Share

Bab 12

Penulis: Nilamwangi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-11 08:42:36

"Mas, kamu nggak sarapan dulu?" tanya Laras, saat suaminya sudah selesai menggunakan pakaian kerjanya dan ingin berangkat kekantor.

"Nggak! Aku sarapan dikantor saja. Lagi pula aku kan sudah bilang sama kamu, kamu tidak perlu repot-repot memasak untukku!" jawab Sofian dengan nada suara ketus.

"Aku juga sudah bilang sama kamu, Mas! Aku hanya menjalankan kewajibanku sebagai istri." Sanggah Laras.

Sofian hanya memutar bola mata malas mendengar ucapan wanita itu.

Kemudian ia pun berjalan kearah meja kerjanya, lalu meraih tas kerja yang ia letakkan disana.

Setelah mengambil tas kerja, ia melangkah kepintu depan dan keluar untuk menaiki mobilnya yang terparkir digarasi, Laras pun mengekori suaminya dari belakang.

Saat Sofian ingin masuk kedalam mobil, Laras mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Sofian menatap wajah istrinya lekat-lekat, ia ragu memberikan tangannya untuk dicium oleh sang istri.

Namun Laras tidak tinggal diam, ia meraih tangan suaminya dan mencium punggung tangannya dengan takzim.

Sofian hanya terdiam mendapat perlakuan seperti itu dari sang istri, kemudian ia pun segera masuk kedalam mobilnya, tanpa menoleh kearah Laras.

Saat Sofian menghidupkan mobilnya, Laras pun berdiri didekat pintu mobil dan berkata...?

"Hati-hati ya, Mas" ucap Laras sambil menatap sang suami.

Sofian tidak menjawab, ia malah memalingkan wajahnya kearah lain. Kemudian, laki-laki itupun melajukan kendaraan beroda empat tersebut untuk segera berangkat kekantor.

Setelah mobil Sofian keluar dari halaman rumah, Laras menutup pintu garasi dan juga pintu pagar rumahnya. Setelah itu ia pun masuk kedalam rumah dan melakukan kegiatan seperti biasanya.

Wanita bertubuh langsing itu melakukan kegiatan seharian, saat ia merasa sudah sangat kelelahan, akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat dikamarnya sendiri.

Setelah beberapa saat beristirahat, Laras pun terbangun. Ia sangat terkejut karena jam sudah menunjukkan pukul setengah enam sore. Itu artinya sebentar lagi suaminya akan pulang.

Laras segera melangkah kekamar mandi, dan ia pun membersihkan dirinya, setelah selesai mandi Laras melakukan Shalat ashar terlebih dahulu, sambil menunggu suaminya pulang kerja.

Waktu pun berlalu, saat ini jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Sofian sama sekali belum pulang kerumah.

Laras meraih ponsel yang ada didalam saku dasternya, wanita itu berusaha menelfon nomor suaminya untuk menanyakan, kenapa suaminya itu belum pulang.

Namun saat ia menelfon, ternyata nomor telfon suaminya itu sama sekali tidak aktif.

Laras mulai dilanda perasaan khawatir, karena ia takut kalau sudah terjadi sesuatu dengan suaminya. Meskipun Sofian telah bersikap kasar dan tidak baik terhadapnya, namun Laras tetap saja merasa takut kalau Sofian kenapa-kenapa.

Laras berjalan mondar mandir diruang tengah, sambil menggigit ujung kukunya.

Tiba-tiba saja terdengar suara pintu pagar yang dibuka, saat Laras menyibak gorden jendela dan menatap keluar, ia melihat mobil suaminya memasuki halaman rumah.

Laras pun menghembuskan nafas lega, ia merasa sangat bahagia karena suaminya itu pulang dalam keadaan selamat.

Wanita itu melangkah untuk membukakan pintu rumah dan menyambut suaminya pulang.

Setelah pintu terbuka wanita itu tersenyum kecil kearah suaminya.

"Mas, kamu sudah pulang?" tanya wanita itu pelan.

Namun Sofian tidak menanggapi pertanyaan dari bibir istrinya itu.

Laras kembali mengulurkan tangannya untuk mencium tangan Sofian, tapi laki-laki itu masih bersikap dingin seperti tadi padi, ia tidak mau memberikan tangannya pada Laras.

Laras terpaksa mengambil sendiri tangan suaminya dan ia mengecup seperti sebelumnya, saat Sofian mau berangkat kerja.

Setelah Laras mencium punggung tangannya, Sofian segera berlalu meninggalkan Laras tanpa mengucap sepatah katapun.

Wanita itu hanya menghembuskan nafas kasar, melihat sikap suaminya yang cuek.

"Mas, kamu sudah makan malam?" tanya Laras, saat melihat Sofian sedang membuka sepatu dan kaus kakinya.

Laki-laki itu menatap dingin kearah Laras.

"Sudah!" jawab Sofian, acuh tak acuh.

"Oh gitu! Apa kamu mau mandi, Mas? Biar aku masak air hangat?" tanya Laras lagi sambil tersenyum kecil pada sang suami.

Sofian tidak lagi menjawab pertanyaan Laras, ia segera berjalan masuk kekamarnya, membuat Laras menatap suaminya dengan wajah bengong.

Saat masuk kekamar, Sofian sengaja membanting pintu dengan sangat keras, sehingga suara berdentum terdengar nyaring ditengah keheningan malam.

Laras hanya mengelus dada melihat suaminya bersikap seperti itu terhadapnya.

Ia pun melangkah kekamarnya, saat dirinya sudah berada didalam kama, Laras menatap sebuah foto pernikahan yang sengaja ia pajang didinding kamarnya.

Fotonya yang sedang mengenakan baju pengantin itu terlihat sangat mewah.

Laras hanya tersenyum kecut saat melihat wajah suaminya yang tanpa ekspresi didalam foto pernikahan mereka, sangat berbeda dengan dirinya yang memperlihatkan senyum manis, membuat wajahnya semakin cantik.

Ia mengusap wajah suaminya difoto itu.

"Mas! Aku tau pernikahan kita hanya karena perjodohan, tapi tidak bisakah kamu bersikap baik terhadapku, meskipun kamu tidak mencintaiku?" ujar Laras pelan, sudut matanya mulai mengembun.

"Aku tidak memaksamu untuk memberikan perhatian dan kasih sayang seperti pasangan-pasangan lain yang menikah karena cinta! Tapi aku hanya ingin dihargai saja sebagai istrimu, Mas! Tidak lebih." sambungnya lagi masih menatap wajah sofian yang terlihat datar didalam foto tersebut.

Laras pun bersandar didinding kamar, sambil membayangkan bagaimana rumah tangganya itu, apa yang akan terjadi kalau suaminya masih saja bersikap ketus terhadapnya.

*****

Keesokan harinya, Laras merasa heran melihat suaminya yang sedang mengacak-ngacak pakaian yang berada dikamar khusus tempat dirinya menyetrika.

Tanpa menggunakan pakaian dan hanya melilitkan handuk saja dipinggangnya, laki-laki itu sepertinya sedang sibuk mencari sesuatu.

Laras pun menghampiri suaminya yang sedang menarik semua kain yang belum disetrika oleh Laras.

"Kamu sedang mencari apa, Mas?" tegur Laras, membuat Sofian terjingkat kaget dan segera menoleh kebelakang.

Sofian bisa melihat kalau istrinya itu sudah berdiri dibelakangnya sambil menatap bingung kearahnya.

Sementara Laras hanya terpana melihat tubuh suaminya yang gagah, dengan dada bidang dan kulit putih mulus tanpa cacat.

Melihat Laras yang melihat kearahnya tanpa berkedip, Sofian hanya berdehem.

"Ehemm... "

Laras yang dari tadi menatap penampilan suaminya pun, hanya mengalihkan pandangannya kearah lain. Wanita itu terlihat salah tingkah.

"Apa kamu, yang sudah mencuci semua pakaianku ini?" tanya Sofian sambil menatap pada istrinya itu.

"I-iya Mas!" jawab Laras tergagap.

"Kamu tau kan, kalau yang kamu cuci itu baju-baju kerjaku, kenapa belum disetrika?" tanya Sofian lagi.

"Tapi, semua baju kerjamu semuanya sudah aku setrika, Mas! Yang belum aku setrika hanya beberapa baju saja!" sahut Laras, ia melirik kearah tumpukan pakaian yang belum  disetrika.

Bola mata Laras terbelalak lebar, saat melihat pakaian kerja suaminya sudah berada diantara pakaian yang belum ia setrika.

Kemarin memang Laras tidak menyetrika semua pakaian yang sudah dicucinya, hanya pakaian kerja suaminya dan beberapa lembar pakaian lain saja yang ia setrika. Karena kelelahan, akhirnya ia membiarkan saja pakaian yang belum distrika itu, dan ia berniat menyetrikanya dilain waktu.

Tapi Laras merasa sangat heran, ketika melihat pakaian kerja suaminya sudah berada diantara pakaian yang masih kusut tersebut.

"Ta-tapi, pakaian kerja Mas ini kemarin sudah aku setrika, kenapa sekarang malah berada disini?" ujar Laras kebingungan.

Wanita itu mengambil pakaian kerja suaminya itu, dan membolak-balikkan pakaian tersebut ditangannya.

"Kamu itu benar-benar tidak berguna ya? Katanya mau melakukan kewajiban seorang istri, tapi nyatanya kamu itu sama sekali tidak becus mengurus rumah tangga!" cibir Sofian dengan wajah masam.

Mendengar ucapan suaminya itu, Laras hanya mendelikkan bola matanya kepada sang suami.

Sedangkan Sofian hanya tersenyum sinis, saat wanita itu mendelik kearahnya. Ia pun mendekati istrinya itu, membuat jarak diantara keduanya semakin bertambah dekat.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 65

    Sofian yang saat ini jatuh terduduk ditanah. Hanya meraba bagian keningnya yang terasa sangat sakit.Tiba-tiba ia merasa kalau telapak tangannya basah, dan pandangannya buram.Laki-laki itu menggelengkan kepalanya berulang kali.Preman yang saat ini menatap kearahnya tertawa senang."Mampus lo! Makanya, jangan coba-coba ikut campur urusan kami, hahaha... "Ujar preman itu sambil tertawa."Siapa suruh lo jadi pahlawan kesiangan?" sambungnya lagi."Eh goblok, ini tengah malam bukan siang! Dasar tolol!" maki salah satu temannya yang berada dibelakang, kemudian temannya itu kembali mengaduh kesakitan."Nggak nyambung! Lo lebih goblok. Memangnya lo pernah dengar, ada yang namanya pahlawan kemalaman?" protes temannya satu lagi."Diam kalian semua! Berisik!" teriak kepala preman. Yang juga tergeletak diantara teman-temannya."Wooii... Lo hajar terus itu laki-laki sialan! Berani-beraninya dia membuat kita babak belur seperti ini! Kenapa lo masih diam aja? Takut lo...?" sambungnya lagi.Preman

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 64

    Dan tiba-tiba saja...Laras melihat ada beberapa pria yang sedang mengendari motor secara ugal-ugalan.Wanita cantik itu bisa menyimpulkan, kalau laki-laki yang berjumlah lima orang tersebut, sedang berada didalam pengaruh minuman keras.Terlihat dari cara mereka mengendarai motornya dengan tidak seimbang.Tampang mereka pun terlihat seperti preman.Laras merasa sangat takut, sampai-sampai ia memeluk tas kecil miliknya dengan erat.Saat melihat Laras, para preman tersebut hanya menatap kearah wanita itu. Lalu kemudian, mereka melewati Laras begitu saja.Tentu saja hal tersebut membuat Laras menghembuskan nafas lega.Setidaknya, walaupun para preman-preman tadi sempat menatap kearahnya. Namun ternyata, mereka sama sekali tidak berniat mengganggu atau pun berbuat jahat pada wanita itu.Laras kembali berjalan, agar dirinya lekas sampai dirumah Hilda.Namun, baru saja ia berjalan beberapa langkah, raungan sepeda motor terdengar jelas dari arah belakangnya dan terasa memekakkan telinga.Sa

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 63

    Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya. Laras keluar dari restaurant tempat ia bekerja dan menuju ke tempat parkir.Ia berniat menunggu Hilda yang berjanji akan menjemputnya saat dirinya pulang kerja.Namun, setelah dua jam menunggu, tapi sahabatnya itu tidak kunjung datang.Wanita berdagu lancip itu berusaha menghubungi nomor sahabatnya tersebut. Namun ternyata, ponsel Hilda juga sedang tidak aktif."Hilda kemana ya, apa dia ketiduran?"Laras bertanya pada dirinya sendiri.Akhirnya, Laras memutuskan pulang menggunakan taksi.Tapi, karena malam yang mulai larut, Laras juga sangat sulit menemukan taksi yang lewat.Sehingga, dengan perasaan yang was-was, akhirnya ia berjalan pelan menyusuri jalan yang terasa semakin sunyi dan mencekam.Udara malam yang dingin terasa menusuk sampai ke tulang-tulangnya.Laras mengusap-usap kedua lengannya menggunakan telapak tangan untuk mengusir rasa dingin.Gadis itu mulai bingung, bagaimana ia akan sampai kerumah kalau hanya berjalan kaki seperti itu

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 62

    "Keluar kalian berdua dari rumah ini sekarang juga!" ucap Sofian sambil menatap kearah lain.Mendengar hal itu, Yuda dan Celina sangat terkejut."Apa kalian tidak mendengar apa yang aku katakan? Cepat keluar dari rumah ini, dan jangan pernah lagi kalian berani memperlihatkan wajah kalian itu dihadapanku!" ujar Sofian dengan suara lantang."Tapi Sofian...?""Keluaaarrr...!!!"Suara Yuda tertahan kala Sofian membentaknya.Celina berusaha mendekati kekasihnya. Bahkan ia memegangi kedua kaki Sofian sambil meraung."Mas, maafkan aku! Tolong kamu jangan bersikap begini, aku sangat mencintaimu dan aku tidak ingin pergi darimu!" ujar Celina.Perkataan Celina justru membuat Sofian berdecih."Cinta?? Cuiih... Bulshit! Kau masih berani mengaungkan cinta dihadapanku, Celina? Sedangkan diluar sana kau menjajakan tubuhmu pada laki-laki lain! Apa yang kau harapkan? Apakah kau menginginkan uang? Baiklah kalau begitu!" ujar Sofian.Kemudian laki-laki itu berjalan masuk kekamarnya.Dan tidak lama kemud

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 61

    "Celina!!"Yuda menatap perempuan itu dengan perasaan khawatir."Sedang apa kamu disini?" sambungnya lagi sambil menoleh kiri kanan dan juga menatap kearah pintu masuk.Yuda merasa takut karena bisa saja Sofian masih berada disana, dan melihat saat Celina memeluknya tadi."Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas? Mas Sofian itu kekasihku! Dan tidak lama lagi aku akan menjadi istrinya, jadi bebas dong kalau aku mau datang kerumah ini kapan pun!" jawab Celina datar."Celina, sebaiknya kamu batalkan keinginanmu untuk menikah dengan Sofian!" ujar Yuda Kemudian. Membuat Celina terbelalak."Apa maksudmu, Mas?" jawab Celina lagi. Sambil menatap Yuda dengan perasaan marah.Bisa-bisanya laki-laki itu memintanya membatalkan pernikahannya dengan Sofian. Laki-laki yang selama ini ia idam-idamkan untuk menjadi suaminya."Karena aku tidak ingin Sofian menikah denganmu!" ucap Yuda.Namun hal itu membuat Celina tersenyum miris."Kenapa Mas, apa kamu cemburu? Karena dulu aku menolakmu saat kamu mengajak

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 60

    Sudah beberapa hari Sofian tidak masuk kantor. Bahkan ia sama sekali tidak mengangkat ponsel saat Burhan menelfonnya.Pria itu benar-benar ingin menyendiri.Diatas meja ruang tengah rumahnya. Terdapat sebuah asbak yang sudah terisi penuh dengan puntung rokok.Entah sudah berapa banyak batang rokok yang telah ia habiskan, untuk meringankan beban fikirannya.Wajahnya yang terlihat lesu, dan rambutnya yang acak-acakan, menambah kesan bahwa laki-laki itu sudah tidak lagi mengurus dirinya.Saat ia sedang sibuk melamun, tiba-tiba saja bel rumahnya berbunyi.Sofian berusaha mengabaikannya. Tapi lama kelamaan bel itu semakin mengganggu ditelinganya. Karena seseorang yang berada diluar rumah menekannya terus menerus.Dengan perasaan malas, Sofian bangun dari tempat duduknya dan berjalan untuk membuka pintu."Ceklek."Sesaat setelah pintu terbuka, Sofian menatap laki-laki yang berdiri didepan pintu rumahnya itu. Seraya tersenyum kearahnya."Hallo, Sofian! Apa kabar lo?" sapa laki-laki yang tern

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status