Sam mengusap kasar wajah nya, ia agak susah tidur mengingat percakapan nya dengan Mathew. Sepupu nya itu mengatakan dia tertarik pada Nadya dan ingin mendekati nya. Mantan pacar Mat sebelum nya adalah orang Filipina, jadi seperti nya sepupu nya itu memang menyukai tipikal gadis Asia. Saat di mobil Mat banyak bertanya perihal Nadya, Sam pun memberitahu hal- hal yang ia tau tentang gadis itu dari Charlie.
Tapi…. entah kenapa hati nya seperti tidak rela jika benar Mat ingin mendekati Nadya. Padahal dia pun baru beberapa bulan lalu putus dari pacar nya saat tinggal di Berlin. Pacar nya kedapatan selingkuh dengan sahabat Sam sendiri, Sam sangat kecewa dan sakit hati. Ia juga masih teringat betul bagaimana dulu ayah dan ibu nya sering bertengkar sehingga akhir nya memutuskan bercerai dan ikut ibu nya ke Jerman saat ia berumur tiga belas tahun. Sam menjadi agak pesimis dengan masalah percintaan. Setelah berpikir cukup lama, ia memutuskan membiarkan sepupu nya mendekati Nadya, karena rasa kecewa nya, ia belum ada rencana untuk menjalin cinta dengan gadis manapun. Lelaki itu akhir nya memutuskan untuk tidur, besok ia harus ke kampus bertemu dengan dosen pembimbing untuk konsultasi tentang disertasi nya. Pagi itu setelah bertemu dengan dosen pembimbing nya selama satu jam, Sam pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi buku dari dosen nya. Dia mengambil beberapa buku sesuai yang ia butuhkan. Saat ingin membaca nya di ruang baca, tidak sengaja ia melihat Nadya yang sedang duduk sambil mengetik di laptop, di sebelahnya ada seorang gadis yang sedang bicara padanya. Saat itu Nadya memakai celana jeans putih, t'shirt polos berwarna navy serta sneaker. Ia mengepang rambut nya yang panjang ke samping. Sesekali gadis itu terlihat tersenyum saat bicara dengan gadis di sebelah nya. Barulah saat gadis di sebelah Nadya pergi, Sam menghampiri Nadya. "Hai Nad, sedang sibuk?" Sam menatap Nadya sambil tersenyum. Nadya mendongak “Hai Sam, ah tidak juga aku hanya sedang mengerjakan sedikit tugas dari dosen ku”. "Now it's done” ujar Nadya sambil tersenyum. Sam mengangguk sambil tersenyum “Waah tumben banget yah kita ketemu di sini. Kamu sedang cari buku?” tanya Nadya. “Iya, tadi aku cari beberapa buku referensi dari dosen ku dan gak sengaja liat kamu”. “Apa kamu sering ke perpustakaan?” “Yah kalau lagi ada tugas dan aku butuh buku bacaan untuk referensi artikel yang akan aku buat saja sih”. kekeh Nadya "Apa kamu mau menemani ku ke cafetaria untuk makan siang dan minum kopi?” tanya Sam “Ok, kebetulan aku sudah tidak ada kuliah lagi hari ini”. Nadya merapikan laptop dan memasukan ke dalam tas, kemudian mereka pun pergi menuju ke café. Sam dan Nadya memesan sandwich dan kopi dan mengobrol di meja bagian luar cafe sambil menikmati bunga bunga sakura yang mulai bermekaran di sekitar cafe kampus. Nadya benar benar tidak menyangka akan bertemu Sam siang ini, sam yang memakai celana kargo pendek dan hoodie hitam serta topi dan juga running shoes nya terlihat sangat keren dan setelah Nadya perhatikan ia setuju dengan pendapat Aileen bahwa laki laki itu mirip dengan Liam Hamsworth. "Nad apa kamu pernah pulang ke Indonesia selama kamu kuliah di sini?” “Hmm, tidak. Lagi pula belum satu tahun aku di sini dan sayang uang kalau aku harus ke Indonesia kan lumayan juga ongkos nya” Ujar Nadya sambil tertawa. “Ahh I see, mungkin next time aku harus coba trip ke Jakarta. Jujur aku belum pernah kesana, aku hanya pernah ke Bali itu pun sudah lama sekali saat aku masih kecil bersama mom and Dad”. “Ehh jangan, Jakarta tuh macet dan ramai banget kamu bisa stress di sana. Kekeh Nadya. Beda sekali dengan Christchuch, di sini jauh lebih tenang, damai dan tentu saja gak macet dan buat kamu stress”. “Ah really? It means that you love to stay here isn't it?” “Indeed, I love to stay here dan orang orang di sini juga ramah menurut ku, how about in germany?” “Tentu saja berbeda, orang orang di sana lebih cuek dan dingin jadi butuh waktu cukup lama untuk bisa dekat satu sama lain”. “Ohh berarti aku tidak salah pilih ya untuk kuliah di New Zealand”. “Definitely yes” balas Sam. “Tapi walaupun aku bahagia di sini, sayang sekali beasiswa ku hanya dua tahun, kalau belum lulus juga harus dengan biaya sendiri. So I have to graduated as soon as possible and back to Indonesia” Mendengar ucapan Nadya, ada perasaan tidak nyaman di hati Sam jika gadis itu pergi.Sam berjalan cepat mengikuti perawat menuju ruang perawatan. Jantungnya berdegup kencang, rasa lega bercampur haru membuat langkahnya sedikit gemetar. Begitu pintu kamar dibuka, pandangannya langsung tertuju pada sosok Nadya yang menggendong seorang bayi mungil yang terbungkus selimut putih.Wajah Nadya lelah namun penuh senyum. Sam menghampiri Nadya, Charlie mengikuti dari belakang. Sam duduk di samping ranjang, tangannya mengelus wajah Nadya. Sementara Charlie berdiri di samping ranjang.“Are you ok Nad? “ ucap Sam lembut“Yes I’m ok” Nadya tersenyum lemah.“Terima kasih, sayang…” ucap Sam dengan suara bergetar. “Kamu luar biasa.”Nadya menoleh, menatap Sam dengan mata yang lelah namun penuh cinta. “Dia sehat, Sam… anak kita.” Suaranya pelan, hampir berbisik.Charlie tak kuasa menahan senyum lebarnya, Matanya terfokus pada cucu pertamanya yang mungil itu. Ia menunduk sedikit, lalu menyentuh lembut kepala sang bayi.“Selamat datang ke dunia, Nak…” katanya lirih, penuh haru. “Kamu mem
Malam itu Nadya merasakan sakit di bagian perutnya, awalnya ia berusaha untuk menahan rasa sakit tersebut, menurut perhitungan dokter kandungannya tiga minggu lagi dia baru akan melahirkan. Tapi kenapa lama- lama rasa sakit itu semakin intens, keringat di dahinya mulai bermunculan. Nadya memegang tangan Sam yang melingkar di perutnya, ia pun langsung membangunkan Sam dari tidurnya.“Sam… bangun. Tolong sepertinya aku akan melahirkan “ ucap Nadya sambil memegang bahu Sam.Sam terbangun, ia tidak berkata apa- apa, tapi sekilas ia melihat Nadya dan mendapati wajah Nadya yang begitu pucat, bulir keringat yang mulai berjatuhan dari dahinya serta wajahnya seperti menahan rasa sakit. Sam langsung bergerak cepat, ia membawa tas perlengkapan melahirkan yang memang sudah ia siapkan beberapa hari sebelumnya.Sam membantu Nadya berjalan ke luar rumah. Tubuh Nadya sedikit gemetar, langkahnya pelan, sementara Sam dengan sigap menopang pundaknya agar tetap kuat berjalan keluar rumah. Saat sudah di
Sore itu, langit Senggigi mulai berwarna jingga keemasan. Ombak kecil berkejaran menuju bibir pantai, membasahi pasir yang lembut di bawah kaki Mat dan Aileen. Mereka berjalan berdampingan, kadang tertawa kecil, kadang terdiam menikmati suara laut yang menenangkan. Angin membawa aroma asin laut bercampur harum bunga dari resort tempat mereka menginap.“Indah sekali ya,” ucap Aileen pelan sambil menoleh pada Mat. Senyum lembutnya membuat hati Mat terasa penuh.“Indah,” jawab Mat sambil menggenggam tangan istrinya, “tapi tetap kalah indah dibanding kamu.”“Halah gombal”Aileen sengaja memalingkan wajahnya, agar Mat tak melihat wajahnya yang memerah karena malu. Langkahnya panjang meninggalkan Mat lebih dulu.Mat tersenyum tipis “Hai I'm serious Leen” ia mengejar Aileen, kemudian menaruh sebelah tangannya di bahu Aileen dan mencium pipi istrinya gemas. Aileen terkekeh, pura-pura menggeleng, namun pipinya bersemu merah. Mereka terus melangkah, meninggalkan jejak kaki yang perlahan terhapus
Malam itu cuaca Jakarta terasa panas, Aileen duduk di tepi ranjang sambil bermain game roblox kesukaannya, sementara Mat baru saja keluar dari kamar mandi, ia hanya mengenakan handuk putih di pinggangnya, memperlihatkan bahu nya yang lebar dan berotot, rambutnya masih basah memperlihatkan kesan seksi. Saat Mat keluar, Aileen yang sempat melirik Mat menjadi tersipu malu. Sontak ia memalingkan wajahnya saat mata mereka bertemu, pura-pura bermain game lagi.Mat yang melihat tingkah laku Aileen hanya tersenyum kecil kemudian ia menghampiri Aileen yang masih menatap layar handphonenya. Mat duduk di sebelah Aileen dan mengambil handphone Aileen.“ihhh apaan sih kamu Mat, ganggu kesenangan orang aja” Aileen berusaha mengambil kembali handphonenya yang Mat pegang. Tapi hal itu malah membuat Aileen malah memegang dada Mat yang bidang, sontak ia melepaskan tangannya dan memalingkan wajahnya karena kini wajahnya sudah memerah, degup jantungnya berdegup tak karuan.Mat tersenyum tipis “kenapa… k
Tiga bulan kemudian, Jakarta menyambut hari bahagia Aileen dan Mat. Setelah melalui perjalanan cinta yang singkat namun penuh keyakinan, keduanya akhirnya mengikat janji suci dalam sebuah pernikahan sederhana namun hangat di sebuah gedung pernikahan yang elegan. Senyum Aileen begitu cerah, gaun putihnya memantulkan cahaya lampu kristal di langit-langit ruangan, sementara Mat berdiri gagah di sampingnya dengan wajah penuh kebahagiaan.Sam, Nadya dan Charlie datang dari New Zealand untuk menghadiri hari istimewa itu. Mereka duduk di barisan tamu keluarga, menyaksikan bagaimana Aileen yang tampak begitu mantap menggenggam tangan pria yang dipilih hatinya. Nadya bahkan sempat meneteskan air mata haru ketika prosesi ijab kabul berlangsung, mengingat betapa cepat waktu berlalu sejak pertama kali ia mengenal Aileen dan kini melihatnya menemukan pasangan hidup.Saat tiba waktunya para tamu undangan di perbolehkan untuk bersalaman dengan pengantin, Nadya di dampingi Sam melangkah menuju pelami
Sore itu, mobil Mat terparkir di tepi jalan yang cukup sepi. Dari jendela, cahaya matahari keemasan menyusup masuk, memantul di wajah Aileen yang tengah menatap Mat sambil terdiam. Mat menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri membuka percakapan yang sejak tadi berputar di kepalanya.“Aileen,” ucapnya pelan, membuat gadis itu menatapnya lekat. Tatapan Mat begitu serius, berbeda dari biasanya yang selalu santai dan penuh canda. “Aku ingin kamu tahu… kalau aku tidak ingin main-main dengan hubungan kita. Semakin banyak waktu yang aku habiskan bersamamu, aku semakin yakin kalau aku ingin serius.”Ia berhenti sejenak, menatap Aileen dengan mata yang tulus.“Untuk sekarang, aku ingin lebih mengenal kamu, lebih dalam lagi. Aku ingin tahu apa yang membuatmu bahagia, apa yang membuatmu sedih. Aku ingin kita sama-sama belajar. Dan kalau memang kita cocok… aku berharap suatu hari nanti, aku bisa menikah denganmu.”Suasana hening sejenak, hanya terdengar suara kendaraan yang lewat dari ke