Share

Bab 4. Melamarmu

“Tunangan!? Apa kamu gila!?”

Pertanyaan itu terlontar dari mulut Diva secara refleks ketika mendengar ucapan Elvan. Hal itu membuat Elvan menautkan alis dan menatapnya dingin.

“Sesuai perjanjian tadi, kamu berutang budi padaku atas bantuan yang kuberikan tadi. Sekarang, waktunya bagimu untuk menebus utang tersebut,” ucap Elvan. “Kenapa? Kamu berniat untuk mengingkari janji yang kamu buat sendiri? Haruskah aku mengembalikanmu ke hadapan orang-orang tadi?”

“Kamu,” tunjuk Diva pada Elvan, “mengancamku?”

Elvan hanya menatap Diva datar selagi berkata, “Terserah padamu ingin menggunakan istilah apa, tapi intinya … aku ingin kamu memenuhi janjimu.” 

“Tapi tidak dengan bertunangan!” balas Diva dengan agak kesal. Tidak habis pikir bagaimana pria di hadapannya ini berpikir. 

Pertunangan adalah awal dari sebuah pernikahan, bagaimana pria ini bisa sembarangan menyuruhnya menjalani hal tersebut!?

Melihat wajah Diva menampakkan ekspresi khawatir, Elvan menambahkan, “Jangan berpikir berlebihan, tunangan ini hanya pura-pura saja.” 

Mendengar itu, mata Diva langsung berbinar. “Pura-pura?” ulangnya, sedikit bersemangat.

Pelipis Elvan berkedut, entah kenapa terlihat agak kesal wanita di hadapannya itu begitu enggan bertunangan dengannya. Namun, dia dengan ketus berkata, “Tentu saja. Aku cukup waras untuk tidak sembarangan bertunangan dengan wanita tanpa asal-usul yang jelas, Diva.”

Sekarang, giliran pelipis Diva yang berkedut. Haruskah pria ini memperlakukan orang yang akan membantunya seperti ini!?

Menepis perasaan kesalnya, Diva langsung fokus pada urusan di depan mata. “Oke, kalau pura-pura, aku tidak masalah. Akan tetapi, apa tujuan Tuan melakukan semua ini?” 

Diva bisa melihat mata Elvan memicing, mungkin curiga dengan niat dia menanyakan hal ini. Demikian, Diva mengangkat tangannya.

“Asal Tuan tahu, aku hanya bertanya agar bisa memahami situasi dan menjalankan peranku dengan baik,” jelas wanita itu cepat-cepat.

Penjelasan Diva membuat Elvan menatap nomor lantai yang terus berubah, menunjukkan semakin dekat mereka kepada tujuan. “Membatalkan perjodohan.” Pria itu menoleh kepada Diva dan menatapnya lurus. “Kamu harus membantuku membatalkan perjodohan yang tidak kuinginkan.”

Setelahnya, Elvan menjelaskan berbagai hal kunci yang perlu Diva ingat, dan Diva … dia tidak bisa mengelak dan hanya bisa diam mendengarkan. 

“Di restoran, akan ada sejumlah orang. Ayah dan ibuku, paman dan bibiku, kakek dan nenekku, juga seorang wanita bernama Marissa.” 

Tepat saat menyebut nama ‘Marissa’, wajah Elvan berubah gelap.

“Itu … nama wanita yang akan dijodohkan denganmu?” tanya Diva, dan Elvan pun mengangguk.

Elvan menatap Diva dengan lurus, membuat wanita itu terhipnotis manik indah pria tersebut. “Tugasmu ada dua, Diva. Yang pertama, buat Marissa cemburu agar dia mengurungkan niatnya untuk menikah denganku. Yang kedua, pastikan semua orang percaya kita saling mencintai dan sudah siap untuk menikah.”

TING!

Dentingan lift terdengar, dan pintu lift pun terbuka, menunjukkan pemandangan rooftop hotel yang indah. Namun, entah kenapa, tempat mahal yang seharusnya membuat Diva terpukau itu berubah menjadi sangat mencekam.

“Kita sampai,” ucap Elvan seraya menoleh kepada Diva dan mengulurkan tangannya. “Ikuti arahanku dan kujamin kamu akan baik-baik saja.”

Diva menautkan alis, tampak ragu dengan semua yang sedang terjadi. Dirinya baru saja selesai mengacaukan pernikahan mantan kekasihnya, lalu sekarang … dia harus membantu pria asing di hadapannya ini untuk membatalkan perjodohannya? Apa sekarang Diva berubah menjadi dewi kehancuran?

Menutup matanya sekilas untuk menepis lamunan, Diva menghela napas berat dan menatap Elvan lurus. “Aku … akan berjuang sebisaku untuk membantumu, Tuan Elvan.” Dia meletakkan tangannya di telapak tangan besar pria tersebut.

“Elvan,” ucap Elvan seraya menggenggam tangan Diva dan membawa wanita itu keluar dari lift.

“Apa?” Diva agak bingung dengan maksud ucapan pria itu.

Dengan wajah yang melembut, Elvan berkata, “Panggil aku Elvan.” Dia menambahkan sembari tersenyum tipis. “Orang mana yang memanggil tunangannya dengan sebutan ‘Tuan’?”

Detik itu juga, Diva merasa kewarasannya runtuh. Sial! Pria ini begitu tampan sepuluh– tidak! Sejuta kali lipat dari Nico!

Dengan cepat, Diva menggigit lidahnya sendiri agar sadar, lalu memperingati diri dalam hati, ‘Ingat, Diva! Pria tampan tidak bisa dipercaya! Dan lagi,’ dia menatap sosok Elvan yang sedang memerhatikannya dengan bingung, ‘kamu harus fokus membantu pria ini untuk balas budi! Tidak lebih!

Setelah sadar dari pesona Elvan, Diva pun tersenyum lebar. “Oke, El– Elvan.”

Usai percakapan itu, Elvan pun menuntun Diva masuk ke dalam restoran dan membawanya ke area khusus. Tempat terbaik untuk melihat pemandangan ibu kota dari puncak hotel.

Menuju sebuah meja yang diisi oleh tujuh orang, dengan satu kursi kosong di antara mereka, Diva membatin, ‘Itu pasti keluarga Elvan.

Seorang wanita anggun nan rupawan terlihat duduk di sebelah seorang pria berjas yang menyesap secangkir kopi dengan tenang. Wajah keduanya yang memiliki jejak di wajah Elvan membuat Diva langsung bisa menebak identitasnya.

“Itu orang tuamu?” bisik Diva dengan suara rendah.

Elvan menganggukkan kepala. “Yang di seberang mereka adalah paman dan bibiku, sedangkan yang berada di antara dua pasangan itu adalah kakek dan nenekku, tetua keluarga yang paling dihormati,” jelasnya singkat, jelas, padat.

Duduk membelakangi Elvan dan Diva, adalah seorang wanita berambut hitam lurus dengan gaun merah ketat yang mewah dan mencolok. Saat mendengar langkah kaki keduanya, dan ketika tatapan semua orang beralih ke arah Elvan dan Diva, wanita itu berbalik dan menampakkan wajahnya yang menurut Diva sungguh memesona.

“Elvan!” seru wanita itu dengan mata berbinar, tampak sekali memuja sosok Elvan.

Namun, saat melihat keberadaan Diva yang digandeng oleh Elvan, ekspresi wanita itu berubah seratus delapan puluh derajat menjadi mengerikan.

“Siapa wanita ini?”

Tanpa perlu diberi tahu lagi, Diva langsung tahu identitas wanita muda tersebut.

“Marissa,” panggil Elvan sebelum akhirnya menatap satu persatu orang di meja itu, “Semuanya, perkenalkan … ini Diva, kekasih yang baru saja kulamar hari ini.”



Comments (2)
goodnovel comment avatar
Afifah Nur Jusmaniar
seru ceritanya
goodnovel comment avatar
nurdianis
mau dong di lamar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status