FAZER LOGIN"Aku tidak mengerti, apa yang kamu maksud, Mas?" Laras menatap wajah suaminya lekat-lekat.
"Kamu itu tidak usah berlagak polos! Aku tau, kamu mau menikah denganku bukan cuma ingin mengikuti perintah Pak Somad, tapi karena ingin hidup enak? Dan aku juga tidak percaya, kamu menikah denganku murni karena keinginan orang tua angkat kamu itu! Tapi sebenarnya, tujuan kamu menerima pinangan dari keluargaku hanya karena kamu ingin menikmati harta kami, iya kan?" ujar Sofian dengan sorot matanya yang tajam menatap kearah Laras. Laras melebarkan bola matanya, wanita itu sangat kaget dengan tuduhan yang terlontar dari mulut Sofian, bagaimana mungkin pria itu bisa berfikir seburuk itu terhadapnya. "Tidak Mas, kamu Salah! Tidak ada sedikitpun dalam fikiranku untuk berbuat seperti itu! Aku berkata jujur, kalau aku hanya terpaksa menerima pernikahan ini karena tidak ingin menolak permintaan Pak Somad dan juga istrinya" Laras membantah apa yang dikatakan oleh Sofian. "Alaah... Mana mungkin perempuan miskin seperti kamu mau mengakui apa yang aku tuduhkan tadi! Pasti akan sangat rugi kalau semua orang tau kamu menerima pinangan orang kaya hanya ingin memoroti hartanya saja." balas pria berwajah tampan tersebut. "Jaga bicaramu, Mas! Aku bukanlah perempuan seperti itu!" jawab Laras dengan pandangannya yang mulai buram karena dipenuhi oleh air mata. Sekali saja ia berkedip, maka air matanya akan tumpah membasahi pipinya yang putih mulus, hatinya begitu sakit mendapat tuduhan seperti itu dari orang yang beberapa waktu lalu telah memasangkan cincin kawin dijari manisnya. "Terus! Kalau kamu bukan wanita seperti itu, kenapa kamu mau menerima pinangan dari orang tuaku?" tanya Sofian lagi, menatap lekat-lekat wanita cantik yang ada dihadapannya. "Bukankah aku sudah menjelaskannya, Mas! Aku hanya ingin membalas budi pada orang yang sudah menolongku selama ini!" jawab Laras, ia masih terlihat tegar meskipun batinnya menjerit. "Dengan menghancurkan masa depanku? Kamu tau tidak? dengan menikahi dirimu saat ini, aku harus mematuhi segala peraturan yang sudah ditetapkan oleh kedua orang tua kandungku! Salah satunya adalah, aku harus rela tinggal dirumah ini denganmu, wanita yang tidak pernah aku cintai, kamu faham tidaaak...??" bentak Sofian, tepat diwajah istrinya. Laras hanya memejamkan matanya melihat Sofian membentaknya seperti itu. Wanita itu memberanikan dirinya membuka mata, dan menatap dalam-dalam manik mata laki-laki itu yang menatapnya dengan tatapan penuh amarah. "Kalau memang Mas tidak ingin menikah denganku, kenapa waktu itu Mas Sofian tidak menolak dikala orang tuamu menjodohkan kita berdua?" tanya Laras. Sofian pun terdiam saat mendengar pertanyaaan dari bibir wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu. "Kenapa Mas tidak menjawab? Bukankah kita sama-sama terpaksa menjalani pernikahan yang kita berdua tidak inginkan ini, Mas?" Laras kembali berkata, membuat laki-laki yang berdiri dihadapannya itu semakin bungkam. "Jika Mas beranggapan aku ingin menikah denganmu karena menginginkan harta keluargamu, anggapanmu itu sangat salah, Mas! Karena aku bisa menafkahi hidupku tanpa mengharapkan uang nafkah darimu ataupun dari kedua orang tuamu!" sambung Laras lagi. Sofian tersenyum sinis mendengar perkataan Laras. "Kamu mau menafkahi dirimu sendiri tanpa mengharap nafkah dariku! Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh perempuan miskin sepertimu ini?" ejek Sofian. Dia merasa kalau Laras sangatlah sombong, bagaimana mungkin wanita itu bisa berkata seperti itu? Sedangkan yang dia tau, wanita yang saat ini berdiri dihadapannya itu sama sekali tidak mempunyai pekerjaan? "Kamu tidak perlu khawatir, Mas! Meskipun aku bukanlah pekerja kantoran sepertimu, tapi aku akan membuktikan kalau aku bisa menghidupi diriku sendiri dengan hasil kerja kerasku pastinya!" Laras bersikukuh dengan ucapannya. "Hahaha... Apa yang akan kamu lakukan tanpa mengharap uang dariku? Hidup dikota itu sangat keras, Laras! Kamu jangan berfikir hidup disini sama dengan seperti hidup didesamu, tidak ada yang bisa kamu lakukan disini kecuali, menjual tubuhmu!" Sofian mengejek Laras dan juga menghina harga diri wanita itu. Laras menatap tajam kearah Sofian, kilatan amarah terlihat jelas dimatanya, dan tiba-tiba saja... "Plaaakk... " Satu tamparan keras mendarat diwajah Sofian. Sehingga, terlihat jelas cap lima jari berbekas diwajah putih laki-laki itu. Sofian memegang pipinya yang terasa perih akibat terkena tamparan Laras, istri yang semakin dibencinya. "Aku memang orang miskin, Mas! Tapi aku bukanlah perempuan murahan seperti yang kamu katakan itu! Dan aku juga bukan pelacur yang harus menjual diri untuk mencari uang supaya bisa menafkahi hidupku! Meskipun aku orang yang tidak berpunya, tapi aku sangat takut dengan dosa dan juga masih punya harga diri! Camkan itu Mas!" Laras berkata dengan mata berkaca-kaca. Kemudian ia mendorong tubuh suaminya dengan sangat kuat, Sofian terkejut dan memundurkan dirinya kebelakang. Sedangkan Laras segera berlari meninggalkan suaminya yang sedang menatapnya dari belakang. "Brengsek! Dasar wanita tidak tau diri! Beraninya dia menamparku dengan tangan kotornya!" desis Sofian, seraya mengepalkan tangannya. Ia tidak terima dengan perbuatan Laras yang menamparnya, bahkan rasa marahnya terhadap Laras bertambah berkali-kali lipat. "Awas saja kamu! Aku akan membuat kamu menderita tinggal dirumah ini," gerutunya pelan. "Drrrt... Drrrt... " Sofian terhenyak dengan getaran ponsel yang ada disaku celananya. Ia segera mengambil ponsel miliknya, dan mendecak kesal saat melihat nama Ibu kandungnya terpampang jelas dilayar ponsel. Dengan menahan perasaan sebal, ia pun segera mengangkat panggilan tersebut. "Hallo! Ada apa Ma?" tanyanya dengan suara pelan. "Kamu pasti tidak bisa kemana-mana ya? Tapi tenang aja ya, sayang! Nanti mobil kamu akan diantarkan kesana ya? Tadi Mama sengaja tidak menyuruh supir untuk mengantarkan mobil milik kamu, supaya kamu tidak keluyuran dimalam pertama!" ujar Cantika diseberang sana, membuat Sofian hanya bisa menahan nafasnya, karena rasa emosi yang semakin meningkat saat mendengar perkataan sang Ibu. "Mama itu apa-apaan sih? Mama dan Papa sebenarnya mau menghukum aku atau gimana? Kenapa kalian tega membuat aku jadi seperti ini?" ujar Sofian sambil mengusap wajahnya. "Kamu itu bicara apa sih, Nak? Siapa bilang kami ingin menghukummu? Justru Mama dan Papa ingin memberikan yang terbaik untukmu! Kenapa kamunya malah tidak terima?" sahut Cantika. "Terbaik untuk siapa sih, Ma? Jelas-jelas kalian memaksaku menikahi wanita yang sama sekali tidak pernah aku cintai! Dan sekarang, kalian malah membuat aku tidak bisa kemana-mana karena tidak punya kendaraan! Apa itu bukan hukuman namanya?" desah Sofian. "Kamu itu bagaimana sih, Sofian? Seharusnya kamu itu bahagia karena memiliki istri yang cantik seperti Laras, masalah cinta itu bisa datang belakangan, sayang! Yang penting sekarang ini kalian harus bisa saling mengenal lebih dulu! Lama-lama kalian pasti akan saling mencintai dan juga menyayangi, percaya deh sama mama! Lagipula, Laras itu merupakan gadis yang baik! Mama pastikan kamu tidak akan pernah menyesal menjadikan dia istrimu, yang ada nantinya kamu akan berterimakasih karena Mama dan Papa sudah menikahkan kalian berdua, hehehe!" ujar Cantika seraya terkekeh. Sofian hanya menghembuskan nafas kasar menanggapi ocehan Mamanya diseberang sana. "Ya sudah! Mama tutup dulu telefonnya, kamu harus bersikap baik sama istrimu! Awas saja kalau kamu menyakiti hati Laras! Mama akan memecat kamu sebagai anak Mama!" sambung Cantika lagi. "Tapi Ma, aku...?" ucapan Sofian terhenti, karena diseberang sana, Cantika sudah memutuskan sambungan telefon secara sepihak. "Aaagrrhh... " teriak Sofian sambil menendang kursi yang ada disampingnya, kemudian ia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Bersambung...Sofian yang saat ini jatuh terduduk ditanah. Hanya meraba bagian keningnya yang terasa sangat sakit.Tiba-tiba ia merasa kalau telapak tangannya basah, dan pandangannya buram.Laki-laki itu menggelengkan kepalanya berulang kali.Preman yang saat ini menatap kearahnya tertawa senang."Mampus lo! Makanya, jangan coba-coba ikut campur urusan kami, hahaha... "Ujar preman itu sambil tertawa."Siapa suruh lo jadi pahlawan kesiangan?" sambungnya lagi."Eh goblok, ini tengah malam bukan siang! Dasar tolol!" maki salah satu temannya yang berada dibelakang, kemudian temannya itu kembali mengaduh kesakitan."Nggak nyambung! Lo lebih goblok. Memangnya lo pernah dengar, ada yang namanya pahlawan kemalaman?" protes temannya satu lagi."Diam kalian semua! Berisik!" teriak kepala preman. Yang juga tergeletak diantara teman-temannya."Wooii... Lo hajar terus itu laki-laki sialan! Berani-beraninya dia membuat kita babak belur seperti ini! Kenapa lo masih diam aja? Takut lo...?" sambungnya lagi.Preman
Dan tiba-tiba saja...Laras melihat ada beberapa pria yang sedang mengendari motor secara ugal-ugalan.Wanita cantik itu bisa menyimpulkan, kalau laki-laki yang berjumlah lima orang tersebut, sedang berada didalam pengaruh minuman keras.Terlihat dari cara mereka mengendarai motornya dengan tidak seimbang.Tampang mereka pun terlihat seperti preman.Laras merasa sangat takut, sampai-sampai ia memeluk tas kecil miliknya dengan erat.Saat melihat Laras, para preman tersebut hanya menatap kearah wanita itu. Lalu kemudian, mereka melewati Laras begitu saja.Tentu saja hal tersebut membuat Laras menghembuskan nafas lega.Setidaknya, walaupun para preman-preman tadi sempat menatap kearahnya. Namun ternyata, mereka sama sekali tidak berniat mengganggu atau pun berbuat jahat pada wanita itu.Laras kembali berjalan, agar dirinya lekas sampai dirumah Hilda.Namun, baru saja ia berjalan beberapa langkah, raungan sepeda motor terdengar jelas dari arah belakangnya dan terasa memekakkan telinga.Sa
Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya. Laras keluar dari restaurant tempat ia bekerja dan menuju ke tempat parkir.Ia berniat menunggu Hilda yang berjanji akan menjemputnya saat dirinya pulang kerja.Namun, setelah dua jam menunggu, tapi sahabatnya itu tidak kunjung datang.Wanita berdagu lancip itu berusaha menghubungi nomor sahabatnya tersebut. Namun ternyata, ponsel Hilda juga sedang tidak aktif."Hilda kemana ya, apa dia ketiduran?"Laras bertanya pada dirinya sendiri.Akhirnya, Laras memutuskan pulang menggunakan taksi.Tapi, karena malam yang mulai larut, Laras juga sangat sulit menemukan taksi yang lewat.Sehingga, dengan perasaan yang was-was, akhirnya ia berjalan pelan menyusuri jalan yang terasa semakin sunyi dan mencekam.Udara malam yang dingin terasa menusuk sampai ke tulang-tulangnya.Laras mengusap-usap kedua lengannya menggunakan telapak tangan untuk mengusir rasa dingin.Gadis itu mulai bingung, bagaimana ia akan sampai kerumah kalau hanya berjalan kaki seperti itu
"Keluar kalian berdua dari rumah ini sekarang juga!" ucap Sofian sambil menatap kearah lain.Mendengar hal itu, Yuda dan Celina sangat terkejut."Apa kalian tidak mendengar apa yang aku katakan? Cepat keluar dari rumah ini, dan jangan pernah lagi kalian berani memperlihatkan wajah kalian itu dihadapanku!" ujar Sofian dengan suara lantang."Tapi Sofian...?""Keluaaarrr...!!!"Suara Yuda tertahan kala Sofian membentaknya.Celina berusaha mendekati kekasihnya. Bahkan ia memegangi kedua kaki Sofian sambil meraung."Mas, maafkan aku! Tolong kamu jangan bersikap begini, aku sangat mencintaimu dan aku tidak ingin pergi darimu!" ujar Celina.Perkataan Celina justru membuat Sofian berdecih."Cinta?? Cuiih... Bulshit! Kau masih berani mengaungkan cinta dihadapanku, Celina? Sedangkan diluar sana kau menjajakan tubuhmu pada laki-laki lain! Apa yang kau harapkan? Apakah kau menginginkan uang? Baiklah kalau begitu!" ujar Sofian.Kemudian laki-laki itu berjalan masuk kekamarnya.Dan tidak lama kemud
"Celina!!"Yuda menatap perempuan itu dengan perasaan khawatir."Sedang apa kamu disini?" sambungnya lagi sambil menoleh kiri kanan dan juga menatap kearah pintu masuk.Yuda merasa takut karena bisa saja Sofian masih berada disana, dan melihat saat Celina memeluknya tadi."Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas? Mas Sofian itu kekasihku! Dan tidak lama lagi aku akan menjadi istrinya, jadi bebas dong kalau aku mau datang kerumah ini kapan pun!" jawab Celina datar."Celina, sebaiknya kamu batalkan keinginanmu untuk menikah dengan Sofian!" ujar Yuda Kemudian. Membuat Celina terbelalak."Apa maksudmu, Mas?" jawab Celina lagi. Sambil menatap Yuda dengan perasaan marah.Bisa-bisanya laki-laki itu memintanya membatalkan pernikahannya dengan Sofian. Laki-laki yang selama ini ia idam-idamkan untuk menjadi suaminya."Karena aku tidak ingin Sofian menikah denganmu!" ucap Yuda.Namun hal itu membuat Celina tersenyum miris."Kenapa Mas, apa kamu cemburu? Karena dulu aku menolakmu saat kamu mengajak
Sudah beberapa hari Sofian tidak masuk kantor. Bahkan ia sama sekali tidak mengangkat ponsel saat Burhan menelfonnya.Pria itu benar-benar ingin menyendiri.Diatas meja ruang tengah rumahnya. Terdapat sebuah asbak yang sudah terisi penuh dengan puntung rokok.Entah sudah berapa banyak batang rokok yang telah ia habiskan, untuk meringankan beban fikirannya.Wajahnya yang terlihat lesu, dan rambutnya yang acak-acakan, menambah kesan bahwa laki-laki itu sudah tidak lagi mengurus dirinya.Saat ia sedang sibuk melamun, tiba-tiba saja bel rumahnya berbunyi.Sofian berusaha mengabaikannya. Tapi lama kelamaan bel itu semakin mengganggu ditelinganya. Karena seseorang yang berada diluar rumah menekannya terus menerus.Dengan perasaan malas, Sofian bangun dari tempat duduknya dan berjalan untuk membuka pintu."Ceklek."Sesaat setelah pintu terbuka, Sofian menatap laki-laki yang berdiri didepan pintu rumahnya itu. Seraya tersenyum kearahnya."Hallo, Sofian! Apa kabar lo?" sapa laki-laki yang tern







