Share

Bab 10

Penulis: Nilamwangi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-04 10:10:09

Hari ini Laras pergi berbelanja di supermarket, yang tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya bersama Sofian.

Saat ia sedang memilih barang-barang belanjaannya, ia ditabrak oleh seseorang yang juga sedang berbelanja di supermarket tersebut.

"Brugg... "

Barang belanjaan yang ia pegang terjatuh, dan orang tersebut segera meminta maaf karena tanpa sengaja dirinya sudah menabrak Laras.

"Maaf Mbak, aku nggak sengaja!" kata orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita.

"Iya, nggak apa-apa kok Mbak!" jawab Laras.

Tanpa menatap kearah orang yang sudah menabraknya itu, Laras segera mengambil barang belanjaannya yang terjatuh.

Wanita yang menabrak Laras itupun membantu Laras memunguti barang Laras yang berserakan di lantai.

Saat keduanya saling menatap, Laras dan wanita itu sama-sama terkejut.

"Loh. Laras! Kok kamu bisa ada disini?" tanya wanita itu saat melihat Laras.

"Hilda! Aku nggak nyangka kalau kita akan bertemu disini!" ucap Laras dengan mata berbinar.

Kedua wanita itupun saling berpelukan.

Hilda adalah keponakan Pak Somat yang merantau, Laras sama sekali tidak menyangka kalau dirinya akan bertemu dengan sahabat kecilnya itu.

"Gimana kabar kamu Laras?" tanya Hilda saat ia sudah melepaskan pelukannya dari tubuh Laras.

"Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat saat ini, hilda! Kabarku baik-baik saja. Gimana dengan kamu? Pasti kamu bahagia banget ya tinggal dikota ini!" Laras balik bertanya pada sahabatnya itu.

"Aku juga baik-baik aja Laras! Lumayan sih, selama tinggal disini aku merasa lebih baik! Kamu kan tau sendiri alasan aku merantau dulu, hanya untuk menghindari buruknya pandangan orang terhadap masalah yang menimpaku! Tapi Alhamdulillah, dengan bekerja dan berada dikota ini, hidupku berubah jadi lebih baik, tanpa harus mendengar cemohan dari orang-orang yang sama sekali tidak menyukaiku!" ucap Hilda dengan raut wajah sendu.

Laras mengelus bahu Sahabatnya itu, karena dia tau dengan masalah Hilda.

Hilda adalah korban pemerkosaan tetangganya sendiri.

Waktu itu, Hilda sangat terpuruk dengan musibah yang menimpanya, dan kondisinya menjadi lebih buruk saat dirinya hamil.

Semua orang menghina dan mencemoh wanita malang itu, hanya Laraslah satu-satunya sahabat yang selalu memberi dukungan agar Hilda tidak putus asa.

Saat usia kandungan Hilda menginjak dua bulan, wanita itu keguguran karena kecelakaan sepeda motor, hal itu sedikit meringankan beban Hilda yang tidak perlu melahirkan bayinya tanpa seorang suami.

Setelah kejadian itu, Hilda memutuskan untuk pergi merantau, supaya ia bisa menjauhi para tetangganya dan juga masyarakat desa yang selalu mencibirnya, dan mengatakan kalau dirinya adalah perempuan murahan yang hamil diluar nikah.

"Kamu yang sabar ya?" aku yakin kalau semua musibah yang menimpamu waktu itu pasti ada hikmahnya! Dan itu terbukti kan sekarang? Sekarang kamu sudah menjadi orang yang sukses." ujar Laras menyemangati.

Hilda pun menyunggingkan senyum manis saat mendengar perkataan sahabatnya itu.

"Iya Laras! Apa yang kamu katakan itu memanglah benar! Terimakasih ya, kamu selalu mendukung dan menyemangati aku sejak dulu! Kalau bukan karena kamu, mungkin aku sudah tidak berada lagi didunia ini, karena rasa putus asa yang hampir membuatku mengakhiri hidupku sendiri! Tapi, kamu selalu menjadi sahabat yang selalu ada untukku ditengah masalah yang harus aku hadapi saat itu! Terimakasih sekali lagi Laras!" ujar Hilda kembali memeluk sahabatnya dengan sangat erat.

Laras hanya mengangguk sambil menepuk-nepuk punggung Hilda dengan pelan.

"Tapi, ngomong-ngomong! Kamu kok bisa berada dikota ini, apa kamu berkerja disini juga?" tanya Hilda, sambil menghapus air matanya.

"Nggak kok! Aku kekota ini karena ikut suamiku yang tinggal disini." jawab Laras seraya tersenyum manis kearah sahabatnya itu.

"Suami! Memangnya kamu sudah menikah?" tanya Hilda lagi, seakan ia tidak percaya dengan ucapan Laras.

"Iya hilda! Aku sudah menikah satu minggu yang lalu! Ujar Laras meyakinkan sahabatnya.

"Waaah... Selamat ya Laras? Dan maaf juga ya, aku tidak bisa datang keacara pernikahan kamu! Karena aku nggak dapat undangannya, hehehe... " kelakar Hilda, membuat Laras gemas.

"Kalau gitu, gimana kalau sehabis belanja ini kita makan dulu direstaurant? Ya, hitung-hitung buat merayakan pertemuan kita ini! Aku yang traktir loh!" ucap Hilda, yang membuat Laras tertawa kecil.

"Boleh deh kalau kamu maksa! Laras pun mencoba membuat sahabatnya itu tertawa.

Kedua wanita cantik itupun sama-sama tergelak.

Setelah puas berbelanja, Hilda mengajak Laras untuk singgah disebuah restaurant favoritnya.

Setelah memesan makanan, merekapun menyantapnya sambil mengobrol ringan.

"Kamu bisa kenal suami kamu dimana, Laras? Kan selama ini, kamu tidak pernah berpacaran? Kok bisa sih, orang yang nggak pernah pacaran seperti kamu itu bisa mendapatkan jodoh yang lebih cepat?" tanya Hilda yang membuat Laras menatap kearahnya.

"Aku dijodohkan dengan anak sahabatnya Om kamu, Hilda!" jawab Laras pelan, sambil mengaduk-ngaduk jus yang ada didalam gelas dengan sebuah pipet.

"Maksud kamu? Mas Sofian anaknya Pak Burhan? Kan, cuma Pak Burhan sahabatnya Om aku yang tinggal dikota ini!" Hilda merasa sedikit kaget.

"Iya, Mas Sofian itulah yang sekarang menjadi suami aku!" jawab Laras, ia menyeruput pelan jus yang ada dihadapannya.

"Kok bisa kamu menerima pinangan dari laki-laki seperti itu sih, Laras? Yaa... Orangnya tampan sih! Tapi sikapnya itu loh, dingin banget sama perempuan! Dulu aku sempat mikir kalau Mas Sofian itu nggak tertarik sama wanita!" Hilda kembali berbicara, sambil mengunyah makanan didalam mulutnya.

"Kenapa kamu bisa berfikir seperti itu? Buktinya Mas Sofian itu normal kok, dan mau menikah sama aku." Laras melirik sahabatnya yang sibuk dengan makanannya itu.

Hilda hanya menyengir kuda, saat mendapat pertanyaan seperti itu dari Laras.

"Itukan hanya tebakanku doang! Buktinya sekarang dia sudah menikah sama kamu, dan pastinya kamu dan Mas Sofian sudah merasakan malam pertama, kan?" Hilda bertanya pada sahabatnya itu seraya menaik turunkan alisnya.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Laras hanya menggelengkan kepalanya.

Dan hal itu jelas saja membuat Hilda bingung.

"Kamu kenapa menggeleng seperti itu? Apa Mas Sofian belum menyentuhmu?" heran Hilda, dan hanya disambut anggukan dari Laras.

"Astaga Laras! Jangan-jangan Mas Sofian itu memang tidak normal! Kalau tidak, mana mungkin dia anggurin gadis secantik kamu, dan belum melakukan apa-apa dimalam pertama kalian!" kekeh Hilda.

"Nggak kok Hilda! Bukan karena itu. Masalahnya adalah, Mas Sofian sama sekali tidak bisa menerimaku sebagai istrinya! Dia sama sekali tidak mencintaiku! Pernikahan kami ini hanya dianggap olehnya sebagai pernikahan diatas kertas!" Laras menjawab sambil menundukkan wajahnya. Ada cairan hangat yang mulai keluar dari pelupuk mata wanita itu.

Sedangkan Hilda hanya menutup mulut mendengarkan penjelasan sahabatnya, ia tidak menyangka kalau Laras akan mendapatkan masalah serumit itu setelah menikah.

"Ya Allah, Laras! Kenapa waktu itu kamu nggak nolak aja sih, supaya kalian tidak jadi menikah? Kan kalau begini ceritanya, sama aja kamu menyiksa dirimu sendiri? Kamu harus bertahan hidup berumah tangga dengan laki-laki yang sama sekali tidak bisa menerima kamu!" Hilda menatap prihatin pada sahabatnya.

Wanita itu mengusap-usap punggung tangan Laras yang berada diatas meja seraya memberi semangat, agar sahabatnya itu kuat menjalani masalah rumah tangga bersama laki-laki yang sudah menjadi suaminya.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 11

    Laras menghapus cairan bening yang keluar dari sudut matanya dengan Ibu jari, lalu ia berusaha tersenyum pada Hilda yang menatap kearahnya"Laras! Apa nggak sebaiknya kamu ceritakan masalah kamu ini kepada Paman dan juga Bibi? Kan kamu menikah dengan Mas Sofian karena keinginan mereka berdua? Mungkin saja mereka bisa memberikan solusi untuk masalah kamu sekarang? Kamu tidak boleh diam saja kalau suamimu itu membuat kamu tertekan seperti ini?" Hilda mencoba memberi saran pada sahabatnya itu."Aku rasa tidak perlu, Hilda! Aku yakin, aku bisa menghadapi semua ini! Dan aku tidak mau membebani Pak somad dan juga istrinya yang sudah sangat baik padaku selama ini!" jawab Laras."Kamu serius Laras? Apa kamu nggak takut kecewa nantinya, setelah berjuang mati-matian dalam membina rumah tanggamu, tapi laki-laki yang menjadi suamimu itu sama sekali tidak pernah menganggapmu. Dan apa yang akan kamu harapkan dari laki-laki seperti itu, Laras? Kamu hanya akan sakit hati! Jadi aku mohon sama kamu, ka

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 10

    Hari ini Laras pergi berbelanja di supermarket, yang tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya bersama Sofian.Saat ia sedang memilih barang-barang belanjaannya, ia ditabrak oleh seseorang yang juga sedang berbelanja di supermarket tersebut."Brugg... "Barang belanjaan yang ia pegang terjatuh, dan orang tersebut segera meminta maaf karena tanpa sengaja dirinya sudah menabrak Laras."Maaf Mbak, aku nggak sengaja!" kata orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita."Iya, nggak apa-apa kok Mbak!" jawab Laras.Tanpa menatap kearah orang yang sudah menabraknya itu, Laras segera mengambil barang belanjaannya yang terjatuh.Wanita yang menabrak Laras itupun membantu Laras memunguti barang Laras yang berserakan di lantai.Saat keduanya saling menatap, Laras dan wanita itu sama-sama terkejut."Loh. Laras! Kok kamu bisa ada disini?" tanya wanita itu saat melihat Laras."Hilda! Aku nggak nyangka kalau kita akan bertemu disini!" ucap Laras dengan mata berbinar.Kedua wanita itupun saling ber

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 9

    "M-Mas Sofian!" ujar Laras lirih seraya menatap laki-laki yang sudah berdiri disampingnya."Sudah aku katakan padamu! Jangan pernah berani masuk kekamarku tanpa izin, apa kamu tidak mengerti? Apalagi sekarang kamu dengan beraninya menyentuh barang-barangku! Ternyata, selain tidak punya harga diri, kamu juga tidak punya etika dan juga tata krama?" ucap Sofian dengan nafas naik turun karena menahan amarah."Ma-maaf Mas! Aku cuma ingin membersihkan kamarmu yang sangat berantakan." jawab Laras takut-takut.Sofian menarik tangan Laras, dan mencengkeramnya dengan sangat kuat."Aaww... Sakit Mas!" pekik laras."Apa aku meminta pertolonganmu? Dan apa aku juga pernah menyuruhmu untuk membereskan kamarku? Tidak, bukan? Lantas, kenapa kamu beraninya masuk kekamarku disaat aku tidak ada? Kamu itu benar-benar wanita yang tidak punya sopan santun! Sekarang cepat keluar dari kamarku, karena aku tidak ingin lagi melihat wajahmu!" Sofian menatap wajah istrinya dengan tatapan angkuh.Lalu laki-laki it

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 8

    "Loh, kok kamu bertanya seperti itu? Apa kamu merasa tidak senang kalau Mama berkunjung kemari, kerumah anak dan menantu Mama sendiri? Kalau memang kamu tidak mau Mama datang kemari, lebih baik sekarang Mama pulang aja!" kata Cantika pura-pura bangun dari tempat duduknya."Eh, maaf Ma! Bu-bukan begitu maksud aku! Aku senang kok kalau Mama mau datang kemari! Tapi tumben, Mama kok bisa datang pagi-pagi kesini? Biasanya kan, Mama itu selalu sibuk!" jawab Sofian, sambil memegangi tangan Cantika yang hendak berdiri."Oh, begitu? Mama fikir tadi kamu itu nggak suka kalau Mama datang kerumah baru kamu ini!" Cantika pura-pura sewot."Mana mungkin aku tidak menyukai kedatangan Mama kemari? Rumah ini saja pemberian Mama dan Papa untuk kami berdua! Jadi kalian bebas kok mau datang kesini sesuka hati." Sofian berusaha menyenangkan hati sang Mama."Mama cuma mau ngasih kunci mobil punya kamu ini! Biar kamu nggak marah-marah dan mengomel lagi seperti kemarin!"Cantika berkata sambil meletakkan kunc

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 7

    "Bruuggk... "Sofian terjatuh dalam posisi terduduk, akibat terpeleset dilantai yang masih basah dan juga licin.Laras yang melihatnya pun segera berlari kearah Sofian, namun sayangnya... Laras pun ikut terjatuh saat sudah berada dekat dengan suaminya.Sehingga, tubuhnya menimpa tubuh Sofian yang sudah lebih dulu berada dilantai.Keduanya merasa sangat kaget dengan posisi mereka saat ini, Laras yang merasa malu segera bangun dari membetulkan pakaiannya.Sedangkan Sofian, hanya memasang wajah kesal dan menatap datar pada istrinya itu."Kamu itu punya fikiran tidak? Sudah tau lantainya basah, kenapa tidak dikeringkan?" tanya Sofian, dengan wajah merah."Maaf Mas! Tadi aku sudah mengingatkan kalau lantainya masih basah karena baru saja dipel, tapi Mas tidak mau mendengarkan perkataanku, dan Mas terus saja berjalan! Lagi pula setelah dipel memang harus menunggu beberapa saat, baru lantainya akan kering sendiri!" jawab Laras, ia merasa tidak enak hati karena sudah membuat suaminya itu terj

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 6

    Laras sedang sibuk berkutat didapur, ia ingin memasak makanan untuk makan malamnya dan juga Sofian.Tidak banyak makanan yang ia masak, ia hanya memasak seadanya karena ia belum berbelanja kebutuhan dapur.Laras hanya memasak sayur sop dan juga ayam goreng, karena hanya itu saja yang ada didalam kulkas yang sudah disediakan oleh kedua orang tua Sofian.Setelah makanan matang, Laras segera menyajikannya dimeja makan.Hatinya ragu untuk mengajak suaminya makan malam, tapi ia merasa tidak enak kalau harus makan sendiri tanpa mengajak sang suami.Akhirnya ia memutuskan untuk memanggil Sofian, dan mengajaknya makan bersama.Laras berjalan kekamar suaminya, dengan hati yang sedikit was-was, tangannya mengetuk pintu kamar yang dihuni oleh suaminya tersebut."Tok... Tok... Tok...""Tok... Tok... Tok... "Laras mengetuk pintu berulang kali, namun tidak ada tanda-tanda pintu kamar itu akan dibuka dari dalam.Laras memanggil sang suami dengan suara pelan, namun bisa terdengar sampai kedalam kama

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status