Share

Bab 11

Author: Nilamwangi
last update Last Updated: 2025-10-10 17:49:02

Laras menghapus cairan bening yang keluar dari sudut matanya dengan Ibu jari, lalu ia berusaha tersenyum pada Hilda yang menatap kearahnya

"Laras! Apa nggak sebaiknya kamu ceritakan masalah kamu ini kepada Paman dan juga Bibi? Kan kamu menikah dengan Mas Sofian karena keinginan mereka berdua? Mungkin saja mereka bisa memberikan solusi untuk masalah kamu sekarang? Kamu tidak boleh diam saja kalau suamimu itu membuat kamu tertekan seperti ini?" Hilda mencoba memberi saran pada sahabatnya itu.

"Aku rasa tidak perlu, Hilda! Aku yakin, aku bisa menghadapi semua ini! Dan aku tidak mau membebani Pak somad dan juga istrinya yang sudah sangat baik padaku selama ini!" jawab Laras.

"Kamu serius Laras? Apa kamu nggak takut kecewa nantinya, setelah berjuang mati-matian dalam membina rumah tanggamu, tapi laki-laki yang menjadi suamimu itu sama sekali tidak pernah menganggapmu. Dan apa yang akan kamu harapkan dari laki-laki seperti itu, Laras? Kamu hanya akan sakit hati! Jadi aku mohon sama kamu, kamu pikirkan dulu sebelum kamu membuat keputusan yang mungkin akan membuat kamu menyesal suatu hari nanti."

Hilda berusaha membujuk Laras, agar wanita itu tidak mengambil keputusan yang hanya akan melukai perasaannya.

"Insya Allah, aku yakin Hilda! Aku akan mencoba menjalani rumah tanggaku saat ini, dan semoga saja kedepannya Mas Sofian lebih menghargaiku sebagai istrinya.

Hilda hanya menghela nafas mendengar jawaban sahabatnya itu.

"Oke. Terserah kamu saja kalau gitu! Aku tidak mungkin mencampuri urusan rumah tanggamu terlalu jauh! Tapi kalau kamu butuh sesuatu, kamu telfon saja ke nomor aku ini?" ujar Hilda sambil menyerahkan selembar kertas yang tertulis nomor telfon miliknya.

Laras pun menerimanya dengan senang hati.

"Terimakasih Hilda, aku akan menghubungi nomor kamu ini jika aku membutuhkan pertolongan kamu." jawab Laras tersenyum.

"Baiklah kalau begitu! Oh iya, nanti kamu pulangnya naik apa?" tanya Hilda.

"Aku naik taksi!" jawab Laras singkat.

"Gimana kalau kamu pulang bareng aku aja? Aku pengen tau rumah kamu dimana? Siapa tau nanti aku pengen main kerumah kamu!" tawar Hilda.

"Emangnya nggak ngerepotin!" Laras merasa tidak enak.

"Ya nggaklah! Kenapa pula harus repot? Kan kita jarang-jarang ketemuan kayak gini! Jadi aku pengen menghabiskan waktuku bersama kamu hari ini! Kamu nggak keberatan kan, kalau aku pengen tau dimana rumah kamu?" tanya Hilda.

"Tentu saja tidak, Hilda! Justru aku senang kalau kamu mau datang kerumahku!" Laras menjawab jujur.

Karena memang dirinya merasa sangat bahagia jika saja Hilda mau datang kerumah pemberian mertuanya.

Dengan begitu, Laras tidak merasa kesepian lagi, sahabatnya itu bisa menjadi tempatnya berkeluh kesah dan teman curhat disaat dirinya sedang merasa kesepian.

Hilda tersenyum mendengar perkataan wanita cantik dihadapannya.

Setelah membayar makanan yang mereka pesan, Hilda pun menggandeng tangan Laras menuju ketempat parkir.

Saat keduanya sudah masuk kedalam mobil, Hilda segera melajukan mobilnya untuk mengantar Laras kerumahnya.

Saat diperjalan pulang, Hilda menatap Laras yang terlihat murung.

"Kamu kenapa, Laras? Kok diam saja seperti itu, apa yang sedang kamu fikirkan?" tanya Hilda sambil menyetir mobilnya.

"Aku teringat dengan nenekku, Hilda! Saat aku berangkat kemari, nenek sedang sakit! Rasanya waktu itu aku tidak tega meninggalkan nenek! Tapi mau bagaimana lagi, aku nggak mungkin kan menolak permintaan mertuaku untuk tinggal dikota ini?" jawab Laras pelan.

Hilda, hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Terus. Didesa nenekmu tinggal sama siapa?" tanya Hilda lagi.

"Sama Pak somad dan juga Bu Nuning!" jelas laras.

"Oh! Jadi nenek kamu tinggal dirumah Paman dan Bibiku?" Hilda pun mangut-mangut.

"Kalau sama Bibi dan Paman, kayaknya kamu nggak perlu merasa khawatir, Laras! Nenekmu pasti akan baik-baik saja." ujar Hilda menenangkan sahabatnya.

Laras pun tersenyum kerah Hilda.

"Iya, tapi aku tetap kefikiran sama nenek, Hilda! Aku takut kalau aku tidak akan bertemu lagi dengannya!" ucap Laras sambil menundukkan wajahnya.

"Huuss... Kamu ini ngomong apaan sih? Kamu jangan berfikir yang tidak-tidak! Kalau misalnya kapan-kapan kamu ingin pulang dan menjenguk nenekmu, aku bisa kok mengantarkan kamu pulang kedesa." Jawab Hilda memberi semangat.

"Yang benar Hilda?" ucap Laras tidak percaya.

"Ya benarlah! Aku akan selalu siap mengantar dan menjemput kamu kalau memang kamu ingin pulang kedesa," jawab Hilda lagi, ia mencoba meyakinkan sahabatnya itu.

"Wah. Terimakasih ya Hilda! Kamu memang sahabat aku yang paling baik dari dulu." ujar Laras dengan bola mata berbinar.

Hilda menganggukkan kepalanya, menanggapi ucapan Laras.

Tidak terasa, mobil Hilda pun sudah sampai didepan rumah mewah yang dihuni oleh Laras dan Sofian.

Laras segera menarik tangan Hilda, dan mengajak sahabatnya itu masuk kedalam rumah.

Rumah besar itu terlihat sangat sepi.

"Laras! Kok sepi banget? Kemana suamimu?" tanya Hilda, saat dirinya sudah masuk kedalam rumah tersebut, dan duduk diruang tamu.

"Mas Sofian sedang keluar!" jawab Laras, perempuan itu ingin melangkah kedapur dan berniat membuatkan minuman untuk sahabatnya, Hilda.

"Kamu duduk dulu sebentar, ya? Aku mau membuatkan minum dulu?" kata Laras seraya tersenyum kearah sahabatnya.

"Eh, nggak perlu repot-repot Laras! Kan tadi direstaurant kita baru saja minum! Mendingan kamu duduk disini aja dulu, kita ngobrol-ngobrol." Hilda meraih tangan Laras, dan mengajak perempuan itu duduk bersamanya.

Laras pun mengikuti Sahabatnya, duduk diruang tamu sambil bersenda gurau.

Tidak lama kemudian, terdengar suara mobil yang memasuki halaman rumah.

Beberapa saat kemudian, terlihat Sofian yang berjalan masuk kedalam rumah, tanpa mengucapkan salam sama sekali.

Laki-laki itu terus saja berjalan melewati Laras dan Hilda yang sedang duduk diruang tamu.

Sikapnya sangat cuek, seolah-olah ia memang tidak melihat keberadaan kedua perempuan cantik itu disana.

"Mas Sofian!" panggil Hilda, yang membuat Sofian menoleh kearah wanita berparas manis itu.

"Siapa ya, memangnya kita pernah ketemu?" tanya Sofian datar.

Hilda segera menghampiri pria tampan tersebut sambil tersenyum kecil.

"Mas Sofian lupa ya, sama aku? Aku Hilda Mas, keponakannya Pak somad!" Hilda berusaha mengingatkan Sofian pada dirinya.

Laki-laki dihadapannya itu mengerutkan keningnya, ia berusaha mengingat-ngingat tentang gadis yang berdiri dihadapannya saat ini.

"Oh, Hilda yang dulu itu pernah numpahin air minum kebajuku, saat aku dan Papaku bertamu kerumah Pak Somad, ya?" Sofian mulai mengingat tentang Hilda.

"I-iya, Mas! Kamu apa kabarnya, Mas?" Hilda mencoba berbasa basi dengan suaminya Laras.

Sedangkan Laras hanya diam saja, ia melihat sahabat dan suaminya itu kelihatan akrab.

"Seperti yang kamu lihat sekarang! Kabarku baik-baik saja!" Sofian menjawab ramah.

Sangat berbeda dengan tadi, saat dirinya baru saja melihat Hilda.

"Aku nggak nyangka loh! Kalau Mas akan menikah dengan sahabatku, Laras! Kalau begini, hubungan keluarga kita akan bertambah akrab lagi." Hilda masih saja berbicara dengan Sofian.

Sedangkan Sofian hanya menatap dingin kearah Laras.

"Ya sudah kalau begitu! Kalian lanjutkan saja mengobrolnya, aku mau kekamar dulu!" ujar Laki-laki itu, ia segera berjalan kearah kamarnya, meninggalkan Laras dan Hilda yang hanya menatap punggung Sofian dari kejauhan.

Setelah itu, Hilda kembali duduk disamping Laras.

"Kamu yang sabar ya? Semoga saja kamu bisa menjalani kehidupan rumah tanggamu dengan laki-laki seperti, Mas Sofian?" tutur Hilda sambil menepuk bahu sahabatnya.

Ia berkata seperti itu karena tadi Hilda bisa melihat, bagaimana sikap Sofian terhadap sahabatnya itu? Pria itu bahkan sama sekali tidak mau menegur Laras, padahal keduanya adalah pasangan suami istri.

"Amiin... Insya Allah!" jawab Laras seraya tersenyum kecil.

Hilda pun berpamitan pada Laras. Wanita itu meninggalkan Laras sendirian yang menatap kepergiannya.

Ada perasaan iba dihati Hilda, saat melihat sahabatnya itu harus menghadapi rumah tangga yang entah seperti apa.

Tapi hilda sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa, karena dia tidak ingin dianggap terlalu mencampuri urusan rumah tangga Laras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 11

    Laras menghapus cairan bening yang keluar dari sudut matanya dengan Ibu jari, lalu ia berusaha tersenyum pada Hilda yang menatap kearahnya"Laras! Apa nggak sebaiknya kamu ceritakan masalah kamu ini kepada Paman dan juga Bibi? Kan kamu menikah dengan Mas Sofian karena keinginan mereka berdua? Mungkin saja mereka bisa memberikan solusi untuk masalah kamu sekarang? Kamu tidak boleh diam saja kalau suamimu itu membuat kamu tertekan seperti ini?" Hilda mencoba memberi saran pada sahabatnya itu."Aku rasa tidak perlu, Hilda! Aku yakin, aku bisa menghadapi semua ini! Dan aku tidak mau membebani Pak somad dan juga istrinya yang sudah sangat baik padaku selama ini!" jawab Laras."Kamu serius Laras? Apa kamu nggak takut kecewa nantinya, setelah berjuang mati-matian dalam membina rumah tanggamu, tapi laki-laki yang menjadi suamimu itu sama sekali tidak pernah menganggapmu. Dan apa yang akan kamu harapkan dari laki-laki seperti itu, Laras? Kamu hanya akan sakit hati! Jadi aku mohon sama kamu, ka

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 10

    Hari ini Laras pergi berbelanja di supermarket, yang tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya bersama Sofian.Saat ia sedang memilih barang-barang belanjaannya, ia ditabrak oleh seseorang yang juga sedang berbelanja di supermarket tersebut."Brugg... "Barang belanjaan yang ia pegang terjatuh, dan orang tersebut segera meminta maaf karena tanpa sengaja dirinya sudah menabrak Laras."Maaf Mbak, aku nggak sengaja!" kata orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita."Iya, nggak apa-apa kok Mbak!" jawab Laras.Tanpa menatap kearah orang yang sudah menabraknya itu, Laras segera mengambil barang belanjaannya yang terjatuh.Wanita yang menabrak Laras itupun membantu Laras memunguti barang Laras yang berserakan di lantai.Saat keduanya saling menatap, Laras dan wanita itu sama-sama terkejut."Loh. Laras! Kok kamu bisa ada disini?" tanya wanita itu saat melihat Laras."Hilda! Aku nggak nyangka kalau kita akan bertemu disini!" ucap Laras dengan mata berbinar.Kedua wanita itupun saling ber

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 9

    "M-Mas Sofian!" ujar Laras lirih seraya menatap laki-laki yang sudah berdiri disampingnya."Sudah aku katakan padamu! Jangan pernah berani masuk kekamarku tanpa izin, apa kamu tidak mengerti? Apalagi sekarang kamu dengan beraninya menyentuh barang-barangku! Ternyata, selain tidak punya harga diri, kamu juga tidak punya etika dan juga tata krama?" ucap Sofian dengan nafas naik turun karena menahan amarah."Ma-maaf Mas! Aku cuma ingin membersihkan kamarmu yang sangat berantakan." jawab Laras takut-takut.Sofian menarik tangan Laras, dan mencengkeramnya dengan sangat kuat."Aaww... Sakit Mas!" pekik laras."Apa aku meminta pertolonganmu? Dan apa aku juga pernah menyuruhmu untuk membereskan kamarku? Tidak, bukan? Lantas, kenapa kamu beraninya masuk kekamarku disaat aku tidak ada? Kamu itu benar-benar wanita yang tidak punya sopan santun! Sekarang cepat keluar dari kamarku, karena aku tidak ingin lagi melihat wajahmu!" Sofian menatap wajah istrinya dengan tatapan angkuh.Lalu laki-laki it

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 8

    "Loh, kok kamu bertanya seperti itu? Apa kamu merasa tidak senang kalau Mama berkunjung kemari, kerumah anak dan menantu Mama sendiri? Kalau memang kamu tidak mau Mama datang kemari, lebih baik sekarang Mama pulang aja!" kata Cantika pura-pura bangun dari tempat duduknya."Eh, maaf Ma! Bu-bukan begitu maksud aku! Aku senang kok kalau Mama mau datang kemari! Tapi tumben, Mama kok bisa datang pagi-pagi kesini? Biasanya kan, Mama itu selalu sibuk!" jawab Sofian, sambil memegangi tangan Cantika yang hendak berdiri."Oh, begitu? Mama fikir tadi kamu itu nggak suka kalau Mama datang kerumah baru kamu ini!" Cantika pura-pura sewot."Mana mungkin aku tidak menyukai kedatangan Mama kemari? Rumah ini saja pemberian Mama dan Papa untuk kami berdua! Jadi kalian bebas kok mau datang kesini sesuka hati." Sofian berusaha menyenangkan hati sang Mama."Mama cuma mau ngasih kunci mobil punya kamu ini! Biar kamu nggak marah-marah dan mengomel lagi seperti kemarin!"Cantika berkata sambil meletakkan kunc

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 7

    "Bruuggk... "Sofian terjatuh dalam posisi terduduk, akibat terpeleset dilantai yang masih basah dan juga licin.Laras yang melihatnya pun segera berlari kearah Sofian, namun sayangnya... Laras pun ikut terjatuh saat sudah berada dekat dengan suaminya.Sehingga, tubuhnya menimpa tubuh Sofian yang sudah lebih dulu berada dilantai.Keduanya merasa sangat kaget dengan posisi mereka saat ini, Laras yang merasa malu segera bangun dari membetulkan pakaiannya.Sedangkan Sofian, hanya memasang wajah kesal dan menatap datar pada istrinya itu."Kamu itu punya fikiran tidak? Sudah tau lantainya basah, kenapa tidak dikeringkan?" tanya Sofian, dengan wajah merah."Maaf Mas! Tadi aku sudah mengingatkan kalau lantainya masih basah karena baru saja dipel, tapi Mas tidak mau mendengarkan perkataanku, dan Mas terus saja berjalan! Lagi pula setelah dipel memang harus menunggu beberapa saat, baru lantainya akan kering sendiri!" jawab Laras, ia merasa tidak enak hati karena sudah membuat suaminya itu terj

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 6

    Laras sedang sibuk berkutat didapur, ia ingin memasak makanan untuk makan malamnya dan juga Sofian.Tidak banyak makanan yang ia masak, ia hanya memasak seadanya karena ia belum berbelanja kebutuhan dapur.Laras hanya memasak sayur sop dan juga ayam goreng, karena hanya itu saja yang ada didalam kulkas yang sudah disediakan oleh kedua orang tua Sofian.Setelah makanan matang, Laras segera menyajikannya dimeja makan.Hatinya ragu untuk mengajak suaminya makan malam, tapi ia merasa tidak enak kalau harus makan sendiri tanpa mengajak sang suami.Akhirnya ia memutuskan untuk memanggil Sofian, dan mengajaknya makan bersama.Laras berjalan kekamar suaminya, dengan hati yang sedikit was-was, tangannya mengetuk pintu kamar yang dihuni oleh suaminya tersebut."Tok... Tok... Tok...""Tok... Tok... Tok... "Laras mengetuk pintu berulang kali, namun tidak ada tanda-tanda pintu kamar itu akan dibuka dari dalam.Laras memanggil sang suami dengan suara pelan, namun bisa terdengar sampai kedalam kama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status