“Chan, ayo kita pergi saja,” kata Nova.Nova khawatir Chandra akan lepas kendali dan malah memamerkan semua uangnya. Tadi Chandra sudah menjelaskan dari mana uangnya berasal, dan itu dia dapatkan dengan cara yang tidak halal. Chandra memang sudah menjelaskan kalau semua uang itu adalah pemberian atasannya sebagai bentuk apresiasi atas jasa Chandra yang telah mengabdi di militer selama sepuluh tahun, dan Chandra juga sudah diadili dengan cara dibebastugaskan selamanya, jadi secara teori, uang yang Chandra dapatkan itu masih sesuai dengan hukum yang berlaku. Hanya saja, Nova masih tetap khawatir dan memilih untuk tidak cari masalah yang tidak penting. Makanya itu dia buru-buru membawa Chandra menjauh dari mereka.“Cih … dasar, sekali orang miskin tetap orang miskin,” cibir Maya.“Nova, kamu tertarik sama baju yang mana? Gimana kalau aku saja yang beliin?” tutur Zefan.“Nggak perlu, makasih.”Nova ingin cepat-cepat membawa Chandra dari tempat itu sekarang juga, tapi Chandra merasa terhin
Nova juga tidak bisa berkata apa-apa lagi, karena ini kecerobohannya dia sendiri tidak berhasil menahan Chandra untuk tidak melakukan kekerasan pada orang lain.“Satpam!” seru si penjaga toko.Beberapa petugas keamanan yang berjaga di depan langsung datang dengan wajah mereka yang mengerikan. Keributan yang terjadi di toko ini juga mengundang perhatian dari beberapa pengunjung lain yang sedang sibuk memilih baju. Lantas, mereka pun segera mengelilingi sumber keributan dan menyaksikan keributan apa yang sedang terjadi.“Chan, ayo kita cepat pergi,” ujar Nova khawatir.Akan tetapi jalan keluar Nova sudah terlanjur dihalangi oleh para petugas keamanan itu.“Mau kabur? Sudah bikin kotor baju-baju yang ada di sini, masih harap bisa kabur?” cibir si penjaga toko.Zefan juga beranjak dari lantai dan ikut memaki, “Mampus kamu, Chandra.” Setelah itu dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang, “Tanto, aku lagi di Jalan Sentani. Barusan aku dipukuli orang lain, buruan bawa anak buahmu k
Nova panik setengah mati sampai hampir menangis, tapi Chandra malah terlihat santai tanpa ada rasa takut sedikit pun. Chandra sudah memukul Zefan, membuat baju-baju yang dipajang di lemari berantakan, bahkan memanggil manajer toko kemari.Manajer di toko itu adalah seorang wanita berusia 30-an tahun. Wajahnya cantik, rambutnya juga hitam panjang, dan mengenakan busana profesional yang cukup seksi.“Selamat datang, Pak Zefan,” sapa si manajer toko begitu dia bertemu dengan Zefan.Sama seperti saat dia pertama kali melihat Nova, kedua mata Zefan langsung bercahaya ketika melihat keindahan tubuh si manajer toko. Akan tetapi karena Nova sedang berada tepat di depannya, Zefan sudah tidak tertarik lagi dengan si manajer.“Kamu kenal aku?” tanya Zefan.“Iya. Waktu itu aku lihat Pak Zefan di pesta yang terakhir kali,” kata si manajer toko yang bernama Siti.“Coba kamu hitung berapa total harga baju yang rusak. Biar si bocah kurang ajar ini yang ganti.”“Sudah aku hitung semuanya, jumlah baju y
Dengan senyuman puas menghiasi wajahnya, Zefan berdiri dan berkata sembari hendak memeluk pinggang Nova, “Gitu, dong, dari tadi.”Sudah banyak orang yang berkumpul di toko tersebut, tapi mereka hanya berani melihat dari kejauhan dan berbisik-bisik karena takut kepada keluarga Sunaryo. Namun di saat itu juga, Chandra bangun dan menendang Zefan hingga dia terjatuh ke sofa.“Pukul saja sini,” tantang Zefan, tapi tepat di saat itu pula Tendi yang baru saja dari rumah sakit berlarian masuk ke dalam toko.Mendengar Nova berkata di telepon kalau dia membuat Zefan marah, Tendi langsung mengemudikan mobilnya secepat kilat, bahkan sampai menerobos lampu lalu lintas. Kejadian yang dia alami kemari masih terngiang jelas di kepalanya. Orang sekuat Bagas dibunuh begitu saja dengan mudah, bahkan Arya pun rela membereskan semua sisa kekacauan yang dia timbulkan. Jika masih ada orang yang berani mengusik istrinya, itu sama saja dengan menggali kuburan sendiri!Tendi yang baru saja masuk ke toko dan men
Nova yang akhirnya sadar kembali setelah termangu selama beberapa detik buru-buru memapah Tendi bangun dan berkata kepadanya, “Pak Tendi ngapain? Cepat bangun.”“Nova, tolong maafin keponakanku ini.”“Oh ya, tadi keponakan kamu minta Nova temani dia selama tiga hari,” celetuk Chandra.“Apa?”Amarah Tendi kembali meluap setelah mendengar apa yang tadi Chandra katakan. Dia pun langsung berdiri dan mengambil kursi untuk dia hantam ke bagian selangkangan Zefan. Seketika itu juga selangkangannya meneteskan darah sampai membentuk sebuah genangan. Rasa sakitnya yang luar bisa membuat Zefan pingsan di tempat! Wajah Maya yang dipenuhi dengan cipratan darah memucat karena ketakutan. Tak hentinya dia menangis dan menjauhkan diri dari Tendi. Dengan ini, bisa dipastikan untuk sisa hidupnya, Zefan akan mandul dan tidak bisa punya anak lagi.Setelah itu Tendi kembali berlutut di depan Nova dan berkata, “Gimana, Nova, apa sudah cukup?”Spontan Nova menarik tangan Chandra dan menatapnya, “Chan, ini … a
“Fyuuh!”Nova menghela napas yang cukup panjang. Semua yang terjadi barusan sangat tidak wajar dan sulit untuk dipercaya. Tepat di saat itu pula sebuah mobil Ferrari merah menyala berhenti persis di depan toko, dan seorang wanita turun dari mobil itu.Tak, tak, tak ….Hentakan sepatu hak tinggi yang mengenai lantai menghasilkan suara yang cukup nyaring.“Bu Yura,” sapa si penjaga toko dengan penuh hormat, dan manajer toko yang bernama Siti juga ikut menyapa bosnya.Yura menatap Chandra sekilas, kemudian menetapkan sasarannya ke Nova sambil merangkul lengannya selayaknya teman dekat.“Nova? Beneran ini kamu?”“.…”Nova hanya bisa terdiam karena dia tidak mengenali siapa wanita ini.“Ini aku, Nov … Yura! Kamu pernah bikin presentasi waktu di kelasnya Pak Gino, dan semua orang tepuk tangan karena presentasi kamu bagus banget. Aku juga ada di kelas waktu itu.”Nova berusaha mengingat kembali, dan sepertinya memang ada kejadian seperti itu. Hanya saja waktu itu dia tidak kenal siapa Yura.“
Nova merasa tidak senang saat melihat Yura meremehkan Chandra, "Suamiku bukan sampah.""Bukan?" Yura tersenyum dan berkata, "Aku mendengar kalau dia adalah menantu laki-laki keluarga Kurniawan yang tidak memiliki pekerjaan, dan menghabiskan sepanjang harinya hanya menyapu lantai di rumah, memasak, bahkan perlu dinafkahi oleh keluarga Kurniawan. Sebelumnya, dia pun hanya mengendarai motor rongsokan ke Yorda Group untuk menjemputmu sepulang kerja. Ini benar-benar menjadi lelucon di Rivera.""Cukup? Atau aku akan mengabaikanmu," ujar Nova dengan raut wajah kesal."Iya, aku bercanda." Yura buru-buru meminta maaf.Setelah dia menyadari Nova sangat menyukai Chandra, sehingga agak sulit baginya untuk memisahkan Nova dan Chandra, dia langsung mengubah topik pembicaraan, "Kamu bisa pilih apa saja yang kamu suka, aku traktir. Terlebih kamu punya badan yang bagus dan muka yang cantik, apa pun yang kamu pakai bisa terlihat cantik."Muka Nova kembali senang. Dengan bantuan dari Yura, dia memilih se
"Hah?" Chandra mengerutkan keningnya.Yura berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, aku janji bakal anterin Nova pulang dengan selamat."Chandra melihat Nova.Nova juga tidak tahu kenapa Yura begitu baik padanya, jangan-jangan karena pria bertopeng hantu itu?Dia juga ingin tahu lebih banyak tentang orang yang dia selamatkan sepuluh tahun lalu dan siapa yang menyelamatkannya dari Radika saat itu.Dia berpikir sejenak dan berkata, "Chan, kamu pulang dulu, aku mau belanja dengan Yura."Setelah Nova berkata seperti itu, Chandra juga tidak bersikeras untuk ikut, dia mengangguk dan berkata, "Ok, hati-hati, kalau ada apa-apa telepon saja."Yura pun menarik Nova pergi.Saat pergi, dia sedikit tersenyum pada Chandra dan melambaikan tangannya.Chandra juga tidak terlalu khawatir Nova pergi dengan Yura, karena mereka pasti akan baik-baik saja.Setelah dia berjalan keluar dari toko pakaian dan menyaksikan Nova masuk ke mobil sport Yura, dia baru pergi dengan motor rongsokan di sampingnya. Tapi
Verda berteriak ketika melihat sosok ayahnya dengan raut wajah terkejut, “Ayah!”Namun, Jurus Kutukan tiba-tiba menuju ke arahnya ketika dia membuka mulutnya. Verda langsung jatuh tersungkur di atas tanah sambil memuntahkan darah. Semua orang saat ini, sedang berjuang untuk melawan jurus kutukan. Kaisar Suci yang sedang duduk bersila di atas tanah bergumam, “Kurang ajar! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Guvan masih hidup?”Di atas langit, Yang Mulia Tazi menatap sosok Guvan dengan ekspresi terkejut dari balik topengnya. Saat itu, Tazi berencana untuk melukai Guvan, tapi rencananya tidak berhasil karena kekuatan Guvan berada jauh di atasnya. Oleh karena itu, dia baru berani muncul setelah mendengar kematian Guvan. Namun, dia tidak menyangka kalau ternyata Guvan masih belum mati. “Kurang ajar, Kaisar Suci. Ternyata Guvan belum mati. Tapi, kamu justru mengatakan dia sudah mati,” umpatnya di dalam hati. “Yang Mulia Tazi?” Guvan berdiri di atas langit dan mengabaikan tekanan yang dit
Semua orang terkejut ketika mendengar kata jurus kutukan. Jurus Kutukan adalah sebuah jurus yang sangat terkenal dan hanya bisa digunakan oleh kaum iblis. Kaisar Suci menatap sosok berjubah hitam yang sedang melayang di udara lalu berkata dengan raut wajah serius, “Apa kamu kaum iblis?”“Haha!”Laki-laki itu justru tertawa lalu berkata, “Semua yang hadir hari ini harus mati. Dunia Primordial akan berada di bawah kendaliku setelah kalian semua mati. Dengan begitu, aku akan menjadi satu-satunya Kaisar di dunia ini. Namaku adalah Yang Mulia Tazi. Kalian harus mengingat namaku!”Para prajurit kuat dan berkuasa di Dunia Primordial sedang berkumpul di depan aula utama Klan Guno. Semua orang itu memiliki gelar, bahkan prajurit terlemah saja sudah berada di Alam Bencana. Banyak di antara mereka yang sudah berada di Alam Ajaib. Bisa dikatakan, siapa pun dari para prajurit kuat tersebut bisa melawan tiga orang dari dunia luar hanya dengan hentakan kaki mereka. Ketua Sekte Dayan langsung menger
“Aku hanya memikirkan beberapa hal tentang kultivasi,” jawab Chandra yang berusaha mengganti topik pembicaraan. Kemudian dia menanyakan beberapa hal tentang kultivasi dan malam pun berlalu dengan tenang. Keesokan harinya di Puncak Toria. Para prajurit kuat dan berkuasa sedang berkumpul di luar aula. Orang-orang yang datang ke Klan Guno kali ini adalah para prajurit hebat yang sudah sangat terkenal. Mereka membawa bunga di tangan mereka masing-masing untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Guvan. Chandra hanyalah seorang murid dari Sekte Dayan, jadi dia tidak memiliki hak untuk berada di dekat aula. Dia hanya bisa menyaksikan upacara pemakaman dari kejauhan. “Duar!”Tiba-tiba saja terdengar suara gemuruh dari kejauhan. Di saat yang bersamaan, seorang laki-laki berzirah besi lengkap muncul di aula. Dia menatap Tetua Agung Trada lalu berkata dengan raut wajah panik, “Tetua Agung, gawat! Seseorang menyerang formasi pelindung klan kita!”Duar!Suara gemuruh itu kembali terdengar
Kaisar Suci tampak penuh hormat ketika berada di depan peti mati. Namun, tiba-tiba saja dia mendekati peti mati dan membuka tutupnya. “Apa yang kamu lakukan? Ayahku sudah tiada. Apa yang ingin kamu lakukan padanya?” tanya Verda histeris sambil bergegas berdiri. Kaisar Suci menatap Verda lalu meminta maaf dan berkata, “Maaf, aku agak kasar. Aku tidak percaya Ketua Klan sudah tiada. Bagaimanapun juga, beliau adalah sosok terkuat di Klan Guno. Jadi, aku tidak percaya kalau dia bisa mati semudah ini.”Kemudian Kaisar Suci menatap sosok yang terbaring di dalam peti. Wajah sosok ini tampak sangat pucat, tanpa darah dan tanpa napas keluar dari tubuhnya. Sosok itu tidak berbeda dengan manusia yang sudah meninggal pada umumnya. Kaisar Suci langsung menghela napas lega setelah tidak merasakan adanya napas keluar dari tubuh Guvan. Dia menutup peti mati itu lalu menatap anggota Klan Guno yang ada di aula.“Maaf, aku terlalu gegabah,” ujarnya sambil meminta maaf. Tetua Agung Trada perlahan mela
Chandra hanya bisa mengangguk. Walaupun dia tidak tahu rencana Guvan, dia yakin kalau Guvan berencana untuk membingungkan Sekte Sutan agar Sekte Sutan bertindak dan jatuh ke dalam perangkapnya. Di saat yang bersamaan, Guvan duduk bersila sambil memejamkan matanya.“Paman Guvan,” panggil Chandra ragu. Guvan membuka matanya lalu menatap Chandra seraya berkata, “Mulai sekarang, aku akan menutup vitalitasku. Mungkin, orang-orang akan menganggapku sebagai orang mati dan berita akan kematianku akan tersebar ke seluruh Klan Guno dan seluruh dunia. Dengan begitu, kamu adalah satu-satunya orang yang mengetahui tentang pemalsuan kematianku ini. Aku harap kamu akan merahasiakannya.”“Baik,” jawab Chandra sambil mengangguk setuju. “Aku berjanji tidak akan mengatakannya kepada siapa pun,” lanjutnya. Di sisi lain, Verda menunggu di luar gua selama lebih dari dua jam, tapi sayangnya Chandra tidak kunjung keluar. Dia hanya bisa mondar-mandir ke sana-ke mari seperti seekor semut di atas panci panas.
Energi Iblis di tubuh Guvan terlalu kuat dan menakutkan. Chandra baru saja mulai menyerap, Energi Iblis yang kuat datang dari telapak tangannya dan menyebar ke seluruh tubuhnya.Saat ini, tubuh Chandra seperti sudah lama kelaparan. Tubuhnya menyerap energi itu secara gila-gilaan. Dalam waktu singkat, kekuatan fisik Chandra meningkat. Kurang dari satu menit, kekuatan fisik Chandra mencapai tingkat sebanding dengan tingkat keenam Alam Kesucian.Benar, kekuatan fisiknya kembali menerobos.“Kuat sekali,” seru Chandra.Namun, sesaat kemudian, kekuatan fisik Chandra mencapai titik maksimal. Dia tidak dapat menyerap Energi Iblis di dalam tubuh Guvan lagi. Tepat saat ini, Teratai Iblis di dalam tubuh Chandra juga menyerap Energi Iblis. Tak lama kemudian, Teratai Iblis berevolusi, menjadi semakin aneh dan jahat.Perlahan-lahan, kekuatan Teratai Iblis juga telah mencapai titik maksimal. Namun, Chandra belum berhenti. Dia masih menyerap Energi Iblis di tubuh Guvan.Energi Iblis yang sangat besar
“Keluar dulu,” perintah Chandra lagi.“Pa, dia murid Tetua Yosan dari Sekte Dayan. Dia … dia bilang dia punya cara untuk selamatkan Papa. Jadi aku bawa dia ke sini untuk coba.”Guvan tampak tak berdaya ketika mendengar ucapan putrinya. Dia tahu bagaimana perasaan Verda sekarang. Dia tidak ingin Verda kecewa. Oleh karena itu, dia berkata, “Kamu keluar dulu, Verda. Biarkan aku bicara dengannya sebentar.”“Baik, Pa.”Verda mengangguk, lalu berbalik dan pergi. Setelah Verda pergi, mata Guvan tertuju pada Chandra. Dia tersenyum tipis dan berkata, “Anak muda, kamu utusan Sekte Sutan, kan? Kaisar Suci Sekte Sutan datang ke klanku kali ini bukan hanya untuk biarkan muridnya rebut kesempatan masuk ke Menara Pembakaran. Dia ingin lihat aku masih hidup atau sudah mati, kan?”Menurut Guvan, Chandra adalah anggota Sekte Sutan. Kaisar Suci Sekte Sutan yang mengutusnya.Chandra mengerutkan kening dan menjawab, “Apa-apaan itu. Aku murid Sekte Dayan. Guruku adalah Yosan. Aku nggak ada hubungan apa pun
Verda terkejut. Beberapa detik kemudian, raut wajahnya berubah menjadi muram, seperti sedang kesal.“Chandra, kamu sengaja olok-olok aku, kan? Kamu pikir kamu siapa? Orang terkuat di dunia?”“Aku benar-benar punya cara.”“Sudah, cukup. Berhenti olok-olok aku. Kamu murid Tetua Yosan, aku hormati kamu sebagai tamu. Kalau kamu omong kosong lagi, jangan salahkan aku karena bersikap kasar.”Verda sama sekali tidak percaya dengan kata-kata Chandra. Bagaimana mungkin seorang Chandra mampu menghadapi Energi Iblis yang bahkan ayahnya tidak mampu hadapi?“Malam-malam begini jangan keluyuran sembarangan. Tempat ini adalah Puncak Toria. Ada banyak penjaga di sini. Kalau kamu dikira pembunuh, jangan salahkan aku nggak peringatkan kamu,” kata Verda, lalu berbalik dan pergi.“Aku benar-benar bisa menyelamatkan papamu.”Chandra spontan mengulurkan tangannya untuk menahan Verda. Namun, Verda membalasnya dengan serangan kuat. Chandra langsung menghindar dan muncul di kejauhan sambil berkata dengan ekspr
Guvan memanggil nama Verda. Suaranya terdengar begitu lemah.“Aku sudah nggak tahan lagi. Kamu adalah harapan masa depan Klan Guno. Klan Guno butuh kamu sebagai pemimpin kelak. Aku kirim kamu ke Sekte Dayan karena ingin bersatu dengan Sekte Dayan, agar berita kematianku nggak tersebar dan terdengar oleh Sekte Sutan. Kalau Sekte Sutan tahu, mereka pasti akan manfaatkan kesempatan ini untuk menghancurkan klan kita.”Bertahun-tahun yang lalu, Guvan sudah tahu kalau dia akan mati. Dia sudah merencanakan semua ini. Dia mengirim Verda ke Sekte Dayan karena dia ingin membangun hubungan antara Klan Guno dan Sekte Dayan. Dengan begitu, saat Klan Guno menghadapi krisis, Sekte Dayan tidak akan tinggal diam.“Benar-benar nggak ada harapan lagi, Pa?” ujar Verda tidak rela, tidak ingin ayahnya pergi secepat ini.“Nggak ada harapan lagi. Selama bertahun-tahun, aku sudah berusaha menekan Energi Iblis. Energi sejatiku sudah hampir habis. Begitu energi sejatiku habis, aku akan ditelan oleh Energi Iblis,