Share

Jerat Cinta CEO Mesum
Jerat Cinta CEO Mesum
Author: Nyi Ratu

Bab 1. Resmi Pacaran

“Nay, lo mau ke mana sih buru-buru banget?” tanya Mia, sahabat dekat Naya sejak mereka duduk di bangku SD.

“Gue disuruh buru-buru pulang. Nggak tahu mau ngapain,” ucap Naya. “Lo ‘kan tahu sendiri kalau Bunda lagi ngomel, udah kayak petasan mercon.” Naya bangun dari duduknya sambil menjilati es krim coklat kesukaannya. Kemudian ia pergi meninggalkan sahabatnya di kedai es krim.

“Ya udah lo hati-hati!” Mia melambaikan tangannya pada sang sahabat yang sudah berjalan menjauh darinya.

“Sampai jumpa besok!” teriak Naya sembari menoleh ke belakang membalas lambaian tangan sahabatnya. Hingga tanpa sengaja ia menabrak pemuda yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

“Kalau jalan tuh pakai mata!” Hardik sang pemuda yang memakai kemeja berwarna putih, dan karena kecerobohan Naya, baju pemuda itu menjadi kotor akibat bersentuhan dengan es krim Naya.

“Yah, es krim gue.” Naya tidak memedulikan pemuda yang ditabraknya, tapi ia malah menatap es krimnya yang terjatuh.

“Heh anak kecil! Kamu harus tanggung jawab!” bentak Gilang sambil membersihkan bajunya yang kotor karena es krim pakai tisu. ‘Nggak mungkin ‘kan aku pulang dulu buat ganti baju,’ batin Gilang.

“Maaf, Om, saya lagi buru-buru,” ucap Naya sambil menjilati sisa es krim yang masih menempel di stik kayu itu.

“Kalau udah rabun, pakai kacamata!” bentak Gilang sambil mengayunkan langkah kakinya menjauhi Naya.

Ia sangat kesal pada gadis yang menabraknya. Sudah mengotori kemeja, menyebutnya dengan sebutan Om, membuat Gilang tambah kesal. Selama ini belum pernah ada wanita yang menolak pesonanya. Baru kali ini ada seorang gadis yang tidak tertarik dengan pesonanya, bahkan memanggilnya dengan sebutan Om kepada sang pecinta wanita itu.

“Yeh gitu aja sewot. Tuh cowok kasar banget sih,” ucap Naya sambil terus menatap punggung pemuda itu yang semakin menjauh. “Jangan sampai gue punya suami kayak gitu. Amit-amit dah.” Naya mengetuk keningnya dengan jari telunjuk yang ditekuk. Kemudian ia segera berlari ke parkiran.

“Gara-gara dia nih gue jadi telat gini.” Naya melihat jam di ponselnya. Lalu dengan cepat ia memasukan kembali ponsel itu ke dalam tas. Setelah memakai helm, Naya segera menancapkan gas motor matiknya.

Setengah jam kemudian Naya sampai di rumah yang sederhana. Sudah ada dua mobil mewah terparkir di halaman rumahnya.

Ia turun dan membuka helmnya, kemudian menyangkutkannya di spion motor. Naya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah sambil terus menatap mobil mewah yang terparkir di depan rumahnya.

“Nih, mobil bangus bener ya,” ucap Naya sambil mengusap-usap kendaraan mewah berwarna hitam mengilat itu.

“Bun, aku pulang!” teriak Naya. Sudah menjadi kebiasaannya saat pulang ke rumah pasti teriak-teriak memanggil sang bunda.

“Nay, jangan teriak kayak gitu, malu ada tamu,” sahut sang bunda saat anak gadisnya hendak menghampirinya di ruang tamu.

“Maaf, Bun. Udah kebiasaan soalnya,” ucap Naya sambil mencium tangan sang bunda.

“Kenalin nih, Tante Tyas sama Om Rizky dan juga anaknya.” Bunda Maya memperkenalkan tamunya pada Naya.

“Naya, tante.” Naya menyalami Tante Tyas. “Naya, Om.” Kini ia menyalami Om Rizky.

Saat Naya menatap Gilang, ia berusaha mengingat-ingat wajah laki-laki tampan yang penuh pesona berdiri di hadapannya sambil menatapnya tajam.

“Kamu! Anak kecil yang mengotori kemejaku ‘kan.” Gilang mengarahkan jari telujuknya pada Naya sembari menatapnya tidak suka.

“Eh, Om yang tadi ya,” ucap Naya sambil menyeringai. “Maaf, Om, tadi aku buru-buru karena Bunda mendadak nyuruh pulang.” Naya menundukkan kepalanya. Ia merasa tidak enak hati, ternyata orang yang ditabraknya adalah tamu sang bunda.

“Lang, sudahlah, Naya juga nggak sengaja,” ucap Mami Tyas.

Gilang adalah laki-laki dengan sejuta pesona, ia sangat memerhatikan pakaian untuk mendukung penampilannya.

“Naya juga udah minta maaf ‘kan.” Kini Papi Rizky menimpali. “Kayaknya kamu yang kayak anak kecil. Naya udah berbesar hati meminta maaf sama kamu,” lanjut Papi Rizky sambil tertawa pelan.

Naya mengulurkan tangannya pada Gilang. “Maafin Naya, Om.” Naya tulus meminta maaf pada laki-laki gagah itu.

Gilang mengembuskan napasnya dengan kasar. “Jangan panggil Om!” Gilang menerima uluran tangan Naya. “Panggi Gilang!” ucapnya sambil melepas tangan Naya.

“Iya, Mas Gilang, maaf,” ucap Naya. Lalu kembali duduk di samping sang bunda.

“Maksud kami datang ke sini, untuk memperkenalkan calon suamimu, Nay,” ucap Mami Tyas sambil tersenyum pada Naya.

“Calon suami?” Naya terlihat kebingungan. Ia menatap Ayah dan bundanya, mereka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala.

“Ayah sama Om Rizky udah sepakat menjodohkan kamu dengan Nak Gilang.” Kini Ayah Naya yang berkomentar.

“Kok Ayah nggak bilang-bilang sih!” protes Naya pada ayahnya.

“Emangnya Naya udah punya pacar?” tanya Mami Tyas dengan lembut pada calon menantunya.

“Belum sih, Tante,” jawab Naya pelan. Kini Naya menoleh pada bundanya. “Pacaran aja belum pernah ngerasain, masa udah nikah aja sih, Bun. Aku ‘kan mau ngerasain pacaran sama laki-laki yang Naya suka,” rengek gadis tomboy itu pada wanita yang sudah melahirkannya.

‘Ya ampun, masa gue harus pacaran sama tuh orang. Cakep sih cakep, tapi kasar gitu. Bisa sawan gue dibentakin dia terus kalau sampai pacaran sama cowok angkuh itu,’ ucap Naya dalam hatinya.

“Ya udah kalian pacaran dulu aja! Biar kalian tambah deket. Nikahnya juga masih beberapa bulan lagi ‘kan,” usul Mami Tyas yang disetujui semuanya. Kecuali, Naya dan Gilang.

“Gimana, Lang?” tanya sang mami pada putra semata wayangnya.

‘Nggak bisa nolak juga ‘kan,” batin Gilang. “Gilang setuju, Mi,” ucapnya sambil tersenyum. Walaupun merasa sangat terpaksa.

‘Gue iyain aja deh. Nanti ‘kan gue bisa menolak perjodohan ini kalau tuh orang bersikap kasar sama gue.’ Naya memantapkan hati untuk menjadi pacar dari laki-laki yang baru dikenalnuya.

“Gimana, Nay? Kamu juga ‘kan pengin cepet-cepet punya pacar.” Kini sang bunda yang bertanya.

‘Emang sih gue pengin punya pacar, kayak orang-orang yang berkencan saat malam minggu, tapi gue penginnya berpacaran dengan laki-laki yang gue cintai,’ batin Naya.

Naya menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya secara perlahan. “Iya deh, Naya mau pacaran dulu sama Mas Gilang.

“Nah sekarang kalian resmi pacaran,” ucap Mami Tyas sembari menyunggingkan sudut bibirnya membentuk lengkungan indah di wajahnya.

‘Kayaknya baru gue doang deh, pacaran diresmikan sama calon mertua,’ ucap Naya dalam hatinya. ‘Kalau gue nikah sama dia, terus gue hamil dan punya anak. Gue nggak jadi kuliah dong, masa iya baru delapan belas tahun udah bunting. Temen-temen gue asyik belajar, kencan dengan orang yang dicintai, jalan-jalan ke mana pun yang kita sukai. Sementara gue lagi duduk selonjoran sambil mengusap-usap perut yang membesar seperti badut.’ Naya tenggelam dalam lamunannya.

“Nay, kenapa melamun?” Sang bunda menepuk bahu gadis tomboy itu.

“Eh nggak, Bun, Naya cuma lagi bayangin kencan pertama Naya dengan Mas Gilang.” Naya berbohong pada kedua orang tuanya dan sang calon mertua.

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Siti Komalasari
jodoh gak kemana!!
goodnovel comment avatar
Kenzo Nova Yandi
koq banyak yg sama alur cerita ny
goodnovel comment avatar
Nimranah nim
............ naya lucu banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status