"Hallo, Gimana kabar mu Nad?” Tanya Alya ibu nya Nadya.
Beberapa hari sekali biasa nya putri nya itu menghubungi nya, menanyakan kabar nya dan adik nya. “Baik bu, ibu dan Ardi gimana kabar nya? “ “Baik, Ardi masih harus kontrol satu bulan sekali tapi keadaan nya cukup baik”. Alya tau anak nya itu selalu mengkhawatirkan keadaan nya dan adik nya, semenjak suami nya meninggal sepuluh tahun lalu Nadya tumbuh menjadi gadis yang dewasa dan mandiri. Dari dulu ia sering membantu nya jika ada pesanan catering masakan atau kue dan bahkan menjual kue tersebut ke kampus nya. Setelah lulus Sarjana dia sempat bekerja selama dua tahun dan kemudian berhasil mendapatkan beasiswa untuk S2 nya. Sungguh, ia sangat bersyukur dan bangga pada putri nya tersebut. Alya sangat merindukan Nadya, tapi ia tidak boleh terlihat sedih di depan putri nya. “Nad apa kamu betah di sana?” “Iya bu, aku betah banget di sini. Orang -orang di sini cukup baik dan ramah. Bos ku Charlie dan anak nya juga baik”. “Syukurlah, ibu seneng denger nya. Kamu jaga diri baik baik ya, jaga kesehatan mu dan jangan terlalu ngoyo bekerja”. “Iya bu, terima kasih ya, Ardi dan ibu juga sehat sehat ya, I love you” ujar Nadya. “I love you too sayang”. Nadya menyeka air mata nya, tak terasa hampir satu tahun ia tinggal di New Zealand. Ia kangen keluarga nya. Berbeda sekali dengan Aileen yang beberapa kali di kunjungi oleh ayah dan ibu nya, yah karena memang Aileen berasal dari keluarga berada. Jika orang tua nya sedang jalan-jalan ke New Zealand, mereka akan menyempatkan diri ke Christchurch untuk melihat keadaan putri nya. Orang tua nya Aileen juga biasa nya akan membawa beberapa produk makanan indonesia untuk putri nya dan biasa nya Aileen akan memberikan sebagian untuk Nadya. Nadya berjalan menuju fakultas Aileen, sebelum nya ia sudah W******p gadis tersebut untuk ke supermarket karena stok makanan nya sudah mulai menipis. Fakultas Aileen berada di dekat fakultas enggineering, yang merupakan fakultas Sam. Sam yang memang kebetulan ingin keluar membeli makanan tak sengaja bertemu Nadya. Nadya menepuk bahu Sam dari belakang, Sam menoleh dan mendapati Nadya yang tersenyum. Saat itu ia memakai jeans dan kemeja berwarna biru yang di gulung sampai siku nya. Rambut nya yang panjang ia biarkan tergerai. “Hai Nad mau kemana?” “Aku mau ke fakultas Psikologi bertemu Aileen sahabat ku. Kamu sendiri mau kemana?" “Aku mau beli makanan dulu ke cafetaria, Karena terlalu sibuk mengerjakan disertasi, Aku sampai lupa belum makan siang”. Nadya mengangguk-ngangguk, kemudian mereka pun berjalan bersama sampai tiba- tiba ada seseorang yang sedang mengendarai sepeda hampir menabrak Nadya, refleks Sam menarik tangan Nadya hingga gadis itu pun memeluk nya dan Sam pun memegang pinggang Nadya. “Sorry guys, aku sedang terburu- buru” ujar si pengemudi sepeda sambil berlalu. Sadar tangan nya memeluk Sam, Nadya buru buru melepaskan nya, jantung nya berdegup tidak karuan, wajah nya pun memerah karena malu, ia berusaha bersikap senormal mungkin dan kemudian ia pun buru-buru mengucapkan terima kasih pada Sam karena menolong nya. Sementara Sam, yang melihat wajah Nadya memerah dan juga hati nya yang ikut berdegup mengumpat dalam hati oh shit, kenapa dia terlihat begitu cantik di tambah wajah nya yang seperti terlihat malu-malu membuat nya ingin mencium nya. Setelah tiba di fakultas Aileen, Nadya menunggu nya di lantai satu dan tidak lama Aileen pun datang. Nadya menceritakan kejadian saat bersama Sam tadi, Aileen yang mendengar langsung terkekeh. “Cieeee, kaya nya lu mulai suka deh sama anak bos lu”. “Apa- apaan sih lu, masa cuma kaya begitu doang gua langsung suka”. “Tapi lu deg deg an kan?” “Iya sih, tapi bisa jadi itu mungkin karena baru pertama kali gua berada di posisi yang deket banget sama cowo”. “Udah sih gak apa apa Nad, kaya nya si Sam juga cowo baik baik yang gak banyak tingkah kaya bule bule lain, ya bisa di bilang Green flag gitu” “Tau ah” balas Nadya kesal. Dan kemudian pergi berlalu meninggalkan Aileen. Aileen langsung terkekeh dan mengejar Nadya. Temen nya itu emang bener bener lugu dan bloon soal cinta.Sam berjalan cepat mengikuti perawat menuju ruang perawatan. Jantungnya berdegup kencang, rasa lega bercampur haru membuat langkahnya sedikit gemetar. Begitu pintu kamar dibuka, pandangannya langsung tertuju pada sosok Nadya yang menggendong seorang bayi mungil yang terbungkus selimut putih.Wajah Nadya lelah namun penuh senyum. Sam menghampiri Nadya, Charlie mengikuti dari belakang. Sam duduk di samping ranjang, tangannya mengelus wajah Nadya. Sementara Charlie berdiri di samping ranjang.“Are you ok Nad? “ ucap Sam lembut“Yes I’m ok” Nadya tersenyum lemah.“Terima kasih, sayang…” ucap Sam dengan suara bergetar. “Kamu luar biasa.”Nadya menoleh, menatap Sam dengan mata yang lelah namun penuh cinta. “Dia sehat, Sam… anak kita.” Suaranya pelan, hampir berbisik.Charlie tak kuasa menahan senyum lebarnya, Matanya terfokus pada cucu pertamanya yang mungil itu. Ia menunduk sedikit, lalu menyentuh lembut kepala sang bayi.“Selamat datang ke dunia, Nak…” katanya lirih, penuh haru. “Kamu mem
Malam itu Nadya merasakan sakit di bagian perutnya, awalnya ia berusaha untuk menahan rasa sakit tersebut, menurut perhitungan dokter kandungannya tiga minggu lagi dia baru akan melahirkan. Tapi kenapa lama- lama rasa sakit itu semakin intens, keringat di dahinya mulai bermunculan. Nadya memegang tangan Sam yang melingkar di perutnya, ia pun langsung membangunkan Sam dari tidurnya.“Sam… bangun. Tolong sepertinya aku akan melahirkan “ ucap Nadya sambil memegang bahu Sam.Sam terbangun, ia tidak berkata apa- apa, tapi sekilas ia melihat Nadya dan mendapati wajah Nadya yang begitu pucat, bulir keringat yang mulai berjatuhan dari dahinya serta wajahnya seperti menahan rasa sakit. Sam langsung bergerak cepat, ia membawa tas perlengkapan melahirkan yang memang sudah ia siapkan beberapa hari sebelumnya.Sam membantu Nadya berjalan ke luar rumah. Tubuh Nadya sedikit gemetar, langkahnya pelan, sementara Sam dengan sigap menopang pundaknya agar tetap kuat berjalan keluar rumah. Saat sudah di
Sore itu, langit Senggigi mulai berwarna jingga keemasan. Ombak kecil berkejaran menuju bibir pantai, membasahi pasir yang lembut di bawah kaki Mat dan Aileen. Mereka berjalan berdampingan, kadang tertawa kecil, kadang terdiam menikmati suara laut yang menenangkan. Angin membawa aroma asin laut bercampur harum bunga dari resort tempat mereka menginap.“Indah sekali ya,” ucap Aileen pelan sambil menoleh pada Mat. Senyum lembutnya membuat hati Mat terasa penuh.“Indah,” jawab Mat sambil menggenggam tangan istrinya, “tapi tetap kalah indah dibanding kamu.”“Halah gombal”Aileen sengaja memalingkan wajahnya, agar Mat tak melihat wajahnya yang memerah karena malu. Langkahnya panjang meninggalkan Mat lebih dulu.Mat tersenyum tipis “Hai I'm serious Leen” ia mengejar Aileen, kemudian menaruh sebelah tangannya di bahu Aileen dan mencium pipi istrinya gemas. Aileen terkekeh, pura-pura menggeleng, namun pipinya bersemu merah. Mereka terus melangkah, meninggalkan jejak kaki yang perlahan terhapus
Malam itu cuaca Jakarta terasa panas, Aileen duduk di tepi ranjang sambil bermain game roblox kesukaannya, sementara Mat baru saja keluar dari kamar mandi, ia hanya mengenakan handuk putih di pinggangnya, memperlihatkan bahu nya yang lebar dan berotot, rambutnya masih basah memperlihatkan kesan seksi. Saat Mat keluar, Aileen yang sempat melirik Mat menjadi tersipu malu. Sontak ia memalingkan wajahnya saat mata mereka bertemu, pura-pura bermain game lagi.Mat yang melihat tingkah laku Aileen hanya tersenyum kecil kemudian ia menghampiri Aileen yang masih menatap layar handphonenya. Mat duduk di sebelah Aileen dan mengambil handphone Aileen.“ihhh apaan sih kamu Mat, ganggu kesenangan orang aja” Aileen berusaha mengambil kembali handphonenya yang Mat pegang. Tapi hal itu malah membuat Aileen malah memegang dada Mat yang bidang, sontak ia melepaskan tangannya dan memalingkan wajahnya karena kini wajahnya sudah memerah, degup jantungnya berdegup tak karuan.Mat tersenyum tipis “kenapa… k
Tiga bulan kemudian, Jakarta menyambut hari bahagia Aileen dan Mat. Setelah melalui perjalanan cinta yang singkat namun penuh keyakinan, keduanya akhirnya mengikat janji suci dalam sebuah pernikahan sederhana namun hangat di sebuah gedung pernikahan yang elegan. Senyum Aileen begitu cerah, gaun putihnya memantulkan cahaya lampu kristal di langit-langit ruangan, sementara Mat berdiri gagah di sampingnya dengan wajah penuh kebahagiaan.Sam, Nadya dan Charlie datang dari New Zealand untuk menghadiri hari istimewa itu. Mereka duduk di barisan tamu keluarga, menyaksikan bagaimana Aileen yang tampak begitu mantap menggenggam tangan pria yang dipilih hatinya. Nadya bahkan sempat meneteskan air mata haru ketika prosesi ijab kabul berlangsung, mengingat betapa cepat waktu berlalu sejak pertama kali ia mengenal Aileen dan kini melihatnya menemukan pasangan hidup.Saat tiba waktunya para tamu undangan di perbolehkan untuk bersalaman dengan pengantin, Nadya di dampingi Sam melangkah menuju pelami
Sore itu, mobil Mat terparkir di tepi jalan yang cukup sepi. Dari jendela, cahaya matahari keemasan menyusup masuk, memantul di wajah Aileen yang tengah menatap Mat sambil terdiam. Mat menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri membuka percakapan yang sejak tadi berputar di kepalanya.“Aileen,” ucapnya pelan, membuat gadis itu menatapnya lekat. Tatapan Mat begitu serius, berbeda dari biasanya yang selalu santai dan penuh canda. “Aku ingin kamu tahu… kalau aku tidak ingin main-main dengan hubungan kita. Semakin banyak waktu yang aku habiskan bersamamu, aku semakin yakin kalau aku ingin serius.”Ia berhenti sejenak, menatap Aileen dengan mata yang tulus.“Untuk sekarang, aku ingin lebih mengenal kamu, lebih dalam lagi. Aku ingin tahu apa yang membuatmu bahagia, apa yang membuatmu sedih. Aku ingin kita sama-sama belajar. Dan kalau memang kita cocok… aku berharap suatu hari nanti, aku bisa menikah denganmu.”Suasana hening sejenak, hanya terdengar suara kendaraan yang lewat dari ke