Asha dan Marchel duduk berdampingan di depan meja yang sudah dikemas begitu bagus, di dekor sedikit dengan pita dan bunga. Asha masih terheran-heran dengan sistuasi itu, cuma dia tidak berani buka suara. Salah satu ustadz yang duduk di seberang Asha dan Marchel mulai membuka suara,
"Pak Marchel jadi ini mempelai wanitanya ya?" tanya Ustad. "Kalau gitu kita mulai saja ya. Namanya siapa mbak?"
"Asha Dwiyanti ustad, " jawab Asha
"Pak Marchel sudah siap ya?" Mendengar pertanyaan ustad tersebut Asha menjadi bertanya-tanya dalam hatinya. Akhirnya ustad memimpin acara ijab kabul antara Marchel dan Asha, dan Marchel pun dengan sangat lancar mengikuti apa yang diucapkan ustad. Baru Asha sadar kalau dia baru melaksanakan acara akad nikah secara siri dengan Marchel.
Asha begitu senang, karena sudah dinikahi secara sah oleh Marchel, tidak ada lagi halangan yang mempersatukan mereka. Marchel sebagai lelaki yang belum pernah sama sekali menyentuh wanita secara fisik, dia pun mempersiapkan diri untuk melayani Asha di malam pertama. Memang agak aneh rasanya, seorang lelaki yang tampan, anak tunggal, dari keluarga yang kaya raya, tapi masih melajang di usia yang seharusnya sudah patut menikah. Memang Marchel laki-laki yang kurang bergaul asalnya, pikirannya baru terbuka setelah di didik dengan keras oleh Bram. Lingkungan keluarga Marchel sangat selektif dalam pergaulan, sehingga Marchel pun terbiasa seperti itu. Tidak salah orang tua Marchel menitipkan magang di perusahaan Bram, sambil bekerja dia diberikan kesempatan untuk memperluas pergaulan. Kalau saja sejak awal dia dipertemukan dengan Petty anak Bram, bisa jadi Petty merupakan cinta pertamanya. Tapi rupanya Asha yang beruntung, karena Asha adalah perempuan yang pertama,
Asha mulai merespon cumbuan Marchel dengan penuh nafsu, sehingga bagian kewanitaannya mulai basah. Marchel kurang melakukan fore play, sehingga liang kewanitaan Asha tetap kering, saat Marchel penetrasi. Tapi setelang liang kewanitaan Asha basah, dengan mudah Marchel melakukan penetrasi. Asha sangat menikmati persenggamaan pertama mereka, begitu juga Marchel. Malam pertama tersebut, tidak cuma satu ronde mereka tuntaskan, atas permintaan Asha, akhirnya mereka bersenggama sampai tiga ronde, dan Asha benar-benar puas, dan Marchel adalah laki-laki yang mampu memberikan kepuasan pada Asha, berbeda dengan Bram, dimana Asha cuma lebih kepada menghibur Bram, meskipun dia sendiri tidak puas. Marchel perlu kasih tahu Bram, kalau dia sudah nikahi Asha secara Siri, supaya Bram tidak lagi ganggu Asha yang sudah jadi isteri Marchel. Marchel menemui Bram di ruang kerjanya, Bram sangat senang dengan keseriusan Marchel terhadap Asha.
Ada kekuatiran Asha terhadap kehadiran Petty anak Bram, yang secara tiba-tiba muncul di kantor. Dibandingkan dirinya, jelas Petty pastinya lebih dalam segala-galanya. Sehingga ketika Marchel cerita tentang Petty ada kecemburuan dihatinya.Namun dengan kedewasaan Marchel, dia bisa membuat Asha menepis kecumburuannya, sehingga kadang dia sedikit terhibur oleh Marchel."Asha, kamu harus kenal dengan sifat aku, aku bukan tipe laki-laki yang mudah pindah kelain hati. Bayangkan aja, aku sekian lama menjomblo tapi, begitu ketemu kamu, aku kepikiran untuk tidak menjomblo lagi." Marchel berusaha menyanjung Asha"Aku sampai minta kamu sama Om Bram, itu semua karena pandangan pertama aku, kamu cinta pertama aku Asha." lanjut Marchel
Hari masih sangat pagi, saat Petty datang kerumah orang tua Marchel di Pondok Indah. Petty ingin menjemput Marchel, dia tidak tahu kalau Marchel tidak tinggal di rumah orang tuanya lagi. Begitu mobilnya masuk ke halaman rumah orang tua Marchel, Petty melepaskan Bra-nya.Petty yang tampil dengan hotpan dan tank top, yang dilapis cardigan sebagai penutup pakaiannya begitu terbuka dan seronok. Dia pikir dia akan ketemu dengan Marchel pagi itu, dengan dandanan seperti itu dia berharap, bisa menarik perhatian Marchel.Petty memencet bell yang ada di samping pintu masuk rumah orang tua Marchel, pada saat dia ingin memencet bell yang ketiga kalinya, pintu terbuka dan Mami Marchel yang muncul. Mami Marchel agak kaget melihat gadis yang ada di depannya dengan dandanan seadanya, juga tanpa menggunakan bra.
Setelah Marchel menyelesaikan semua urusannya dengan karyawan, Marchel kembali keruangan Bram, dia melihat Petty masih ada diruangan itu. Marchel tetap berusaha menjaga wibawanya dihadapan Bram, dan Petty sendiri juga tidak lagi seperti biasanya, setelah dinasehati Bram,"Marchel kalau semua sudah beres, kamu bisa temani Petty sebentar ya, tapi setelah itu kamu harus balik ke kantor." Bram memberikan pengarahan pada Marchel, juga pada Petty."Sekarang kan situasi sedang tidak normal, mall juga pastinya sepi, kalau tidak ada yang penting banget lebih baik stay dirumah." lanjut Bram"Okey pap, yuk Cel kita jalan, aku duluan turun ya, mau ke toilet dulu soalnya."Petty keluar ruangan Bram lebih duluan, dia masuk ke toi
Di taman belakang rumah, papi dan mami Marchel sedang berbincang-bincang tentang Marchel yang sudah jarang pulang kerumah, sejak kunjungan Marchel dan Asha waktu itu. Komunikasi Marchel dengan papi dan maminya selama ini hanya via telepon.Sebagai anak tunggal, kehadiran Marchel diantara mereka sangat dirindukan, sehingga kedua orang tua yang mulai sepuh itu sangat merindukan Marchel. Marchel memang agak kecewa, karena tidak ada tanda-tanda restu dari papi dan maminya, tentang hubungannya dengan Asha.Marchel merasa, Asha adalah cinta pertamanya, bahkan juga cinta terakhirnya, dia tidak ingin ada cinta lain di dalam dirinya. Sementara, papi dan maminya ingin menjodohkan Marchel dengan Petty anak Bram, tapi mami Marchel berubah pikiran, setelah melihat penampilan Petty, saat dia mencari Marchel tempo hari.
Marchel penuh keraguan untuk berkunjung ke rumah papi dan maminya, di tengah sistuasi physical distancing saat ini, apa lagi Brama masih bayi yang sangat riskan dengan kondisi pandemi corona saat ini. Marchel dan Asha masih mempertimbangkan rencana tersebut.Namun di sisi lain, Marchel juga mempertimbangkan kerinduan kedua orang tuanya pada mereka. Akhirnya Marchel tetapkan hatinya untuk tetap mengunjungi papi dan maminya, tapi sebelumnya Marchel memberitahukan via telepon maminya untuk tetap menjaga jarak."Assalamu'alaikum mam, kami sudah mau otewe kerumah, tapi sebelumnya Marchel kasih tahu dulu..""Kasih tahu soal apa cel? mami jadi bingung?""Sekarang kan masih suasana physical distancing mam, jadi ntar gak bisa cipika-cipiki, gak papa kan mam?"
Pulang dari rumah orang tuanya, Marchel tidak langsung mengiyakan keinginan orang tuanya, Marchel sangat faham karakter maminya yang mudah berubah-ubah, dan dia juga sangat mengerti bagaimana perasaan Asha terhadap keinginan maminya.Sebagai kepala rumah tangga, dia harus bisa menghargai keinginan kedua wanita yang sangat dicintainya. Marchel sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan, bahkan saat Asha menyampaikan keinginannya untuk merawat kedua orang tuanya, Marchel tidak langsung menyetujui.Meskipun usianya masih terbilang muda, namun kedewasaan berpikir Marchel sangat dikagumi Asha, Marchel bukanlah tipikal lelaki yang gegabah dalam mengambil keputusan, sangat penuh pertimbangan."Mas, gimana soal permintaan mami tadi?" Tanya Asha. "Kalau aku pikir sudah sepantasnya kita menemani papi dan Mami." Lanjutnya