Bram sangat malu pada Marchel atas perilaku Petty, Bram sangat marah dan kesal pada Petty, untungnya dia tidak masuk. Kalau saja Petty ada di kantor, pastinya sudah di damprat Bram. Bram menyesali perilaku Petty, dia minta maaf pada Marchel,
"Maafkan saya Cel, saya tidak berhasil mendidiknya lebih baik, "ujar Bram. " Tadinya saya menaruh harapan pada Petty, dengan kejadian ini, saya akan batalkan program magangnya." Lanjut Bram
"Kesalahannya, Petty tidak fokus pada pekerjaannya pak, dia tidak memiliki semangat untuk maju." Tukas Marchel
Bram setuju dengan apa yang di katakan Marchel, menurut Bram, Petty terlalu manja dengan keadaan, sehingga tidak memiliki semangat juang untuk meraih kesuksesan.
Marchel mengemukakan, kalau dia tidak ingin mendampingi Petty lagi, karena dia merasa beda jalur dengan Petty. Bram memaklumi ketidakinginan Marchel mendampingi Petty.
Bram merasa punya andil atas keributan dalam rumah tangga Marchel, karena dialah yang mem
Marchel mengajak Asha duduk di ruang tamu, Asha merasa ada sesuatu yang menjadi ganjalan pikiran Marchel.Asha memegang tangan Marchel, "Mas jangan ada masalah yang kamu sembunyikan, aku sudah siap mendampingi kamu menghadapi apa pun masalahnya." Asha sambil menatap mata MarchelMarchel menatap Asha, "Sha, Petty marah besar aku ngomong sama pak Bram." Ujar Marchel. "Kamu bisa baca WA nya.." Marchel memperlihatkan WA Petty pada Asha"Apa yang dia maksudkan kartu 'Truf' mas? Dia punya rahasia apa yang dia ketahui?" Tanya Asha"Aku sendiri gak ngerti rahasia apa yang dia punya Sha, biar aja dia mau ngomong apa." Jawab Marchel
MarchelKetemuPettyMarchel bertemu dengan Petty di sebuah Coffee Shop di keramaian sebuah Mall, dengan demikian Petty tidak bisa macam-macam dengan Marchel. Meskipun dalam perasaan yang tidak senang, tapi bagi Petty bertemu berdua dengan Marchel, adalah sebuah kesenangan.Marchel berusaha untuk bersikap baik dengan Petty, dia sudah tahu bagaimana caranya mematahkan siasat Petty,"Sorry Pet, aku terpaksa cerita sama Papa kamu, karena aku ribut besar dengan Asha." Ujar Marchel membuka pembicaraanPetty merasa senang mendengar penjelasan Marchel, "oh ya? Sampai ribut be
Baru saja Marchel dan Asha mau siap-siap jalan, Mami Marchel masuk ke paviliun, dia melihat kondisi paviliun yang sangat berantakan. Marchel dan Asha memang belum sempat beres-beres paviliun, karena dalam beberapa hari kemarin sibuk menyelesaikan masalah Marchel dan Petty. Mami tidak mau terima dengan kondisi yang ada, dia marah habis-habisan."Marchel!! Kamu bisa jaga kebersiahan dan kerapian paviliun ini gak sih!!?" Sergah Mami Marchel"Maaf mi ... memang tadinya mau di rapikan, Mami keburu masuk jadi belum jadi deh," jawab Marchel"Ya gak gitu dong Cel, setiap berantakan segera di rapikan, gak pake nunggu dong, kamu seperti gak tahu Mami aja!!"Mami Marchel terus ngomel, bahkan dia segera merapikan barang-barang yang berantakan. Asha yang ada disitu menjadi salah tingkah, dia tidak tahu harus melakukan apa. Marchel mengambil inisiatif untuk membantu Maminya."Asha!! Kamu kalau di rumah ya harus aktif menjaga kerapian paviliun ini, jangan tunggu Marchel, baru merapi
Marchel sangat memaklumi keinginan Asha yang sangat sederhana tersebut. Hanya saja Marchel tetap ada ganjalan saat ini, dia sangat kuatir kalau suatu saat Petty mengaku hamil, dan yang menghamili adalah dirinya. Dia tidak bisa membayangkan seperti apa reaksi Asha nantinya."Kalau aku sih secara jujur, tidak ada terbersit sedikitpun ingin menyakiti kamu Sha, karena aku sangat mencintai kamu."Sambil mengatakan itu, Marchel mempererat pelukannya, dia ingin Asha merasakan kehangatan pelukan itu, sebagai manifestasi dari rasa cintanya pada Asha.Asha terbawa perasaan mendengar pengakuan Marchel, kepekaan perasaannya seakan menyetujui apa yang diucapkan Marchel."Yang menjadi ancaman aku saat ini, hanya Petty mas, dia benar-benar terus membayangi pikiranku." Ucap Asha sambil membalas pelukan MarchelMarchel berceket dalam hatinya, karena ancaman yang dirasakan Asha tersebut, sama mengancam dirinya. Dia sangat kuatir kalau Petty tiba-tiba bertindak diluar perkiraa
Marchel tetap bersikap biasa-biasa saja, dia sengaja tidak merespon sinyal yang di berikan Asha. Marchel mengambil ponselnya di atas meja, karena ada pesan masuk, dan Marchel membacanya. Ternyata pesanan makanan mereka sudah sampai, Marchel kembali beridiri dan menuju kearah pintu.Marchel membuka pintu untuk menerima pesanan, setelah itu dia kembali masuk, "Makanan datang nih Sha, mau makan dulu atau gimana?" Tanya MarchelAsha yang masih malas-malasan menjawab sambil tiduran di sofa, "Mas makan duluan aja, aku belum nafsu makan nih.."Marchel meletakkan makanan diatas meja, di dekat mereka duduk, "Kalau gak buru-buru di makan, nanti keburu dingin Sha." Ujar Marchel"Mau biarin makanan keburu dingin, atau mau biarin aku keburu dingin nih..? Tanya Asha sambil mengerlingkan matanya.Marchel mendekat kearah Asha, dia mencium Asha yang sedang tiduran di sofa. Marchel membaca isyarat terakhir Asha, bahwa dia ingin menunda makannya terlebih dahulu, dia ingi
Marchel dan Asha di Panggil Philip ke rumah, Philip ingin ajak Marchel ketemu koleganya. Mereka berbicara di ruang tamu, Mami Marchel juga ikut hadir menyaksikan."Marchel ... hari Papi mau ajak kamu ketemu kolega bisnis Papi, kamu bisa gak?" Tanya Papi Marchel"Bisa Pi, kebetulan hari ini agak longgar." Jawab Marchel"Papi akan kasih kamu pegang satu perusahaan dulu, dan itu pun jabatannya Wakil Direktur utama dulu, gimana mau?""Ya sebaiknya memang gitu Pi, Marchel butuh adaptasi dulu, tahu lingkungan kerja dulu.""Ok, kalau gitu nanti kamu ikut Papi, Asha kamu support Marchel ya, biar karirnya makin bagus, hidup kalian makin bagus juga.""Ya Pi, Asha selalu support Marchel Pi..""Ajak dia hidup lebih tertib Asha, jangan seperti masih bujangan aja, malas-malasan." Timpal Mami Marchel"Kalau mau sukses, ya harus tertib Marchel, gaya hidupnya harus di ubah, disiplinnya juga." Sambung PhilipPapi dan Mami Marchel bicara p
Marchel mencopot jas dan dasinya, sebelum berangkat ke kantor Bram. Dia ingin berpenampilan seperti biasanya, seperti saat bekerja di perusahaan Bram. Setelah pamit dengan Asha, Marchel langsung berangkat menuju ke kantor Bram.Sampai di kantor Bram, Marchel berbicara dengan Bram di ruang kerjanya,"Saya tadi diajak Papi ke kantornya pak, ada kemungkinan saya di posisikan sebagai wakil direktur." Ujar Marchel"Wah, bagus itu, kamu memang sudah sepantasnya ada di posisi itu Cel." Ujar Bram"Saya bilang sama Papi, saya baru bisa masuk di sana, setelah ada pengganti Saya disini pak.""Itu gak usah kamu pikirkan cel, kalau di sana sudah mendesak, dan memerlukan keberadaan kamu.""Saya gak bisa seperti itu pak, sebelum pekerjaan saya disini belum ada yang handle, itu sudah saya bilang sama Papi.""Nanti Saya akan ngobrol soal ini, sama Papi kamu di lapangan golf, kamu tenant aja."Setelah bicara dengan Bram, Marchel ketemu dengan karyawannya
Marchel merasa kalau Petty mulai menggunakan hal itu sebagai senjatanya. Dia tidal bisa bersikap keras pada Petty, karena bisa-bisa Petty akan nekad membuka aibnya.Sementara Petty merasa sudah berhasil menaklukkan Marchel, dengan menggunakan hubungan intim yang pernah mereka lakukan, ada akibatnya. Petty merasa di atas angin, dan Marchel sudah masuk perangkapnya.***Di rumah, Asha mulai gelisah, karena Marchel belum juga pulang saat hari menjelang Maghrib. Asha kuatir kalau Marchel kembali ketemu dengan Petty, padahal pamitnya cuma ingin mengabarkan Bram tentang jabatannya yang baru.Kekuatiran Asha itu sangat beralasan, karena Marchel pernah pulang dalam keadaan mabuk sehabis ketemu Petty. Sehingga feeling-nya langsung mengarah pada Petty.Pada kenyataannya, Marchel benar-benar sedang ketemu sama Petty. Feeling seorang isteri, kadang kala sangat kuat, apa yang dicemaskannya, seperti itulah kenyataan yang terj