Manis Sang Miliarder   110. Hadiah Dari Tuhan

    Suara tangisan bayi yang bersahutan menggema dalam ruangan membuat siapa saja yang tengah menunggu di depan ruang persalinan menghembuskan napas lega. Setelah beberapa jam mereka menunggu proses persalinan, akhirnya membuahkan hasil dan melegakan segala perasaan khawatir sebelumnya. Ketakutan itu sirna bersamaan dengan suara bayi yang akan mereka lihat dan cintai nantinya.“Kaylee berhasil.”Pamela mengangguk dengan wajah harunya. Ia bergenggaman tangan dengan Verika sejak tadi dengan harapan keduanya yang sama-sama menginginkan keselamatan Kaylee beserta anak dalam kandungannya. Pamela tersenyum.Tidak jauh berbeda dengan Pamela serta Verika, Franco dan Fernando saling melempar senyum dengan puas setelah mendengar tangisan dua bayi yang bersahutan di dalam ruangan. Sedangkan di dalam ruangan, Nicole tersenyum dengan napas lega setelah ikut tersakiti melihat Kaylee yang berjuang begitu keras untuk hidup kedua anaknya karena pilihan Kaylee yang menginginkan melahirkan anaknya secara no

  • Jebakan Manis Sang Miliarder   109. Pernikahan Tidak Terlupakan

    Hari itu akhirnya datang, tepat diakhir bulan seperti yang Artur katakan sebelumnya. Restu kedua orang tua masing-masing yang telah mereka dapatkan lalu hingga persiapan pernikahan hari ini yang telah dibantu semua orang, termasuk kedua orang tua Katarina dan Artur.Katarina, wanita itu telah cantik dengan gaun putih tanpa lengan dengan bagian dada yang terbuka dibagian tengahnya. Memperlihatkan kulit seputih susu yang jarang sekali ia perlihatkan dengan bagian bawah gaun yang menyapu lantai sampai beberapa meter ke belakang. Kedua tangannya yang memakai kaus tangan transparan sampai siku juga jari yang tersemat cincin perak dengan berlian berwarna biru laut di atasnya semakin memperlihatkan betapa indahnya hari ini.Artur, pria itu tersenyum begitu melihat sang kekasih berjalan perlahan ke arahnya dengan kedua tangan yang memegang buket bunga pengantin berbentuk round dengan isian bunga mawar, peony serta ranunculus. Wanita itu terlihat begitu cantik dengan rambut disanggul belakang

  • Jebakan Manis Sang Miliarder   108. Detik Berhenti

    Sudah hampir dua puluh tiga jam Kaylee dan Nicole menunggu perubahan tubuh Jasmine dan sejauh waktu itu berjalan juga keduanya tidak berhenti berharap akan keadaan baik untuk Jasmine yang bibirnya semakin berubah membiru beserta pucat pasi. Kaylee mulai merasakan tubuh Jasmine yang perlahan dingin, tetapi ia masih menyangkal dan berusaha yakin wanita itu akan bertahan.Nicole mendekat dan melihat jam. Tersisa satu jam lagi sebelum dokter menyatakan gagal untuk kehidupan Jasmine. Nicole mencoba tenang meski perasaan dan otaknya berhenti mencerna. Mereka berada disisi berbeda untuk memastikan Jasmine memiliki kesempatan bertemu kembali dengan mereka.Dua jam sebelumnya dokter mengatakan Jasmine keracunan salah satu bahan masakan yang dikonsumsi. Racun dalam tubuh Jasmine sudah menyebar dan menyebabkan ketidaksadaran serta racun terus menyebar hingga beberapa organ dalamnya terinfeksi parah. Jika dalam dua puluh empat jam tidak ada reaksi apapun itu berarti racun sudah menyebar ke seluru

  • Jebakan Manis Sang Miliarder   107. Harapan Terakhir

    “Mau bagaimanapun hukuman tetap berjalan, Kaylee. Jangan khawatir. Aku sudah meminta pada pihak kepolisian untuk membawa Jasmine ke rumah sakit yang lebih baik penanganannya. Kita cukup menunggu kabar saja.”Nicole berusaha menenangkan Kaylee yang begitu syok dan marah ketika mendengar keadaan Jasmine sakit parah bahkan pihak kepolisian hanya memberikan obat ala kadarnya tanpa tahu penyakitnya. Kaylee sudah tidak akan mentolerir jika sesuatu yang buruk terjadi pada Jasmine. Mau bagaimanapun juga, meski mereka pernah berseteru tetapi Kaylee dan Jasmine semakin berhubungan baik setelahnya dan mulai melupakan semua masalalu. Sejak Jasmine berada di penjara juga Kaylee sering menemuinya dan membawakan berbagai makanan demi menyenangkan wanita tersebut, tetapi saat ia tidak datang dalam seminggu ini ia langsung mendengar kabar buruk dari kepolisian tentang keadaa Jasmine.“Sampai kapan akan menunggu kabar, Nic? Kau tidak mendengar Jasmine sampai muntah darah? Apalagi pihak kepolisian tidak

  • Jebakan Manis Sang Miliarder   106. Menemukan Cara

    Suara ketukan pintu membuat Katarina yang ketiduran mulai tersadar. Ia mengucek matanya dan mengedarkan pandangan. Masih di dalam kamar. Katarina membulatkan mata begitu teringat niatnya untuk keluar dari kamar hingga kelelahan sendiri lalu tertidur dengan posisi duduk meringkuk di depan pintu. Katarina segera beranjak dan menunggu pintu terbuka.“Ibu?”Tidak ada suara selain ketukan lagi.“Ayah?”Katarina masih berusaha menebak siapa orang yang datang ke kamarnya bahkan tidak kunjung membuka pintu dan malah terus mengetuk. Alisnya menukik dengan segala rasa penasarannya. Sampai kemudian pintu terbuka dan menampakkan sosok Artur yang berdiri dengan menyunggingkan senyuman.“Hai,” sapa Artur melihat kekasihnya seraya terus menyunggingkan senyuman.Katarina tidak merespon sebab masih begitu terkejut sekaligus bingung apakah dia mimpi atau memang Artur berada di depannya. Sedangkan Artur mengernyitkan kening, melihat seluruh tubuh Katarina yang tidak serapi yang selalu ia lihat apalagi d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status