Share

BAB 50

last update Last Updated: 2025-07-01 10:20:07

“Ya ya ya, bisa apa aku berhadapan dengan ahli debat yang dulu mengharumkan nama kampus kita karena kepandaiannya berbicara?” Galih terkekeh melihat Jelita mengusap wajah dengan kedua tangan. “Kamu hebat, Jelita. Semua orang mengagumimu, banyak lelaki menginginkamu, dan sekarang, kamu berhasil membuat kedua orangtuaku membenci aku. Kurang rupanya selama ini aku selalu mengalah dan mengiyakan semua ucapanmu walau aku tidak suka demi menyuapi egomu?”

Jelita tidak mengucapkan apapun saat Galih berdiri dan meninggalkannya keluar. Wanita itu menatap punggung Galih yang menghilang di balik pintu. Suara mobil meninggalkan halaman terdengar, membuat kedua mertuanya berlari tergopoh keluar rumah. Jelita hanya mengangkat bahu saat mereka bertanya. Dia memang tidak berusaha menahan Galih karena tahu pembicaraan mereka tidak akan menemui jalan keluarnya. Percuma.

Jam tujuh malam, Amanda yang sudah mengeluarkan mobil dari garasi terkejut melihat mobil Galih datang. Wanita itu keluar dan bergegas m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nurmila Karyadi
dasar galih g mau kembali ke rmhnya yg tepat,dia memilih kolong jembatan yg kumuh..ckckck
goodnovel comment avatar
Tth Im
perasaan pendek² amat tiap babnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 118

    “Mau kemana ini jadinya? Makan di tempat biasa?” Jelita melirik jam di tangannya saat mobil yang dia kemudikan mulai berjalan.“Ya boleh … enak juga ya mobil baru begini. Ada aroma-aroma uang cash ratusan jutanya masih tercium sangat jelas.” Langit tertawa lebar melihat Jelita menatap dirinya dengan mata menyipit dari kaca spion tengah. Lelaki itu lalu mengedipkan sebelah mata untuk menggoda Jelita hingga membuat wanita itu mengalihkan pandangan dengan segera. Dia ikut bersenandung pelan saat Jelita memutar musik.“Jadi pakai travel yang kemarin untuk rencana umrah?” Langit kembali bertanya setelah hampir sepuluh menit berlalu mereka diam saja. Lelaki itu memeriksa ponselnya karena masuk pesanan katering pernikahan untuk acara awal bulan depan. Dia langsung mencocokkan tanggal karena khawatir kalau sudah ada yang memesan lebih dulu. “Insya Allah jadi. Harganya cocok dan fasilitasnya juga OK.” Jelita menjawab sambil tetap fokus menatap kedepan karena jalanan cukup ramai. “Aku izin dul

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 117

    “Alhamdulillah, kata dokter tidak parah. Hanya saja tangannya yang butuh perhatian khusus karena ada beberapa saraf yang terputus dan masih menunggu pemeriksaan dari dokter ahli saraf.” Tiwi menjelaskan saat Jelita bertanya. Sejujurnya, dia benar-benar khawatir dengan kondisi tangan Galih yang sekarang belum bisa digerakkan sama sekali. Namun, dia tidak mau membicarakannya di depan anaknya agar tidak menjadi pikiran Galih saat ini.“Tadi ada kecelakaan saat menguras akuarium punya Papa di ruang tamu itu.” Pras mengisi pembicaraan saat tercipta hening diantara mereka. Dia tahu Jelita agak sungkan untuk bertanya. “Ya namanya musibah, kita tidak bisa menghindar kalau sudah waktunya tiba. Mohon doanya agar Galih bisa segera pulih.” Pras tersenyum pada Jelita yang sejak tadi memperhatikan Bella menyuapi Galih dengan telaten.Sekitar lima belas menit, Jelita pamit. Sementara Bella memang akan ikut menginap disana karena kebetulan besok tanggal merah. Wanita itu memberikan semangat pada mant

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 116

    “GALIH!”Tiwi dan Pras berteriak panik melihat keadaan anaknya. Pras dengan sigap mencabut colokan blower di stop kontak hingga aliran listrik di air terhenti. Lelaki itu bergegas mengangkat tubuh anaknya yang lemas. Rasa cemas menguasai hatinya melihat darah bercampur air membuat genangan merah di lantai. Tangannya sedikit gemetar melihat pecahan akuarium seukuran telapak tangan masih menancap di tangan kanan anaknya.“Alhamdulillah ….” Pras sedikit merasa lega saat bisa merasakan denyut nadi di leher anaknya walau terasa sangat lemah. Setidaknya, masih ada harapan karena melihat kekacauan di tempat kejadian. Pecahan akuarium dan vas bunga bertebaran. Ponsel Galih yang pecah terpisah menjadi beberapa keping dan genangan merah sampai mengenai permadani di ruang tamu, darah Galih bercampur dengan akuarium.“Buka mobil, Ma! Kita bawa Galih ke rumah sakit terdekat.” Pras bicara dengan nada sedikit naik pada istrinya yang masih tampak sangat terkejut. Wanita itu hanya memegangi dada denga

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 115

    “Masuk saja, Pak.” Tiwi menggamit tangan suaminya saat melihat beberapa orang yang mengenakan seragam televisi swasta dan membawa kamera mendekat ke rumah mereka. Sejak tahu kalau Galih adalah suami Amanda, hampir setiap hari ada saja awak media yang datang dan mengawasi rumah mereka untuk mencari berita. “Entah sampai kapan mereka akan terus mencari makan dengan cara mengganggu ketenangan orang lain.”Pras mengeluh pelan mendengar ucapan istrinya. Dia tidak berkomentar apapun. Mungkin, memang inilah yang harus ditanggung karena orang terdekat mereka sudah membantu pencuri uang negara dan menikmatinya juga. Jadi, sudah selayaknya hukuman sosial diterima agar memberikan efek jera. Namun, masalahnya mereka tidak tahu apa-apa sehingga sangat terganggu saat ini. Apalagi, keadaan Galih di dalam sana yang bisa tiba-tiba saja berteriak dan mengamuk tanpa sebab, memecahkan barang-barang.Malam harinya, Galih tersenyum lebar melihat wajah kedua anaknya. Bella terus saja bercerita tentang libur

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 114

    “Kabar mengejutkan yang sudah tidak aneh lagi datang dari salah satu pejabat pemerintah daerah. Sekitar jam tujuh pagi tadi, Arifin yang terkenal sebagai pemilik yayasan untuk tuna rungu ditangkap karena diduga terlibat kasus pencucian uang yang sedang ramai diperbincangkan saat ini. Namanya mencuat setelah Amanda Belova ‘bernyanyi’. Akankah tiga periode menjabat sebagai pejabat pemda berakhir di penjara?”Tiwi, Pras, Galih dan Dery yang sedang makan menoleh berbarengan ke layar televisi. Keempatnya sontak saling berpandangan melihat foto Amanda dan Arifin disandingkan sedemikian rupa. Tiwi hendak mematikan televisi, tapi Galih menahan tangan ibunya hingga wanita itu duduk kembali. Dia ingin tahu kabar terbaru tentang istrinya itu setelah beberapa waktu menutup mata dan telinga tentang apapun berita yang beredar di luaran sana.“Menurut penelusuran cepat yang tim kami lakukan, Arifin dan Amanda tidak hanya terlibat kerjasama pencucian uang, tapi wanita itu juga diduga merupakan simpan

  • Jejak Dusta di Rumah Kita   BAB 113

    Suara pelanggan yang datang dan pergi menarik perhatian Langit hingga lelaki itu mengalihkan pandangan ke arah lainnya. Lelaki itu menghela napas panjang sambil memikirkan kalimat yang pas dan pantas diucapkan pada Jelita. Pertanyaan Jelita barusan jelas sangat serius dan bisa mempengaruhi pandangan wanita itu pada dirinya.“Aku menganut paham kalau tujuan menikah adalah untuk meneruskan garis keturunan. Setiap orang ingin mempunyai legacy di dunia ini dan bagiku anak adalah salah satunya.” Langit menghela napas panjang, berusaha memilih dan memilah kata di dalam kepalanya. “Apakah suatu keharusan? Ya kalau bisa diusahakan, kenapa tidak? Beda cerita kalau memang ada alasan kesehatan yang menyebabkan tidak bisa memiliki keturunan.” Galih meraih tisu dan mengelap ujung bibirnya. Noda merah dari saus kerang menempel di sana.“Menurutku, itu bukan termasuk pandangan wanita adalah mesin pencetak anak. Toh sebelum menikah sudah ada kesepakatan yang disetujui bersama. Kalau memang tidak sep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status