Share

Bab 2. Kencan Pertama

Semua orang di ruangan itu tersenyum bahagia mendengar ucapan Naya. Mereka mengira gadis tomboy itu benar-benar menerima Gilang sebagai calon suaminya.

“Lang, kamu ajak Naya jalan-jalan sana! Ini ‘kan malam minggu, kalian rayakan sana hubungan kalian!” perintah Mami Tyas.

“Iya, Mi,” jawab Gilang dengan pasrah. Ia tidak bisa menolak perintah Nyonya besar Sebastian.

“Nay, udah sana kamu mandi dulu, biar cantik!” perintah sang bunda pada putri semata wayangnya.

“Tapi … aku belum pernah kencan. Apa aku harus dandan yang menor?” ucap Naya dengan jujur yang membuat semua orang tertawa mendengar ucapannya.

‘Apa dia benar sepolos itu? Itu artinya dia masih perawan dong,’ Pikiran Gilang berkelana ke mana-mana, yang ada di otak si CEO mesum itu tidak jauh dari selangkangan. Entah apa yang membuatnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas itu. Sehingga ia menjadi laki-laki brengsek penikmat wanita.

“Nay, jadilah diri sendiri. Nggak usah pengin terlihat cantik seperti orang lain. Kamu udah cantik, sangat cantik,” ucap sang calon mertua. “Laki-laki yang mencintai seorang wanita karena kecantikannya, nanti kalau dia melihat wanita yang lebih cantik lagi dari kekasihnya, pasti dia akan berpaling,” lanjutnya sambil melirik dengan sinis ke arah putranya yang dikenal sebagai pecinta wanita.

‘Kenapa, Mami lihatin aku kayak gitu? Apa dia juga mau bilang kalau anaknya punya sertifikat penjajah wanita?’ ucap Gilang dalam hati. Ia sudah berjanji pada sang mami bahwa ia akan berhenti berpetualang kalau ada yang bisa membangkitkan hatinya bukan hanya membangkitkan nafsunya semata.

“Iya, Tante, Naya mengerti,” jawabnya sambil tersenyum. ‘Ya ampun, Nay, sekali berbohong pasti akan terus berbohong. Kenapa lo harus ngomong kayak gitu,’ gerutu Naya dalam hati, memarahi dirinya sendiri.

“Mulai sekarang jangan panggil Tante lagi! Kamu harus panggil Mami!” perintah sang calon mertua pada gadis tomboy calon istri anaknya. “Sama Om Rizky juga kamu harus panggil Papi,” lanjutnya sambil menoleh pada sang suami yang duduk di sampingnya.

“Betul. Kamu akan menjadi bagian keluarga kami, jadi kamu harus panggil Mami dan Papi seperti Gilang.” Kini Papi Rizky yang menimpali. Ia berharap, Naya bisa mengubah kelakuan buruk anak semata wayangnya.

“Iya, Mi, Pi,” ucap Naya pelan, ia masih merasa canggung memanggil calon mertuanya dengan sebutan itu. “Kalau gitu, aku mandi dulu ya.” Naya pun bangun dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kedua otang tua dan calon mertuanya.

Naya memutar kenop pintu kamar, mendorong daun pintu itu dengan perlahan, langkahnya gontai menuju tempat tidur. Ia menjatuhkan tubuhnya di kasur kesayangan dengan posisi tertelungkup.

Impiannya untuk berpacaran dengan orang yang ia cintai dan mencintainya lenyap sudah. Padahal ia membayangkan keromantisan sang pacar saat kencan pertamanya seperti adegan yang ada di drama korea yang sering ia tonton.

Naya membalikkan tubuhnya hingga ia telentang, matanya menatap langit-langit kamar yang penuh dengan bintang harapannya. “Terlalu banyak dosa kali, apes banget dapat pacar kayak dia,” gumamnya pelan.

“Kamu harus ikhlas menjalani ini semua Naya. Jodohmu cerminan dari dirimu.” Naya mencoba menguatkan dirinya sendiri. “Ya elah drama banget lo, Nay.” Naya mencibir dirinya sendiri.

Naya banggun dari tempat tidur, lalu berjalan menuju lemari pakaiannya untuk mengambil baju ganti. Ia mengambil celana jeans dan kaos oblong berwarna putih, kemudian bergegas menuju kamar mandi yang ada di dekat dapur. Naya bukanlah anak orang kaya, dia hanya anak pedagang kain di pasar.

Setelah sepuluh menit Naya sudah selesai mandi, ia mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Setelah benar-benar kering, ia mengoles vitamin untuk rambut secara merata. Kemudian mengikatnya seperti kunciran kuda.

Naya segera keluar kamar untuk menemui orang tuanya dan calon mertua. “Mas Gilang, ayo! Naya udah siap.” Lagi dan lagi, Naya terus saja berbohong untuk menyenangkan hati kedua orang tuanya.

‘Dari tadi baru keluar, aku kira dia dandan seperti wanita cantik pada umumnya, tapi ternyata sama aja,’ cibir Gilang dalam hati kepada calon ibu dari anak-anaknya.

Gilang pun berdiri, lalu berpamitan kepada orang tuanya dan calon mertua. Setelah berpamitan, mereka segera pergi untuk berkencan.

“Ayo cepetan masuk!” perintah Gilang pada calon istrinya dengan nada yang sedikit meninggi.

Naya mendelikkan matanya kepada laki-laki yang baru saja resmi menjadi kekasihnya. Kemudian ia segera masuk ke dalam mobil mewah itu.

 “Impian gue kencan romantis dengan laki-laki yang gue cintai, lenyap sudah,” gumamnya pelan, tapi masih terdengar oleh suaminya.

“Kamu pengin pergi ke mana?” tanya Gilang sambil menyetir mobil mewahnya. “Anggap aja aku laki-laki yang kamu cintai, beres ‘kan,” ucap Gilang dengan santainya.

“Mana bisa begitu,” balas Naya cepat. “Tapi, ya sudahlah kita lanjutkan aja kepura-puraan ini.” Naya menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi.

“Kita mau ke mana?” tanya Gilang sekali lagi. Ia sangat tidak suka berkencan dengan gadis seperti Naya yang tidak masuk kriteria wanita seksi. Tapi, demi kebahagiaan orang tuanya, ia mau menerima perjodohan itu.

“Ke pasar malam aja,” ucap Naya dengan semangat. “Udah lama aku nggak ke sana.”

“Baiklah,” balas Gilang dengan cepat. Mobil Gilang masuk ke dalam area gedung bertingkat itu.

“Loh kenapa kita ke apartemen? Apartemen siapa? Apa punyamu?” Naya memberondong pertanyaan pada kekasih barunya.

“Aku mau ganti baju dulu,” jawab Gilang sambil membuka pintu mobilnya.

Naya pun ikut keluar dari mobil dan mengekori kekasihnya. “Mas Gilang, pelan-pelan dong jalannya.” Naya berjalan cepat mengimbangi langkah panjang sang kekasih.

Gilang tidak mendengarkan ocehan Naya. Ia malah dengan sengaja berjalan lebih cepat lagi agar gadis kecil itu kesusahan mengejarnya.

“Mas Gilang!” teriak Naya yang sudah tertinggal jauh dari kekasihnya. Naya berlari untuk menyusul laki-laki berpengawakan tinggi itu. “Kok ada ya, laki-laki nyebelin kayak gini,” gumam Naya.

Gilang membuka pintu apartemennya dengan memencet password pada pintu. Setelah pintu terbuka Naya menerobos masuk ke dalam apatemen kekasihnya. “Mas Gilang, aku minta minum ya.” Naya pergi menuju dapur untuk mengambil air minum tanpa menunggu jawaban dari Gilang terlebih dulu.

Naya membuka pintu kulkas, mengambil botol kecil berisi air mineral dan meneguknya sampai habis.

Gilang hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan gadis kecil calon istrinya sembari melangkahkan kaki menuju kamar yang ada di lantai dua.

Sementara Naya duduk di ruang tamu menunggu kekasihnya yang sedang berganti pakaian. Matanya menyapu semua ruangan yang terlihat sangat rapi dan bersih.

Tidak lama kemudian Gilang menghampiri Naya.”Ayo kita pergi!”

Naya menoleh ke samping, di mana laki-laki berpengawakan tinggi itu berdiri. “Mas Gilang kok sebentar banget? Nggak mandi dulu ya!” tuduh Naya kepada kekasihnya.

“Nggak mandi pun aku sudah ganteng,” jawab Gilang sambil merapikan rambutnya.

“Sombong amat!”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ahmad
Goodd sih ceritanyaaaa aku sukaaa
goodnovel comment avatar
Dary_
permisi, izin promo ya kak "HOT DUDA BERANAK TIGA"jangan lupa mampir yaa! terimakasih ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status