Share

9. Harus Disudahi

Author: Alice Gio
last update Last Updated: 2024-04-04 17:01:35

Tanggapan Mentari memicu reaksi marah Rakhan. Rahang pria itu mengeras dan kilat tajam mata gelapnya menghujam dada Mentari dengan kemurkaan. "Kau mengendarai salah satu mobilku tanpa izin, pergi ke tempat yang menjadi markas musuh besar ayahmu, dan memancing kegaduhan dengan pingsan di dalam mobil. Apa yang akan dipublikasikan para pencari berita jika mereka mengetahui semua itu? Apa aku harus mengklarifikasi berita dengan mengakuimu sebagai istriku atau sebagai anak raja preman yang mencuri mobilku? Kurasa aku tidak akan pernah memilih opsi pertama. Kau tahu itu."

"Menjadi istrimu adalah sebuah kutukan dan aku tidak perlu pengakuan." Mentari merespons dengan geram.

"Jangan merepotkanku jika kau ingin mati di sana."

Mentari menyibakkan selimut lalu beringsut ke tepi tempat tidur. Ia tidak peduli dengan penampilannya yang sedikit terbuka—mengenakan baju tidur tipis, pendek, dan bertali pundak kecil. Semua kalimat yang diucapkan Rakhan membuat telinganya panas dan meletupkan marah. Ia kemudian berdiri sambil memendam rasa jengkel yang teramat sangat.

"Kau terlalu berbangga diri, Rakhan. Aku tidak akan mati sebelum menemukan kebenaran tentang Arya dan aku berjanji kau akan membayar semuanya karena—"

"Aku tidak ada hubungannya dengan perbuatan ayahmu pada kekasihmu jika itu yang kau maksud," potong Rakhan. Sorot matanya yang tegas memancarkan sebuah peringatan.

Sayangnya, peringatan itu tidak membuat Mentari terancam. Wanita itu justru semakin menantang Rakhan dengan tatapan tajamnya. "Jika bukan karena kau, ayahku tidak akan melakukan semua itu pada Arya."

"Sialan kau, Mentari!" Rakhan berjalan, mempersempit jaraknya dengan Mentari lalu memegang erat kedua lengan wanita itu, dan menebarkan peringatan yang lebih keras. "Kau tidak bisa menuduhku menjadi penyebab kesialanmu. Ayahmu dengan sukarela menyerahkan putrinya untuk ditukar dengan kebebasan tanpa batas. Dan jika kekasih bodohmu itu harus menghilang, lenyap dari muka bumi ini, memang sudah seharusnya begitu."

"Brengsek kau, Rakhan! Seharusnya kau yang mati dan berada di neraka." Mentari menekan dada bidang Rakhan dengan kedua tangan dan berusaha mendorong pria itu agar menjauh, namun tenaga Mentari tidak cukup kuat untuk melakukannya.

Usaha Mentari menyulut kemarahan Rakhan semakin besar. Tidak hanya kemarahan, tekad Rakhan untuk segera mengakhiri pernikahan mereka pun semakin meronta. Satu-satunya jalan untuk menghentikan pernikahan yang ia anggap lelucon paling konyol itu adalah kehadiran seorang bayi.

Rakhan menarik tubuh Mentari hingga tak menyisakan jarak dengannya. Ia melingkarkan satu tangan ke punggung Mentari dan tangan lainnya menahan tengkuk wanita itu. Bibirnya dengan tidak sabar menyambar bibir ranum Mentari lalu melumatnya dengan kasar, menghukum atas sumpah serapah yang Mentari ucapkan secara gamblang tadi. Rakhan tidak memberi Mentari kesempatan untuk menghirup oksigen lebih banyak dengan terus mendesakkan lidahnya ke dalam dan memenuhi mulut wanita itu.

Bibir Mentari terasa sakit dan bengkak lantaran bibir Rakhan menekan keras, menghisap dan mencicipi bibirnya dengan membabi buta. Alih-alih tersulut gairah, Mentari justru merasa mual. Mentari tidak siap dengan invasi mendadak Rakhan. Ia tidak akan pernah siap untuk melakukan aktivitas intim dengan Rakhan.

Mentari akhirnya berhasil menghirup oksigen lebih banyak setelah Rakhan melepaskan ciuman dan mendorongnya dengan kasar ke atas tempat tidur sampai ia terjengkang. Masih terengah-engah, Mentari menurunkan roknya yang tersingkap ke atas dan mengekspos paha mulus dan sebagian celana dalam hitamnya.

Sialan. Rakhan tersesat dan tak berdaya menghadapi kapasitas emosi dan gairah yang tiba-tiba meraja dalam dirinya. Hanya hal kecil yang tidak sengaja diperlihatkan Mentari ternyata sukses mengguncang pertahanan gairah liarnya. Rakhan mengembus napas berusaha menurunkan tensi ketegangan di tubuhnya yang mulai menyesakkan celana katun hitam yang dikenakannya.

Bukan hal baru Rakhan mendapati wanita yang hanya mengenakan pakaian dalam seksi berlalu lalang di hadapannya, bahkan tak jarang pula wanita-wanita sekelas model dan aktris mau memamerkan tubuh aduhai dan polos mereka di atas ranjangnya. Terjangan gairah yang begitu saja melanda membuatnya marah. Terlebih lagi saat dorongan itu semakin kuat Rakhan rasakan. Ia harus menyudahinya. 

Waktu seakan berjalan sangat lambat ketika Rakhan berusaha meluapkan rontaan hasratnya yang tak lagi bisa ia bendung. Bagaimanapun, dorongan untuk memuaskan rasa lapar lebih kuat dari keangkuhan yang menjadi benteng pertahananannya. Rakhan terjebak dalam rasa damba yang mendalam hingga ia tidak bisa mendengar suara apa pun yang menghalanginya. Satu-satunya suara yang menggema di kepala Rakhan adalah tekad untuk memadamkan gairah yang sedang membakar dirinya.

"Rakhan, tolong jangan lakukan ini padaku." Mentari terisak-isak di tengah ketidakberdayaannya. Ia nyaris tidak bisa bergerak di bawah tubuh Rakhan yang memerangkapnya di atas ranjang. Rakhan berhasil menguasai dan menyerap seluruh kekuatannya dalam sekejap. Ledakan tangis diiringi jerit penolakan Mentari pun tak menghentikan usaha Rakhan untuk melepas seluruh kain yang masih melekat di tubuh wanita itu.

"Jangan sekarang, Rakhan. Aku mohon, jangan sekarang!" Dengan penuh asa, Mentari memohon belas kasihan Rakhan yang jelas-jelas diabaikan pria itu.

"Sekarang atau nanti tidak akan ada bedanya. Kau istriku dan akan melahirkan anakku. Lebih cepat, lebih baik."

"Rakhan--"

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, pria itu membungkam permohonan Mentari dengan mulutnya.

"Emmph..."

Ia menghisap, mencecap, dan mencium gadis itu dengan penuh hasrat!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jebakan Pernikahan CEO Dingin   86. Memilih Percaya

    Setelah kejadian siang tadi, Rakhan merasa ada beban yang terangkat dari pundaknya. Namun, sebagian dari dirinya tetap merasa gelisah. Setibanya di rumah, ia mendapati Mentari yang sedang duduk di ruang tamu sedang menidurkan Arga di pangkuannya. Kehangatan yang terpancar dari pandangan Mentari selalu menjadi penghiburan bagi Rakhan, meskipun malam itu ia tahu bahwa berita yang akan disampaikannya bukanlah sesuatu yang ringan.Rakhan melepas jasnya dan berjalan mendekati Mentari. Ia mengecup bibir Mentari, lalu dahi Arga. Semampunya Rakhan mencoba tersenyum seakan-akan tidak ada yang terjadi. Namun, Mentari tahu ekspresi Rakhan tidak seperti biasa. Wanita itu bisa merasakan ada sesuatu yang mengganjal dari cara Rakhan menatapnya.“Kau baik-baik saja?” tanya Mentari penuh kuriositas sambil menepuk-nepuk paha Arga yang mulai tertidur pulas. Tatapannya penuh dengan kekhawatiran meski ia berusaha terlihat tenang.Rakhan mengambil napas dalam-dalam, lalu duduk di sebelahnya. “Ada sesuatu

  • Jebakan Pernikahan CEO Dingin   85. Serangan Tak Terduga

    Rakhan mengecup pipi Mentari, lalu berkata pelan di telinganya, “Sampai bertemu sore nanti.”“Hubungi aku kalau kau ada meeting dadakan, ya,” ucap Mentari sambil menurunkan Arga dari gendongannya.“Tentu saja.” Sekali lagi Rakhan mengecup pipi Mentari. “Aku pergi. I love you.”“Aku juga. Hati-hati di jalan.”Usai makan siang bersama Mentari, Rakhan kembali ke kantornya. Siang itu, Jakarta tampak begitu terik, tetapi Rakhan hampir tidak merasakannya. Pikirannya kembali dijejali berbagai urusan pekerjaan, terutama proyek yang melibatkan Annika. Namun, tak dapat dipungkiri, sosok Evander pun kerap muncul di benaknya sejak pertemuan mereka. Ia masih meragukan pria itu meskipun kredibilitasnya sebagai pengacara profesional tidak diragukan lagi. Tanpa ia sadari, mobil yang dikemudikan sopirnya sudah hampir setengah perjalanan. Mereka baru saja berhenti di perempatan ketika tiba-tiba dua orang pria berhelm yag mengendarai sepeda motor sport mendekat ke jendela mobilnya. Rakhan yang tengah a

  • Jebakan Pernikahan CEO Dingin   84. Sedikit Insecure

    Rakhan duduk di belakang meja kerjanya. Pandangannya menembus jendela kaca yang memperlihatkan pemandangan kota dari ketinggian. Sementara itu, pikirannya dipenuhi dengan informasi yang baru saja diterima. Drew datang ke kantornya pagi itu dengan sebuah rahasia yang selama ini tersembunyi dalam bayang-bayang keluarga Annika.“Evander adalah saudara sepupu Annika,” kata Drew sambil meletakkan map di meja Rakhan. “Anak dari adik tiri ayahnya yang tidak pernah dipublikasikan. Keluarga mereka merahasiakan hubungan itu, karena ibu Evander dan kakak ayahnya Annika tidak pernah menikah.”Rakhan menggenggam tepi meja, mencerna kata-kata Drew dengan hati-hati. “Pantas aku tidak menemukan informasi apa pun tentang hubungan mereka di media sosial dan situs pencarian. ”“Benar,” sahut Drew. “Mereka punya ikatan keluarga yang cukup rumit. Itu sebabnya hubungan mereka disembunyikan. Oh, iya. Kau juga harus tahu bahwa Evander itu seorang duda. Mantan istrinya orang Jerman. Mereka bercerai tiga tahun

  • Jebakan Pernikahan CEO Dingin   83. Sedikit Kecewa

    Rakhan pulang lebih larut dari biasanya. Pekerjaan di kantor membuatnya kelelahan, tetapi begitu membuka pintu, kehangatan yang familiar segera menyambutnya. Cahaya lampu yang terang dan cerah, aroma harum masakan yang masih tersisa di udara, dan yang paling menyenangkan, Mentari sudah berdiri di ambang pintu dengan senyuman manis yang selalu membuatnya merasa tenang.Mentari berjalan mendekat dan seperti kebiasaannya, ia memberikan ciuman lembut di pipi Rakhan. “Selamat datang, sayang,” bisik Mentari dengan lembut.Rakhan tersenyum, merasakan sejenak kehangatan itu. “Selalu menyenangkan pulang ke rumah,” jawabnya pelan sambil membelai lembut rambut Mentari. Seketika, rasa lelahnya menjadi berkurang.“Aku sudah memasak makanan favoritmu, sup asparagus kepiting.” Mentari mengumumkan menu makan malam yang telah disajikannya di atas meja makan.“Wah, makan besar nih!” Rakhan menanggapi dengan antusias. “Kalau begitu, aku mandi dulu. Nanti kita makan bareng.”“Jangan lama-lama, ya. Aku su

  • Jebakan Pernikahan CEO Dingin   82. Masih Merasa Ada Ganjalan

    Sore itu, rumah Mentari dan Rakhan dipenuhi dengan kehangatan. Arga sedang bermain di tengah ruang keluarga, sementara Mentari dan Rakhan duduk di sofa sambil menikmati teh hangat. Angin sepoi-sepoi dari jendela yang terbuka membawa suasana tenang. Untuk beberapa saat, mereka bisa melupakan kesibukan dan drama di luar sana.Namun, ketenangan itu segera terganggu ketika suara bel pintu berbunyi. Mentari menatap Rakhan dengan sedikit heran. Mereka tidak sedang menantikan tamu sore ini.“Siapa ya kira-kira?” tanya Mentari sambil berdiri dan menuju pintu.Rakhan mengangkat bahu dan melirik Arga yang masih sibuk bermain, lalu dia berdiri mengikuti istrinya. Ketika Mentari membuka pintu, mereka mendapati Annika berdiri di sana bersama seorang pria bertubuh tinggi yang tidak lain adalah Evander."Annika? Evander?" Mentari terkejut, tapi senyumnya tetap ramah. "Apa yang membawa kalian ke sini?"Annika tersenyum dan mengangkat sebuah bingkisan di tangannya. "Kami datang untuk mengucapkan terim

  • Jebakan Pernikahan CEO Dingin   81. Bukan Peduli

    Rakhan menatap Aldy dengan tajam. "Ketika kau menyakiti seseorang, itu menjadi urusan semua orang. Apalagi kalau dia orang yang aku kenal."Annika terduduk di atas paving block. Kedua tangannya bertumpuk menutupi pipinya yang bengkak sambil menangis. Mentari dengan cepat berjongkok di samping Annika, memeriksa keadaan wanita itu. “Kau baik-baik saja?” tanyanya penuh kekhawatiran.Annika menoleh pelan ke arah Mentari. Sambil terisak-isak, wanita itu berkata dengan suara bergetar dan jelas sekali ia sedang menyembunyikan rasa sakitnya. “A-aku nggak apa-apa.” Aldy melangkah mendekat, masih marah, tapi Rakhan berdiri tegak di depannya, seperti dinding pelindung yang tidak mungkin ditembus. "Pergilah sebelum situasi ini menjadi lebih buruk buatmu," kata Rakhan dingin dan dengan nada mengancam yang jelas.Aldy tampak ragu sejenak. Ekspresi wajahnya terlihat mengeras. “Dia tunanganku. Aku punya hak atas dia!”Rakhan tidak bergeming, hanya menatap Aldy dengan mata yang penuh amarah. "Kau ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status