Share

Kunjungan pertama

Author: Simplyree
last update Last Updated: 2025-06-16 18:43:05

Ivy membalikkan badan dengan niat kembali masuk ke dalam rumah. Ia ingin menenangkan diri, mencoba meredam rasa kesal yang mulai menggelayut di hatinya. Namun baru saja ia berbalik badan, matanya menangkap sosok Hendrik yang sudah berdiri di belakangnya.

“Permisi, Nyonya. Tuan Evan menyuruh saya untuk mengantar Nyonya ke kantor,” ucap Hendrik sopan dengan sedikit membungkukkan badan.

Ivy terdiam, hatinya masih terasa kesal karena ditinggal oleh Evan.

“Saya ngga jadi pergi ke kantor,” ucap Ivy ketus.

Hendrik tampak kebingungan mendengar jawaban itu, namun ia tak berani bertanya lebih jauh. Ia hanya berdiri di tempat, menjaga sikap hormat seperti biasa.

Ivy kemudian melangkah masuk, namun langkahnya terhenti tepat di ambang pintu saat suara notifikasi ponsel terdengar dari dalam tas kecilnya. Dengan malas, ia merogohnya dan membuka layar ponsel.

Evan:

Saya berangkat ke kantor duluan, kamu pergi sama Hendrik.

Ivy menghela napas setelah membaca pesan dari Evan. Matanya menatap l
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Harus berbohong

    Ivy kembali ke kamar, langkah kakinya terasa berat dan pelan. Seperti yang sudah ia duga, ruangan itu kosong, tak ada tanda-tanda kehadiran Evan. Perasaan sedih perlahan merambat di dadanya. Ia tahu, seharusnya ia tak berharap banyak. Ivy berjalan ke arah tempat tidur dan duduk di pinggirannya. Ia menatap kosong ke dinding, kemudian menarik napas panjang dan mencoba menenangkan pikirannya.“Mungkin emang bener, dia cuma butuh waktu,” gumam Ivy. Tangannya kembali terulur menyentuh perutnya yang masih rata. Ivy menunduk lalu berkata lirih, “Aku pengin bisa cepat-cepat tes DNA, biar semuanya cepat selesai, dan Evan ngga marah lagi.”Ivy berbaring pelan di atas kasur, memeluk bantal sambil menatap langit-langit kamar. Di dalam hatinya, ia tahu perjalanan ini masih panjang. Tapi ia juga sadar, ia harus tetap kuat, bukan cuma untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk kehidupan kecil yang sedang tumbuh dalam dirinya.★★★Berhari-hari berlalu dan Ivy melewati semuanya dengan berdiam di dalam

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Sebuah cara

    “Jadi gimana caranya biar Evan maafin aku?” tanya Ivy begitu selesai bercerita.Ia menoleh ke arah Owen yang duduk di sampingnya. Pria itu tampak tengah berpikir keras, pandangannya menerawang ke langit malam yang dipenuhi bintang.“Bernegosiasi,” jawab Owen singkat, tanpa mengalihkan pandangan. Ivy mengerutkan kening. “Hah?! Maksudnya gimana? Bernegosiasi apa?” tanya Ivy tak paham. Owen akhirnya menoleh, menatap Ivy dengan sorot mata serius. “Iya, bernegosiasi. Kamu bilang ke Evan, kalau ternyata anak yang kamu kandung itu anak dia, maka dia harus maafin kamu. Itu jadi penawaran kamu ke dia” jelas Owen.Ivy menghela napas. “Nah itu masalahnya. Kalau ternyata anak yang aku kandung bukan anak dia gimana? Berarti dia ngga bakal maafin aku?” tanya Ivy.Owen mengangkat bahu. “Itulah namanya resiko. Tapi kenapa kamu sendiri ragu kalau anak itu bukan anaknya Evan? Bukannya kalian juga udah sering melakukan itu?” tanya balik Owen dengan polos.Wajah Ivy kembali memerah. Kenapa pria ini seb

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Titik terang

    “Kenapa kamu bisa kepikiran Adelia? Kamu udah tahu tentang dia?” tanya Owen.Ivy langsung gelagapan mendapat pertanyaan beruntun tersebut. “Ya-ya nebak aja, kata beberapa pelayan di sini, Evan ngga mau ada yang ucapin nama Adelia di rumah ini,” jawab Ivy.“Kamu benar, perempuan itu memang Adelia, dia yang udah buat Evan trauma sama yang namanya perempuan dan pernikahan,” jelas Owen. Ivy tampak tertarik dengan cerita masa lalu Evan, ia sudah lama ingin tahu tentang siapa sebenarnya sosok Adelia ini. “Emangnya apa yang terjadi sama mereka?” tanya Ivy penasaran. Ia menatap wajah Owen dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Sementara itu, Owen menggaruk tengkuknya yang tak gatal, raut wajahnya tampak menyesal karena sudah berusaha membocorkan masa lalu Evan. Ia menarik napas sejenak kemudian menatap wajah Ivy dengan serius. “Tapi kamu janji ya, jangan bilang ke Evan kalau saya yang cerita!” ucap Owen dengan suara tegas.Ivy mengangguk dengan cepat, “Janji!” Owen meluruskan kakinya, i

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Sosok nama yang tak asing

    Sejak pagi, Ivy hanya bisa berbaring di atas ranjang. Tubuhnya terasa lemas dan perutnya terus-terusan mual. Beberapa kali ia berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perut yang bahkan tidak seberapa.Juni sempat masuk untuk membawakan bubur dan segelas air hangat, tapi Ivy hanya mampu menyentuhnya sedikit. Rasanya tidak ada yang bisa masuk ke dalam tubuhnya hari ini. Ivy menghabiskan waktunya dengan berbaring di ranjang, tatapannya kosong menatap langit-langit. Tangannya sesekali mengelus perutnya, menenangkan diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.Ivy masih menunggu Evan masuk ke dalam kamar, namun hingga sore menjelang malam, tak ada tanda-tanda kedatangan pria itu. Hari semakin malam dan Ivy mulai mengantuk. Apalagi, kelelahan semakin menggerogoti tubuhnya. Matanya perlahan tertutup, menyerah pada rasa lelahnya.Namun tiba-tiba—klik.Suara kenop pintu berputar membuat Ivy membuka matanya. Ia menoleh cepat dan melihat pintu kamar perlahan terbuka. Degup jantungnya l

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Kenyataan pahit

    Keesokan harinya, seorang dokter wanita paruh baya masuk ke kamar rawat Ivy sambil membawa berkas hasil pemeriksaan. Senyum ramah tersungging di wajahnya, namun tak sepenuhnya bisa menenangkan kegelisahan di hati Ivy.“Bu Ivy, kondisi ibu sudah cukup stabil. Tidak ada komplikasi serius. Ibu sudah boleh pulang hari ini, tapi jangan lupa kontrol rutin kehamilan sesuai jadwal, ya. Kami sudah tulis semuanya di catatan medis,” ucap sang dokter.Ivy hanya mengangguk pelan, tanpa suara. Meski tubuhnya perlahan membaik, hatinya terasa lebih rapuh dari sebelumnya.Setelah mengucapkan kalimat tersebut, dokter pun keluar dari ruangan dan meninggalkan Ivy bersama Juni, salah satu pelayan yang menemaninya semenjak semalam. Dengan hati-hati, Juni membuka ritsleting tas dan mengeluarkan pakaian yang sudah dipersiapkan. Ivy masih terdiam saat berganti pakaian. Tubuhnya masih terasa lemas, bahkan tangannya sedikit gemetar saat mencoba mengenakan baju. Melihat itu, Juni akhirnya turun tangan.“Sini s

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Siapa pelakunya?

    Kelopak mata Ivy bergetar sejenak sebelum akhirnya terbuka. Pandangannya masih buram dan cahaya putih dari langit-langit menusuk matanya. Kepala bagian belakangnya juga terasa berat dan berdenyut pelan, membuat Ivy meringis kecil.Ia mencoba menggerakkan tangan, namun terasa kaku dan sedikit nyeri. Saat itulah ia menyadari, tangannya sedang terpasang infus. Ia lalu menunduk melihat dirinya sendiri yang sudah mengenakan baju khas pasien berwarna hijau pucat. Ivy buru-buru bangkit dari kasurnya. Bukankah ia sebelumnya sedang bertengkar dengan Evan? Apa yang terjadi? “Jangan tiba-tiba bangkit begitu.”Ivy menoleh dan mendapat seseorang duduk di sisi kanannyaHati Ivy seketika mencelos.Evan.Pandangan mereka bertemu. Tak ada kemarahan dari wajah Evan, tapi justru terdapat tatapan kosong yang lebih menakutkan bagi Ivy.Dengan suara lirih, Ivy berkata, “Evan, dengerin aku dulu. Aku pengin kamu dengerin semua penjelasanku.”Evan tidak langsung menjawab. Ia hanya diam dan menatap Ivy.Meliha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status