Share

Jerat Cinta Satu Malam
Jerat Cinta Satu Malam
Author: Juliette Collen

Malam yang Panas

"Eungh, di mana kamar yang aku pesan? Tubuhku panas.."

Seorang gadis cantik melangkah berat dan sempoyongan di lorong kamar hotel. Stesianna Hyerdi merasakan tubuhnya panas setelah ia meminum sebuah minuman yang diberikan oleh kekasih dan sahabatnya.

Satu setengah jam yang lalu, gadis yang kerap dipanggil Anna tersebut merayakan pesta ulang tahun sahabatnya. Namun setelah dibuat mabuk berat, dengan tega sahabat dan kekasihnya pun pergi tanpa mempedulikannya, mereka meninggalkan Anna hingga gadis itu memutuskan memesan kamar di hotel itu untuk satu malam. Anna tidak mungkin pulang dalam keadaan mabuk, Papanya pasti akan sangat-sangat marah.

Di sisa kesadarannya kini yang semakin memudar, Anna berdiri di depan sebuah pintu. Ia menatap pula pintu di seberangnya.

"Ke-kenapa nomornya sama? Arrghh, pasti yang ini... Ya, pasti yang ini!" gumam gadis itu pelan menunjuk dia pintu yang berhadapan.

Anna mendorong pintu kayu cokelat di hadapannya dan masuk ke dalam kamar hotel. Rasa panas yang mendera tubuhnya membuat Anna mati-matian mengerang melawannya.

Sialan dengan sahabat dan kekasihnya yang sudah membuat Anna seperti ini. Gadis itu melepaskan dress merah yang dia pakai usai menutup pintu, langkahnya sempoyongan mendekati ranjang.

"Apa yang terjadi dengan tubuhku," lirih Anna tersiksa. "Ugghh panas sekali..."

Di tengah kegelisahan gadis cantik di atas ranjang king size berwarna putih tersebut, tiba-tiba pintu kamar mandi hotel terbuka dan menampakkan seorang pria berbalut kimono putih, berparas tampan rupawan, berambut hitam, dan memiliki tubuh tinggi besar, yang kini mengerutkan keningnya menatap adanya seseorang di kamarnya.

Pria dengan iris mata hitam pekat itu melangkah mendekati ranjang menatap gadis di atas ranjangnya yang tengah gelisah merintih dan menanggalkan pakaiannya.

"Apa yang kau lakukan di kamarku, Nona?!"

Suara bariton pria itu membuat Anna membuka kedua matanya, kepalanya kian pening hingga ia tak mampu melihat jelas wajah pria itu, hanya suara tegas yang mampu didengar oleh indranya.

Bagaimana bisa di dalam kamar yang ia pesan ada seorang laki-laki? Mungkinkah dia laki-laki bayaran?

"Nona," ulang pria itu.

Anna beranjak, tidak peduli lagi dari manapun asal pria ini berasal, dia menarik handuk kimono putih yang pria itu pakai.

"Tolong... Tubuhku sangat panas!" pinta Anna dengan wajah memerah dan napasnya yang terengah. "Aku akan membayar berapapun yang kau mau!"

Laki-laki itu menaikkan salah satu alisnya. Dia mendekatkan wajahnya di hadapan Anna dan mengapit lembut dagu mungil gadis itu hingga membuat sang empu mengerang dengan sentuhan kecil.

"Apa yang kau katakan?! Pergi dari kamarku!" usirnya sinis melepaskan tangannya di dagu Anna.

"Sialan! Kau tidak mau uang, hah?!" teriak Anna, lagi-lagi dia mengira kalau pria ini adalah pria bayaran.

Pria itupun menyunggingkan senyumnya, ia mencondongkan tubuh kekarnya di hadapan Anna hingga gadis itu tak sadar memeluk leher pria asing di hadapan dan mencoba mengecup bibir pria asing itu.

Anna yang sangat amatir dalam hal semacam ini, ia hanya berusaha melawan apa yang dia rasakan.

"Seseorang memberikan obat padamu," gumam pria itu begitu Anna menariknya ke ranjang.

"Ayo cepat lakukan apapun untukku! Aku akan membayarmu dua kali lipat dari biasanya kau meniduri para wanita!" teriak Anna, dalam mabuk pun dia bisa marah-marah.

"Kau wanita yang berani." pria itu tersenyum, ia mengusap lembut halus pipi putih Anna.

"Oh sial! Ini sangat menyiksaku!" rintih Anna lagi-lagi.

Pria itu melepaskan kimono putihnya dan melemparkan begitu saja. Sejak tadi Anna sudah menggodanya, dan membuat jiwa pria itu bergejolak.

Ia mendekati wajah Anna dan berbisik, "baiklah kalau ini yang kau inginkan, Cantik. Nikmatilah keputusanmu."

Bisikan itu menjadi akhir ucapan pria itu sebelum dia mengecup bibir Anna, mulanya kecupan itu begitu lembut hingga berubah menjadi menggebu dan bergejolak bagi keduanya.

Untuk pertama kalinya Anna disentuh oleh seorang laki-laki, meskipun ia memiliki kekasih, tapi Anna tidak pernah melakukan hal yang melampaui batas. Namun malam ini, dirinya malah berbagi kehangatan dan kenikmatan dengan pria asing.

Saat rasa panas di tubuhnya mulai memudar, Anna menitihkan air matanya saat sesuatu yang teramat sakit ia rasakan. Tubuhnya bagai terbelah menjadi dua.

"Akhh... Jangan," lirih Anna kesakitan.

Pria itu memeluknya erat dengan jantung berdebar. Keterkejutan menghampirinya, terasa jelas hangatnya napasnya di telinga Anna.

"Kau masih perawan?" Suara dalam pria itu.

Anna hanya memejamkan kedua matanya erat hingga terasa ibu jari pria asing itu menyapu lembut pipinya.

Dia tidak mengira kalau ternyata Anna masih gadis yang suci, dan pria tampan ini merenggut kesuciannya tanpa perasaan.

"Sudah," bisik Anna mendorong pundak kekar itu dengan kedua mata tertutup.

"Aku tidak bisa berhenti sekarang," bisiknya pelan dan lembut. "Aku tidak akan melepaskanmu."

Dan malam ini, Anna benar-benar jatuh ke dalam jurang terdalam. Ia melepaskan kesuciannya pada pria asing yang sama sekali tidak ia kenali, dan Anna memikirkan kalau dia akan membayar pria ini atas perbuatannya. Itu semua adalah kesialan yang menyiksa.

Saat pagi tiba..

Anna membuka kedua matanya yang berat, gadis itu mengerang merasakan kebas sekujur tubuhnya. Pemandangan kamar asing membuat gadis itu tersentak.

'Ini bukan kamarku!' batin Anna menjerit.

Anna hendak bangun, namun tubuhnya terasa hancur dan remuk. Gadis itu berusaha tertatih bangun, dirinya sendirian dan tubuhnya tak berbalut sehelai benang pun.

"Tidak, tidak, apa yang sudah terjadi?! Apa yang sudah aku lakukan?!" Anna mengapit selimutnya dan memegangi kepalanya.

Perlahan ingatannya mulai terkumpul dan mengingat kegiatan semalaman dengan pria asing yang menguasai tubuhnya di dalam kamar ini.

Anna menoleh ke arah nakas, tasnya masih berada di sana. Dia membuka tasnya dan semuanya masih utuh, dari dompet, juga ponselnya.

Padahal dirinya yakin kalau semalam pria mungkin seorang pria bayaran atau gigolo. Meskipun Anna tak mengenalinya pasti, dan tidak ingat sama sekali tentangnya. Tapi anehnya, pria itu tidak meminta upahnya, dia malah hilang dan Anna juga masih bertanya-tanya.

"Bodoh!" maki Anna menjambak rambut panjangnya. "Bagaimana semua ini bisa terjadi?! Siapa pria itu? Siapa dia?! Di-dia tidak meminta upah apapun?! Dia bukan pria bayaran?!"

Amarahnya kembali menyeruak mengingat semalam ia dibuat hancur oleh sahabat dan laki-laki yang selama ini dia cintai. Anna mengambil ponselnya, ia mencoba menghubungi kekasihnya. Laki-laki itu semalam memaksa Anna dan meninggalkan Anna di bar, dia sengaja membuat Anna mabuk, juga pastinya yang memasukkan obat ke dalam minuman Anna.

Anna berteriak marah saat nomor itu sudah tidak bisa dihubungi, gadis cantik itu menangis frustrasi.

"Laki-laki sialan! Brengsek!" teriak Anna membanting ponselnya saat itu juga.

Anna kini takut, bayangan kemarahan kedua orang tuanya saat tahu apa yang terjadi padanya kini.

Kemurkaan Papanya, membuat dada Anna nyeri. Setelah semalam kabur dari rumah, mabuk, dan berakhir di atas ranjang dengan pria asing yang merenggut kesuciannya, Anna berada dalam masalah besar.

Cepat Anna menyeka air matanya. "Ya Tuhan, bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan pada Mama dan Papa? Dan laki-laki semalam, siapa dia?!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ika Dw
Anna, semoga kau baik-baik saja setelah berhadapan dengan Arthur. Oke gass Thor ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status