Share

Bab 5

Author: Fara Kinara
Kenapa gadis ini ada di sini? Jangan-jangan dia masih belum menyerah dan sengaja datang untuk menguntitnya?

Natalie sedang larut dalam pikirannya saat sebuah bayangan besar tiba-tiba menutupi kepalanya. Dia mendongak, langsung bertemu dengan sepasang mata hitam yang dalam. Seketika, dia termangu. "Kamu? Kenapa kamu di sini?"

Kemudian, dia tersadarkan. Tempat ini adalah kawasan vila elite, wajar kalau Denzel ada di sini.

Pria itu menunduk, mengamati Natalie sambil tersenyum tipis. "Kamu hebat juga ya, sampai-sampai bisa tahu alamat rumahku."

Kalimatnya benar-benar tak masuk akal. Natalie mengernyit. "Siapa yang cari-cari alamatmu? Kamu ngomong apa sih?"

Denzel membungkuk sedikit. Jarinya yang panjang mengangkat dagunya. "Bukannya kamu sengaja kemari buat cari aku?"

"Kalau kamu mulai halu, silakan cari dokter. Jangan berhalusinasi di sini. Aku sama sekali nggak ingin ketemu kamu." Natalie menepis tangannya, wajahnya tampak kesal. "Tolong jaga sopan santun. Jangan asal sentuh."

"Bukannya kita sudah tidur bareng? Bagian mana dari tubuhmu yang belum aku lihat? Waktu tidur bareng, kenapa nggak suruh aku jaga sopan santun, hm?"

Tatapan tajam Denzel yang seperti tersenyum itu perlahan-lahan meluncur ke arah tulang selangka Natalie, lalu turun lebih jauh seperti sedang menelanjanginya dengan mata.

Wajah Natalie memerah. Bukan karena malu, tetapi karena marah. Pria ini benar-benar tidak tahu malu!

Denzel mendekat. Tubuhnya yang besar dan tinggi menutupi Natalie, tangannya menunjuk samar ke bawah dada wanita itu. "Kalau nggak salah, di sini ada satu tahi lalat. Warnanya lumayan gelap."

Saat dia mendekat, aroma maskulin khas tubuhnya menyelimuti udara di antara mereka, bercampur dengan napas Natalie.

Yang lebih membuat jantung Natalie berdebar adalah tatapan Denzel yang sangat agresif. Tatapan itu seperti serigala kelaparan yang mengincar kelinci putih dan ingin menelannya bulat-bulat.

Natalie merasa terancam. Dia secara naluriah mundur, menoleh ke arah lain. "Bisa agak jauh nggak?"

Denzel pura-pura tak mendengar. Bibir tipisnya merapat ke telinga Natalie, meniupkan napas hangat. "Tahi lalatnya sih gelap, tapi bagian lainnya pink."

Ya ampun! Di siang bolong begini, omong kosong apa yang dikatakan pengacara ini? Wajah Natalie semakin panas, matanya melirik ke sekeliling dengan gugup, takut ada yang mendengar.

Dengan suara rendah, dia pun memaki, "Kamu ini bisa punya sedikit rasa malu nggak? Siang bolong begini malah birahi?"

Saat berikutnya, seorang wanita paruh baya berseragam keluar dari dalam vila. Begitu melihat Denzel, wanita itu langsung mempercepat langkah kakinya dan menyapa dengan sopan, "Tuan sudah pulang? Nona sudah lama menunggu di dalam."

Denzel langsung menjauhkan diri dari Natalie dan menanggapi dengan datar, "Hmm."

Pelayan itu menoleh ke arah Natalie dan bertanya, "Nona Natalie ya?"

Natalie tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. "Benar. Bibi yang disuruh menjemputku ya?"

Pelayan itu mengangguk. "Aku nggak nyangka Nona sudah bertemu Tuan lebih dulu. Maaf ya kalau nunggu lama."

Natalie seperti disambar petir di siang bolong. Jadi, Denzel adalah kliennya? Dia refleks mendongak. Denzel sedang menatapnya dengan tatapan penuh arti.

Pria itu mengangkat alis sedikit, suara jernihnya mengandung ejekan. "Ini yang kamu bilang nggak mau ketemu aku? Berani bilang kamu bukan sengaja daftar jadi guru privat buat dekatin aku?"

Natalie buru-buru membela diri. "Aku benar-benar nggak tahu kalau kamu itu kliennya. Kalau aku tahu ...."

"Ya sudah, pulang saja."

Ucapan itu membuat Natalie terdiam. Matanya membelalak. "Kamu ...."

Denzel menyilangkan tangan di dada, senyumannya dingin dan kejam.

Barusan masih menggodanya, sekarang langsung berubah sikap seperti orang asing. Huh, begitulah pria!

Pelayan di sebelah menyadari bahwa mereka saling mengenal, jadi segera menjauh.

Natalie menggigit bibir. Dia benar-benar butuh uang, tidak bisa kehilangan pekerjaan berupah tinggi ini. Karena panik, dia refleks menggenggam lengan Denzel dan buru-buru menjelaskan.

"Pak Denzel, aku nggak pernah berniat mendekatimu. Ini murni tawaran dari lembaga bimbingan belajar. Kalau nggak percaya, kamu bisa cek! Aku nggak bohong!"

Mata Natalie mulai memerah karena cemas. Denzel hanya menyipitkan mata, ekspresinya ragu.

Tak lama kemudian, si pelayan menghampiri setelah menerima telepon. "Tuan, Nona tanya kenapa guru privatnya belum juga dibawa masuk."

Denzel tetap datar. "Kamu masuk dulu. Bilang ke dia, gurunya sebentar lagi masuk."

Ucapan itu menyalakan secercah harapan di mata Natalie.

Denzel lalu berbalik menuju mobil Maybach. Natalie ragu sejenak, tetapi akhirnya nekat ikut masuk ke dalam mobil.

Begitu dia duduk, Denzel melirik ke arahnya dan mencela, "Ternyata punya kesadaran diri juga."

Natalie hanya memainkan jari-jarinya sambil mengatupkan bibirnya, menahan kekesalannya.

Denzel menyalakan sebatang rokok, lalu menatapnya dengan tatapan santai. "Hubungan kita hanya sebatas hubungan fisik. Kalau kamu butuh pelampiasan, cari aku. Dijamin puas seperti semalam. Tapi selain itu, jangan harap."

Ucapan pria itu begitu blak-blakan, membuat wajah Natalie memerah karena malu sekaligus marah.

Sambil menggertakkan gigi, dia berkata, "Kamu sudah mengambil keuntungan dariku. Tapi, aku nggak akan pernah tidur sama kamu lagi!"

"Oh ya?" Denzel meniupkan asap rokok, nada bicaranya sangat santai. "Tapi semalam kamu menikmati banget. Kamu bahkan minta lebih. Aku belum gerak, kamu sudah naik duluan."

"Cukup!" Wajah Natalie merah padam. Saat mengingat kembali kejadian semalam, rasa malu menyelimuti seluruh hatinya. Dia buru-buru membalikkan badan menghadap jendela.

Denzel menyunggingkan sudut bibir. Tatapannya mengandung ejekan. Semalam begitu liar, sekarang malah sok suci?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 428

    Natalie juga merasa bingung.Di desa, pandangan yang lebih memihak anak laki-laki daripada perempuan memang umum terjadi. Dulu ketika Ainur tidak menyukainya, Natalie masih bisa menenangkan diri dengan berpikir bahwa itu karena pengaruh pola pikir seperti itu.Namun, setelah melihat bagaimana Ainur memperlakukan Stella dengan begitu baik, dia benar-benar tidak mengerti lagi. Apakah dia benar bukan anak kandung?"Kalau begitu, mau coba tes DNA saja?" Denzel mengusulkan.Natalie tampak ragu. Setelah berpikir beberapa detik, dia tetap menggeleng. "Lupakan saja. Mau dites atau nggak, hasilnya juga nggak akan membuatku bahagia. Kalau hasilnya menunjukkan aku memang anak kandungnya, aku bakal lebih sakit hati. Tapi kalau ternyata bukan, aku juga nggak bakal senang."Denzel sedikit bingung. "Kenapa begitu?"Natalie tersenyum pahit. "Kalau aku memang anak yang dia lahirkan, tapi dia masih memperlakukanku seperti ini, rasanya jauh lebih menyakitkan. Tapi kalau aku bukan anak kandungnya, berarti

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 427

    "Dia adalah individu yang berdiri sendiri, warga negara yang dilindungi oleh hukum. Kamu nggak punya hak untuk menamparnya."Denzel melepaskan tangan Ainur dengan tegas, lalu berdiri di depan Natalie. Wajahnya sedingin es.Sosoknya yang tinggi dan tegap membuat orang merasa aman. Mata Natalie memanas tanpa sadar. Hatinya yang terluka akhirnya mendapatkan sedikit penghiburan. Setidaknya, di dunia ini masih ada seseorang yang benar-benar melindunginya dengan sepenuh hati.Ainur terdiam, tidak tahu harus membalas apa setelah dibentak oleh Denzel.Liana yang berdiri di sampingnya dan masih mencemaskan Stella, tak tahan untuk bersuara, "Ini urusan keluarga kami. Walaupun kamu pacarnya Natalie, kamu tetap nggak punya hak untuk ikut campur, 'kan?"Tatapan dingin Denzel melirik ke arah Liana. "Janin yang dibunuh Stella mengandung separuh darahku. Kamu pikir aku nggak punya hak untuk ikut campur? Sepertinya kalian nggak puas karena Stella nggak masuk penjara. Kalau begitu, biar aku kirim dia ke

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 426

    Natalie menatap Ainur yang sedang memarahinya. Matanya memerah. "Stella membuatku keguguran, membuatku mungkin selamanya kehilangan kemampuan untuk punya anak. Dari awal sampai sekarang, Ibu nggak pernah menanyakan keadaanku sekali pun.""Tapi demi dia, Ibu menamparku, bahkan memakiku dengan kejam. Aku ini anak kandung Ibu atau bukan sih?"Tatapan Ainur sedikit bergetar. Dia menghindari pandangan Natalie yang penuh kekecewaan, tetapi nada bicaranya tetap keras. "Stella masih muda, dia cuma terbawa emosi dan khilaf. Cukup suruh dia minta maaf padamu. Kamu nggak perlu bertindak sejauh itu, sampai merusak hubungan keluarga.""Muda?" Natalie tertawa pelan, matanya dipenuhi keputusasaan. "Tapi aku hanya dua tahun lebih tua darinya. Nggak masalah kalau Ibu cuma pilih kasih pada Kak Robert, tapi kenapa sekarang bahkan anak orang lain pun Ibu perlakukan lebih baik daripada aku? Saat Ibu memohon untuk Stella, pernahkah Ibu memikirkan betapa sakitnya aku yang kehilangan anakku?""Tapi kamu sekar

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 425

    Denzel menerima berkas itu, lalu mengenakan kacamata berbingkai emas dan mulai membacanya dengan saksama.Louis melirik secangkir kopi yang sudah setengah diminum di meja, lalu tak kuasa berkata, "Kudengar Bu Ivy kali ini pulang untuk fokus pada kariernya. Dia sekarang sudah menjadi manajer umum di perusahaan keluarganya. Proyek yang akan kita jalankan ini harus berhubungan langsung dengannya. Bapak yakin ingin bekerja sama?"Denzel mengangkat pandangan dari berkas, menatap dengan sedikit bingung. "Kenapa? Ada masalah?"Louis ragu sejenak, lalu meneruskan dengan suara pelan, "Bagaimanapun juga, Bu Ivy adalah cinta pertama Bapak. Kalau proyek ini berjalan, Bapak pasti akan sering berhubungan dengannya. Kalau Bu Natalie tahu, mungkin dia akan marah."Denzel meletakkan berkas itu, menatap Louis dengan mata hitam yang dalam, lalu menyipit sedikit. "Sejak kapan kamu jadi begitu peduli pada Natalie?"Tentu saja karena dia ikut taruhan! Jelas dia berharap Natalie yang menang! Namun, hal itu j

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 424

    Denzel membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah jam tangan yang harganya tidak murah."Aku nggak kekurangan jam tangan. Kamu nggak perlu kasih ke aku. Bawa kembali saja."Ivy tersenyum tipis. "Hadiah yang sudah diberikan nggak seharusnya diambil kembali. Lagi pula, dulu kamu memberiku begitu banyak hadiah. Sekarang aku cuma membalasnya, itu wajar."Denzel sedikit mengernyit. "Nggak perlu.""Denzel, apa hubungan kita sekarang sudah sedingin itu sampai kamu bahkan nggak mau menerima hadiah dariku?" Suara Ivy terdengar sedikit sedih.Denzel menggeleng. "Aku sekarang sudah punya pacar. Menerima hadiah dari wanita lain bukan hal yang pantas."Hati Ivy seolah-olah tertusuk duri tajam. Matanya dipenuhi kesedihan yang sulit diungkapkan.Dulu ketika mereka masih bersama, Denzel juga seperti ini. Menjaga jarak dari semua wanita, selalu memberi rasa aman.Dia memang berbeda dari kebanyakan pria. Terhadap wanita yang tidak memiliki hubungan dekat dengannya, dia selalu bersikap sopan dan berjarak.

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 423

    Bagi seorang pria, leher adalah bagian tubuh yang sangat menggoda.Tatapan Denzel menjadi sedikit gelap. Dia perlahan mengulurkan tangan yang beruas jelas, dengan gerakan yang membawa sedikit godaan. Jemarinya menyentuh lembut leher Natalie yang jenjang dan pucat.Gerakannya lembut, tetapi penuh keinginan.Ketika ujung jarinya yang hangat menyentuh kulit itu, rasanya seperti ada arus listrik kecil mengalir, membuat tubuh Natalie bergetar halus. Bibirnya tanpa sadar sedikit terbuka, menampakkan ujung lidah mungil berwarna merah muda."Natalie ...." Suara Denzel terdengar serak, perut bawahnya terasa menegang. Jakunnya bergerak naik turun, sementara tatapannya semakin dalam dan gelap.Tepat ketika dia hendak berbuat sesuatu, ponsel di saku celananya berdering tidak pada waktunya.Denzel langsung menolak panggilan itu, menunduk ingin mencium Natalie. Namun, ponsel kembali berdering."Kamu angkat dulu saja," ujar Natalie dengan wajah memerah sambil mendorongnya pelan.Denzel menyentuh pipi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status