"Mas, kamu nggak sarapan dulu?" tanya Laras, saat suaminya sudah selesai menggunakan pakaian kerjanya dan ingin berangkat kekantor.
"Nggak! Aku sarapan dikantor saja. Lagi pula aku kan sudah bilang sama kamu, kamu tidak perlu repot-repot memasak untukku!" jawab Sofian dengan nada suara ketus. "Aku juga sudah bilang sama kamu, Mas! Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai istri." Sanggah Laras. Sofian hanya memutar bola mata malas mendengar ucapan wanita itu. Kemudian ia pun berjalan kearah meja kerjanya, lalu meraih tas kerja yang ia letakkan disana. Setelah mengambil tas kerja, ia melangkah kepintu depan dan keluar untuk menaiki mobilnya yang terparkir digarasi, Laras pun mengekori suaminya dari belakang. Saat Sofian ingin masuk kedalam mobil, Laras mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sofian menatap wajah istrinya lekat-lekat, ia ragu memberikan tangannya untuk dicium oleh sang istri. Namun Laras tidak tinggal diam, ia meraih tangan suaminya dan mencium punggung tangannya dengan takzim. Sofian hanya terdiam mendapat perlakuan seperti itu dari sang istri, kemudian ia pun segera masuk kedalam mobilnya, tanpa menoleh kearah Laras. Saat Sofian menghidupkan mobilnya, Laras pun berdiri didekat pintu mobil dan berkata...? "Hati-hati ya, Mas" ucap Laras sambil menatap sang suami. Sofian tidak menjawab, ia malah memalingkan wajahnya kearah lain. Kemudian, laki-laki itupun melajukan kendaraan beroda empat tersebut untuk segera berangkat kekantor. Setelah mobil Sofian keluar dari halaman rumah, Laras menutup pintu garasi dan juga pintu pagar rumahnya. Setelah itu ia pun masuk kedalam rumah dan melakukan kegiatan seperti biasanya. Wanita bertubuh langsing itu melakukan kegiatan seharian, saat ia merasa sudah sangat kelelahan, akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat dikamarnya sendiri. Setelah beberapa saat beristirahat, Laras pun terbangun. Ia sangat terkejut karena jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Itu artinya sebentar lagi suaminya akan pulang. Laras segera melangkah kekamar mandi, dan ia pun membersihkan dirinya, setelah selesai mandi Laras melakukan Shalat ashar terlebih dahulu, sambil menunggu suaminya pulang kerja. Waktu pun berlalu, saat ini jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Sofian sama sekali belum pulang kerumah. Laras meraih ponsel yang ada didalam saku dasternya, wanita itu berusaha menelfon nomor suaminya untuk menanyakan, kenapa suaminya itu belum pulang. Namun saat ia menelfon, ternyata nomor telfon suaminya itu sama sekali tidak aktif. Laras mulai dilanda perasaan khawatir, karena ia takut kalau sudah terjadi sesuatu dengan suaminya. Meskipun Sofian telah bersikap kasar dan tidak baik terhadapnya, namun Laras tetap saja merasa takut kalau Sofian kenapa-kenapa. Laras berjalan mondar mandir diruang tengah, sambil menggigit ujung kukunya. Tiba-tiba saja terdengar suara pintu pagar yang dibuka, saat Laras menyibak gorden jendela dan menatap keluar, ia melihat mobil suaminya memasuki halaman rumah. Laras pun menghembuskan nafas lega, ia merasa sangat bahagia karena suaminya itu pulang dalam keadaan selamat. Wanita itu melangkah untuk membukakan pintu rumah dan menyambut suaminya pulang. Setelah pintu terbuka wanita itu tersenyum kecil kearah suaminya. "Mas, kamu sudah pulang?" tanya wanita itu pelan. Namun Sofian tidak menanggapi pertanyaan dari bibir istrinya itu. Laras kembali mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Sofian, tapi laki-laki itu masih bersikap dingin seperti tadi padi, ia tidak mau memberikan tangannya pada Laras. Laras terpaksa mengambil sendiri tangan suaminya dan ia mengecup seperti sebelumnya, saat Sofian mau berangkat kerja. Setelah Laras mencium punggung tangannya, Sofian segera berlalu meninggalkan Laras tanpa mengucap sepatah katapun. Wanita itu hanya menghembuskan nafas kasar, melihat sikap suaminya yang cuek. "Mas, kamu sudah makan malam?" tanya Laras, saat melihat Sofian sedang membuka sepatu dan kaus kakinya. Laki-laki itu menatap dingin kearah Laras. "Sudah!" jawab Sofian, acuh tak acuh. "Oh gitu! Apa kamu mau mandi, Mas? Biar aku masak air hangat?" tanya Laras lagi sambil tersenyum kecil pada sang suami. Sofian tidak lagi menjawab pertanyaan Laras, ia segera berjalan masuk kekamarnya, membuat Laras menatap suaminya dengan wajah bengong. Saat masuk kekamar, Sofian sengaja membanting pintu dengan sangat keras, sehingga suara berdentum terdengar nyaring ditengah keheningan malam. Laras hanya mengelus dada melihat suaminya bersikap seperti itu terhadapnya. Ia pun melangkah kekamarnya, saat dirinya sudah berada didalam kama, Laras menatap sebuah foto pernikahan yang sengaja ia pajang didinding kamarnya. Fotonya yang sedang mengenakan baju pengantin itu terlihat sangat mewah. Laras hanya tersenyum kecut saat melihat wajah suaminya yang tanpa ekspresi didalam foto pernikahan mereka, sangat berbeda dengan dirinya yang memperlihatkan senyum manis, membuat wajahnya semakin cantik. Ia mengusap wajah suaminya difoto itu. "Mas! Aku tau pernikahan kita hanya karena perjodohan, tapi tidak bisakah kamu bersikap baik terhadapku, meskipun kamu tidak mencintaiku?" ujar Laras pelan, sudut matanya mulai mengembun. "Aku tidak memaksamu untuk memberikan perhatian dan kasih sayang seperti pasangan-pasangan lain yang menikah karena cinta! Tapi aku hanya ingin dihargai saja sebagai istrimu, Mas! Tidak lebih." sambungnya lagi masih menatap wajah sofian yang terlihat datar didalam foto tersebut. Laras pun bersandar didinding kamar, sambil membayangkan bagaimana rumah tangganya itu, apa yang akan terjadi kalau suaminya masih saja bersikap ketus terhadapnya. ***** Keesokan harinya, Laras merasa heran melihat suaminya yang sedang mengacak-ngacak pakaian yang berada dikamar khusus tempat dirinya menyetrika. Tanpa menggunakan pakaian dan hanya melilitkan handuk saja dipinggangnya, laki-laki itu sepertinya sedang sibuk mencari sesuatu. Laras pun menghampiri suaminya yang sedang menarik semua kain yang belum disetrika oleh Laras. "Kamu sedang mencari apa, Mas?" tegur Laras, membuat Sofian terjingkat kaget dan segera menoleh kebelakang. Sofian bisa melihat kalau istrinya itu sudah berdiri dibelakangnya sambil menatap bingung kearahnya. Sementara Laras hanya terpana melihat tubuh suaminya yang gagah, dengan dada bidang dan kulit putih mulus tanpa cacat. Melihat Laras yang melihat kearahnya tanpa berkedip, Sofian hanya berdehem. "Ehemm... " Laras yang dari tadi menatap penampilan suaminya pun, hanya mengalihkan pandangannya kearah lain. Wanita itu terlihat salah tingkah. "Apa kamu, yang sudah mencuci semua pakaianku ini?" tanya Sofian sambil menatap pada istrinya itu. "I-iya Mas!" jawab Laras tergagap. "Kamu tau kan, kalau yang kamu cuci itu baju-baju kerjaku, kenapa belum disetrika?" tanya Sofian lagi. "Tapi, semua baju kerjamu semuanya sudah aku setrika, Mas! Yang belum aku setrika hanya beberapa baju saja!" sahut Laras, ia melirik kearah tumpukan pakaian yang belum disetrika. Bola mata Laras terbelalak lebar, saat melihat pakaian kerja suaminya sudah berada diantara pakaian yang belum ia setrika. Kemarin memang Laras tidak menyetrika semua pakaian yang sudah dicucinya, hanya pakaian kerja suaminya dan beberapa lembar pakaian lain saja yang ia setrika. Karena kelelahan, akhirnya ia membiarkan saja pakaian yang belum distrika itu, dan ia berniat menyetrikanya dilain waktu. Tapi Laras merasa sangat heran, ketika melihat pakaian kerja suaminya sudah berada diantara pakaian yang masih kusut tersebut. "Ta-tapi, pakaian kerja Mas ini kemarin sudah aku setrika, kenapa sekarang malah berada disini?" ujar Laras kebingungan. Wanita itu mengambil pakaian kerja suaminya itu, dan membolak-balikkan pakaian tersebut ditangannya. "Kamu itu benar-benar tidak berguna ya? Katanya mau melakukan kewajiban seorang istri, tapi nyatanya kamu itu sama sekali tidak becus mengurus rumah tangga!" cibir Sofian dengan wajah masam. Mendengar ucapan suaminya itu, Laras hanya mendelikkan bola matanya kepada sang suami. Sedangkan Sofian hanya tersenyum sinis, saat wanita itu mendelik kearahnya. Ia pun mendekati istrinya itu, membuat jarak diantara keduanya semakin bertambah dekat. Bersambung...Setelah menarik kursi dan duduk bersama Mama dan juga istrinya, Laras menyendokkan nasi kedalam piring Sofian, ia juga mengambil Lauk pauk beserta segelas air putih untuk suaminya itu.Laras meletakkan piring yang sudah diisi dengan makanan tersebut dihadapan SofianDengan sedikit malas, laki-laki itu meraih piring yang sudah diletakkan oleh Laras dihadapannya, dan mulai menyendokkan nasi kedalam mulutnya.Sebenarnya, didalam hatinya Sofian tidak berniat memakan makanan itu sama sekali.Namun, demi menghargai sang Mama yang sudah memaksanya makan dimeja makan, dengan terpaksa Sofian memakan makanan tersebut.Karena dirinya tidak ingin menghadapi ocehan Cantika yang berkepanjangan, jika saja ia tidak mau memakan makanan yang dimasak oleh menantu kesayangan Mamanya itu.Satu sendok makanan yang sudah masuk kedalam mulutnya itu, ia kunyah perlahan.Tiba-tiba saja, Sofian membulatkan bola matanya, karena rasa makanan yang dimasak oleh Laras itu sangatlah enak.Akhirnya ia memakan makanan
Sofian yang baru saja keluar dari dalam mobil segera berjalan menuju pintu depan rumahnya. Sebelumnya dia juga sudah melihat mobil Cantika yang terparkir dihalaman. Laki-laki itu segera masuk kedalam rumah, dan mendapati Cantika yang sedang berpelukan dengan Laras. Ketika Cantika menatap Sofian yang sedang berjalan kearah mereka, dengan segera perempuan itu menghapus air matanya. Cantika pelepaskan pelukannya pada Laras dengan perlahan, lalu ia berdiri dan mendekati putranya. Ditatapnya wajah sang anak, membuat Sofian merasa gugup. "M-ma! Mama sedang apa disini?" tanya Sofian tergagap. "Darimana saja kamu? Kenapa kamu keluyuran tanpa mengajak Laras ikut bersamamu? Apa kamu tidak tau, kalau istrimu baru saja diajak oleh sahabatnya jalan-jalan karena dia merasa suntuk dirumah terus? Sedangkan kamu malah enak-enakan pergi sendirian." ujar Cantika menatap nyalang pada putranya tersebut. Sofian hanya menundukkan kepala mendengar Ibu kandungnya itu mengomel. "Tadi aku ada keperluan
"Laras! Suamimu mana? Kok dari tadi Mama nggak melihat dia bersama kalian, memangnya tadi kalian itu tidak pergi dengan Sofian?" tanya Cantika.Laras hanya terdiam, kemudian ia menatap pada Hilda yang juga sedang melihat kearahnya."Mas Sofian sedang keluar Ma! Tapi, aku dan Hilda tadi hanya pergi berdua saja, bukan pergi dengan Mas Sofian!" sahut Laras kemudian."Loh, Mama fikir dia perginya sama kamu! Memangnya suami kamu itu nggak bilang kalau dia mau pergi kemana?" Cantika bertanya lagi sambil menatap tajam menantunya."Nggak Ma! Mas Sofian nggak bilang dia pergi kemana? Mungkin ada sebuah kepentingan, atau pergi bersama teman-temannya, Ma!" Laras menjawab sambil tersenyum."Kalau gitu, ayo kita masuk dulu kedalam, Ma!" ajak Laras, dan diangguki oleh Mama mertuanya itu."Oh iya, Laras! Kalau begitu aku pamit dulu ya?" Hilda menimpali saat mereka akan masuk kedalam rumah.Laras dan Cantika menoleh kearah gadis itu."Loh, kok kamu mau pulang sih, Hilda? Memangnya kamu nggak mau ngob
Mengetahui bahwa suaminya itu sedang kebingungan menjelaskan siapa Laras sebenarnya, wanita cantik itupun berjalan mendekat kearah Celina yang sedang berdiri menatapnya, seraya mengapit lengan Sofian."Perkenalkan Mbak! Namaku Laras. Aku sepupunya, Mas Sofian!" ujar Laras sambil mengulurkan tangan pada Celina, mengajak wanita itu bersalaman.Sofian merasa sangat terkejut, ternyata Laras sama sekali tidak memperkenalkan diri sebagai istrinya pada Celina. Namun Laras mengatakan kalau dia adalah sepupu lelaki itu.Begitupun Hilda, wanita itu hanya tertegun mendengar pengakuan sahabatnya.Celina tersenyum mendengar ucapan Laras, raut wajahnya yang tadinya terlihat masam, tiba-tiba saja berubah sumringah.Ia pun menyambut uluran tangan Laras."Oh, jadi kamu sepupunya Mas Sopian? Hampir saja aku salah faham! Aku pikir kamu siapanya Mas Sofian?" jawab Celina senyum-senyum."Namaku Celina! Aku adalah kekasihnya Mas Sofian!" Celina dengan bangga memperkenalkan dirinya pada Laras.Laras mengang
Suatu sore, Sofian dan Celina bertemu kembali, dan mereka berdua berjalan-jalan disebuah taman yang terlihat ramai oleh pengunjung."Celin! Kamu kan suCelinadah berjanji waktu itu, kalau kamu akan menceritakan masalah kamu sama Mas!" ujar Sofian sambil berjalan beriringan dengan yang sedang memakan es krim yang dibelinya didekat taman."Iya, Mas! Sebaiknya kita duduk dulu disana!" jawab Celina sambil menunjuk pada sebuah bangku panjang yang ada ditaman itu.Sofian pun mengangguk dan mengikuti langkah Celina yang sudah berjalan lebih dulu.Mereka merduapun duduk berdampingan, Sofian terus saja menatap kearah Celina yang sedang asyik menikmati es krim yang ada ditangannya."Kamu suka es krimnya?" Sofian bertanya seraya tersenyum pada Celina."Suka banget, Mas! Aku memang paling suka sama es krim! Kamu mau cobain?" Celina menyodorkan es krim itu kemulut Sofian.Sofian pun menerima es krim yang disodorkan oleh kekasihnya itu."Enak kan, Mas?" tanya Celina seraya tersenyum dan dibalas sen
Laras yang sedang menyiram tanaman dipekarangan rumah, melihat suaminya pulang dengan raut wajah bahagia.Ia pun mematikan keran air dan menghentikan pekerjaannya, dengan senyum menghiasi bibirnya yang berwarna pink tersebut, Laras mendekati Sofian yang baru saja turun dari mobil miliknya."Mas sudah pulang?" sambut Laras ramah.Sofian hanya menatap istrinya, kemudian ia menganggukkan kepala.Laras segera mengambil tangan suaminya dan mengecup tangan laki-laki itu seperti biasa.Kemudian Sofian segera masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan Laras yang menatap padanya.Tidak ambil pusing, Laras kembali melanjutkan pekerjaannya menyiram tanaman. Meskipun Sofian masih bersikap cuek terhadapnya perempuan itu sudah terbiasa dan sudah mulai bisa menerima hal itu dengan lapang dada.Sofian yang sudah masuk kekamarnya, langsung menghempaskan diri diatas tempat tidurnya yang empuk.Laki-laki itu senyum-senyum sendiri, membayangkan pertemuannya dengan sang kekasih.Setelah sekian lama gadis itu