Beranda / Romansa / Jejak Cinta di Pulau Serenova / bab 15 - Dalam pelukan bulan dan bintang

Share

bab 15 - Dalam pelukan bulan dan bintang

Penulis: kim sujin
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-10 11:38:42

Ben menatapnya dengan tatapan yang berbeda malam itu. Ada sesuatu di matanya — bukan sekadar godaan, tapi juga kelembutan yang membuat pertahanan Vennesa runtuh. Saat tangan Ben mengusap pipinya, Vennesa tak lagi menghindar.

Jari jemarimari Ben membelai bibir vennesa. Mata mereka saling bertaut. Ben mendekatkan wajahnya ke wajah Vennesa. Hingga bibir mereka hampir betemu.

Vennesa memejamkan matanya. Bibirnya cuba menyentuh bibir milik Ben. Ben ragu2 sejenak, setelah beberapa saat bibir mereka bertemu Ben merangkul Vennesa ciuman intens pun terjadi.

Bibir mereka saling bertaut, Ben lihai memainkan lidahnya menjalari setiap inci rongga mulut Vennessa. Terlalu intens, terlalu nikmat, mereka hanyut dalam permainan lidah.

Jari jemari ben dengan sigap menari2 di payudara milik Vennesa. memasukkan jarinya yang ramping ke dalam dress Vennesa. Tangan dingin Ben menyemtuh kulit Vennesa yang panas terbakar oleh api asmara.

Vennesa sempat mendesah apabila jari sejuk Ben menyemtuh kulitnya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jejak Cinta di Pulau Serenova   Bab 22 – Tanda Tangan

    Suara ombak di kejauhan terdengar lembut, beriring dengan desiran angin yang menyusup ke ruang tamu vila. Pintu terbuka pelan. Vellery masuk lebih dulu, diikuti Tommy yang menenteng map kulit berwarna cokelat. Di wajahnya, tersimpan ketegangan yang berusaha ia tutupi dengan senyum tipis. “Ven, boleh kita bicara sebentar?” tanya Vellery hati-hati. Vennesa menatap keduanya dari balik sofa. Ia tahu, kedatangan mereka pasti bukan sekadar kunjungan keluarga biasa. Tatapannya jatuh pada map di tangan Tommy, dan dada kecilnya mulai terasa sesak. “Ada apa lagi? Kalian gak biasanya datang sepagi ini.” Tommy menatap Vellery sejenak sebelum membuka map itu dan mengeluarkan beberapa lembar dokumen. “Ini… tentang tanah mama,” katanya pelan. “Kami cuma butuh tanda tanganmu, Ven. Cuma formalitas, biar bisa segera diurus.” Vennesa menyandarkan tubuh ke sandaran sofa, menyilangkan tangan di dada. “Tanda tangan? Untuk jual tanah mama?” Nadanya meninggi sedikit. “Aku udah bilang, aku gak akan jual

  • Jejak Cinta di Pulau Serenova   Bab 21 – Tekanan dari Bayangan Lama

    Mentari pagi menanjak perlahan di langit Emerald Reef, menyinari permukaan laut kehijauan yang tenang. Sisa embun di udara membawa aroma asin laut, berpadu dengan angin hangat yang lembut menyentuh kulit. Dari kejauhan, suara camar terdengar samar-samar, seolah menyanyikan lagu perpisahan bagi dua jiwa yang baru saja tenggelam dalam cinta. Ben berdiri di dek kapal layar, menatap Vennesa yang sedang merapikan rambutnya yang masih basah. Mata wanita itu berkilat tenang, senyumnya sederhana namun mampu menggetarkan hati. Dalam sinar matahari pagi, wajahnya seperti memantulkan damai yang Ben sudah lama lupakan. “Kita pulang sekarang?” tanya Vennesa pelan. Ben mengangguk. “Ya. Tapi... aku berharap waktu berhenti dulu di sini.” Vennesa hanya tersenyum, lalu masuk ke dalam kabin mengganti pakaian yang sudah ben siapkan untuknya.. Kapal layar itu bergerak meninggalkan Emerald Reef, meninggalkan kenangan malam dan pagi yang mungkin tak akan terulang. Saat mereka tiba di pelabuhan, Ben mem

  • Jejak Cinta di Pulau Serenova   Bab 20 – Dalam Pelukan Laut Serenova

    Air laut berkilau di bawah cahaya mentari yang condong ke barat. Ombak kecil berkejaran lembut di sisi kapal layar, memantulkan cahaya keperakan ke wajah Ben dan Vennesa yang masih berada di permukaan air.Vennesa tertawa kecil, menepis percikan air ke arah Ben. “Kamu berenangnya payah banget,” godanya.Ben tersenyum, berenang mendekat. “Aku cuma mau berenang di dekat kamu, bukan balapan.”Vennesa hendak menjauh, tapi tangan Ben lebih cepat menangkap jemarinya. Genggamannya hangat meski air laut menyejukkan kulit. Mereka saling berpandangan — sejenak dunia terasa berhenti berputar. Hanya ada desiran air, suara napas mereka, dan jarak yang makin tipis di antara dua hati yang mulai menyatu.Ben menarik Vennesa perlahan ke arahnya. Tubuh mereka berdekatan, hanyut di permukaan laut yang tenang. Air yang jernih memantulkan bayangan mereka berdua di bawah sana, seolah lautan pun ikut menyaksikan kisah cinta yang sedang tumbuh.“Vennesa…” suara Ben serak, lembut tapi dalam. “Kalau waktu bisa

  • Jejak Cinta di Pulau Serenova   Bab 19 – Di Bawah Laut Serenova

    Setelah sarapan pagi yang hangat, Ben berjalan menuju kabin bawah kapal layar mewah itu. Tak lama kemudian, ia kembali dengan sesuatu di tangannya — sebuah bikini berwarna biru laut, masih tergantung dengan tag harga yang belum dilepas. Ia menyerahkannya pada Vennesa dengan senyum samar.“Ganti baju renang. Ayo kita berenang di bawah, lihat ikan dan cangkang unik. Airnya lagi sejuk banget,” katanya ringan.Vennesa menatap bikini itu lama. Potongannya elegan, bahannya mahal — jelas bukan pembelian biasa. Logo kecil merek internasional tersemat di tali halusnya. Ia sempat bertanya dalam hati, dari mana Ben punya semua ini?Kapal layar ini, dari kamar hingga dapurnya, semuanya serba lengkap. Ada pakaian ganti berbagai ukuran, perlengkapan mandi berlabel hotel bintang lima, hingga set alat selam. Bahkan ada lemari kecil berisi berbagai minuman dan perlengkapan pribadi yang tampak… terlalu siap untuk perjalanan singkat.Tapi Ben tak memberi waktu untuk bertanya. “Cepat ganti, nanti matahar

  • Jejak Cinta di Pulau Serenova   Bab 18 – Aroma Pagi di Laut Serenova

    Aroma mentega yang meleleh di atas wajan menyebar lembut, menembus hingga ke kamar dan menggoda indera penciuman. Vennesa mengerjap pelan, matanya terbuka sedikit demi sedikit, menikmati keharuman itu yang terasa hangat dan menenangkan. Ia duduk di tepi ranjang, menarik napas panjang sebelum akhirnya bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.Tak lama, dengan rambut yang masih sedikit basah, ia keluar perlahan dan mengintip ke arah dapur kapal. Pandangannya langsung terpaku pada sosok Ben. Lelaki itu berdiri tegap di depan kompor gas, mengenakan celemek abu-abu, tampak serius menuang adonan pancake di atas wajan. Gerakannya tenang, berirama, seolah sudah terbiasa.Senyum kecil muncul di bibir Vennesa tanpa ia sadari. Ada sesuatu yang memikat dari pemandangan itu — seorang lelaki berwajah tegas dan maskulin, namun sedang sibuk menyiapkan sarapan dengan penuh perhatian. Dari mesin kopi di sudut meja, terdengar suara lembut aliran air panas. Aroma kopi hitam pekat berpadu dengan

  • Jejak Cinta di Pulau Serenova   Bab 17 — Aroma Kenangan

    Ben menatap wajah Vennesa yang masih berbaring di sisinya. Cahaya matahari pagi memantul lembut di rambut gadis itu, menimbulkan kilau keemasan yang menenangkan hati. Ia menunduk perlahan, mengecup dahi Vennesa dengan lembut — ciuman yang sarat makna, seolah ingin menyalurkan semua rasa yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Pelan-pelan, Ben menarik Vennesa ke dalam pelukannya. Tubuh gadis itu terasa hangat, lembut, dan nyata — sesuatu yang tak pernah ia rasakan sejak bertahun-tahun. Hidungnya menempel di rambut Vennesa, menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya. Wangi itu… samar, lembut, dan menenangkan, seperti perpaduan laut dan bunga. Ia ingin mengingatnya. Ia ingin mengukir aroma itu dalam memorinya, menanamnya di lubuk hati terdalam. Seandainya suatu hari mereka harus berpisah — entah karena takdir, atau karena dunia yang kejam — Ben ingin aroma ini menjadi pengingat terakhir tentang seorang wanita yang benar-benar membuatnya hidup. “Kalau pun maut nanti datang menjemputku,” p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status