Share

Bab 9

Author: Dama Mei
last update Last Updated: 2022-06-15 23:24:45

"Aku nggak bakal sudi liat muka si Tyo lagi," geram Erna, merebahkan kepalanya ke bangku milik Karin. 

Setelah kejadian semalam, dia enggan berada terlalu lama di kelasnya sendiri dan memilih pergi ke kelas Karin jika sedang tak ada guru. Melihat wajah Tyo yang apesnya satu kelas dengannya membuat Erna muak, mengingat kejadian semalam yang mempermalukannya. Erna merasa menjadi orang bodoh yang sempat senang ketika Tyo mengajaknya kencan semalam.

"Kenapa dia nggak nyari calon penganti di Alfansa?"

"Rin, bisa nggak kita nggak usah bahas Tyo lagi?" pinta Erna dengan muka kesal.

Karin mengangguk dan meminta maaf.

"Karin Nevada?" panggil seseorang dari arah pintu kelas Karin. Spontan dia dan Erna menoleh, begitu pula teman-teman sekelasnya yang lain.

Tampak seorang lelaki dengan muka bengal berjalan masuk menghampiri Karin, diikuti seorang perempuan berambut sebahu yang sangat cantik. Wajahnya dingin sedingin porselen, bahkan matanya yang sendu tampak ingin menghunus siapapun yang tanpa ijin menatapnya.

"Ketemu lagi," celetuk lelaki itu saat melihat Erna.

Erna menegakkan duduknya, "Kamu kan yang semalam? Namamu ... Hendery?"

Hendery tertawa, "Tepat sekali. Ingatanmu bener-bener tajam ya,"

"Siapa?" tanya Karin pada Erna. Meskipun dia mengenali wajah Hendery, tapi Erna tidak benar-benar tahu siapa Hendery dan perempuan di sampingnya.

"Aku ke sini cuman nganter Stef," ucap Hendery. "Stef, ini dia calon pengantin Katon,"

Ternyata hari itu datang juga. Hari dimana Stefani pergi menemui Karin karena ingin melihat sendiri calon pengantin Katon. Saat melihat wajah Stefani yang begitu dingin membuat Karin sedikit menciut. Wajahnya sama saja dengan warga Alfansa, tapi aura Stefani berbeda. Aura Stefani begitu kuat sama seperti aura Katon.

"Kamu Karin Nevada?" sapa Stefani. Di luar dugaan meskipun wajahnya dingin namun suara Stefani lembut dan nyaman didengar.

Karin mengangguk, "Ada perlu apa?"

"Dimana Katon?" tanya Stefani tanpa basa-basi.

"Aku nggak tahu,"

Stefani menautkan kedua alisnya dan kembali mencondongkan tubuhnya pada Hendery, "Dia nggak tahu," ucapnya pelan.

"Nggak mungkin," ucap Hendery tidak percaya. "Pasti Katon meninggalkan pesan padamu," 

Karin diam beberapa saat, "Dia hanya bilang akan pergi sebentar karena suatu urusan,"

"Urusan?"

"Stef, dia nggak tahu," ucap Hendery. "Katon nggak ngasih tahu apapun. Dia nggak bohong," jelas Hendery pada Stefani.

Kemudian setelah mereka berdua puas menginterogasi Karin, Stefani mengajak Hendery pergi meninggalkan kelas Karin.

"Tyo dari dulu emang brengsek. Tapi kau tetap yang paling bodoh, kenapa mau sama cowok kayak dia," seloroh Hendery santai pada Erna, kemudian seperti biasa melambaikan tangan dan pergi.

Erna lagi-lagi geram bukan main dengan sikap Hendery. Dia tak lupa mengumpat keras lelaki itu namun Hendery hanya tertawa dan tetap melambaikan tangan. Karin yang di sampingnya hanya bisa mengusap bahu Erna, memintanya untuk bersabar.

"Siapa Hendery?" tanya Karin.

"Dia cuman cowok brengsek yang suka banget liat orang malu," umpat Erna.

"Mereka berdua kenapa mencari Katon?" Pertanyaan Karin lebih seperti dia ucapkan ke dirinya sendiri.

* * *

Ponsel Katon bergetar ketika dia baru saja membersihkan pakaiannya dari sisa darah yang menempel akibat perkelahian cerberus melawan salah satu anjing penjaga milik gembong mafia yang ada di daerah dekat rumah Karin. Urusan Katon satu persatu sudah beres, dia membalaskan kekesalannya kepada orang-orang yang telah berjanji akan membantunya mencari Deswita. Namun hingga usia Karin 18 tahun dan sudah waktunya dia menemui Katon, Deswita tetap tidak ditemukan.

"Halo ... " sapa Katon dengan suara berat.

"Kau dimana?"

Katon tersenyum, "Kau merindukanku? Kita baru berpisah sekitar dua minggu,"

"Ada dua orang yang datang mencarimu,"

"Hendery dan Stef? Kenapa? Mereka mengganggumu?"

"Kapan kau kembali?"

"Kau merindukanku?" ulang Katon karena Karin tak menjawab pertanyaannya.

"Nggak ... hanya ..."

"Aku akan pulang kalau kau merindukanku,"

Tak ada balasan, karena Karin memang tak menyahut ucapan Katon. Cerberus mengisyaratkan untuk bergegas pergi karena ada warga Alfansa biasa yang curiga dan mengamati mereka berdua. Tanpa mengucapkan pamit Katon menutup sambungan dengan cepat.

"Katon?" Tanpa diduga Laksita berdiri di depan Katon, menatapnya dengan mata hampir menangis.

Wajah Laksita begitu kuyu dan cekungan di matanya menandakan bahwa dia mengalami malam yang panjang karena terus terjaga. Tubuhnya juga semakin kurus, dan dia saat ini sedang memegang dua keranjang buah di tangan kanan kiri.

"Dimana Karin? Kenapa kau disini?"

Katon memerintahkan cerberus untuk pergi dan sekarang tinggal mereka berdua. Laksita masih melekatkan pandangannya pada Katon, takut sewaktu-waktu lelaki itu akan menghilang sebelum sempat menjawab pertanyaannya.

"Aku ada sedikit urusan di sekitar sini," jawab Katon.

"Dimana Karin?"

"Dia di sana,"

"Kalian sudah menikah?" Laksita makin mendekatkan posisinya pada Katon.

Katon menggeleng, "Aku akan menikahinya sebulan lagi,"

Laksita tiba-tiba menangis, "Apakah aku tidak bisa menemuinya sebelum kalian menikah?"

"Kau sepertinya sudah tahu aturan mutlak kami. Waktumu dengan anakmu sudah habis, dan dia milikku sekarang,"

Laksita justru menangis makin kencang, "Aku hanya ingin memeluknya untuk terakhir kali, Katon. Ijinkan aku menemui anakku,"

"Dia bukan anakmu lagi, Laksita. Dia calon pengantinku,"

Laksita meraih lengan kiri Katon, mencengkeramnya erat. Matanya yang merah dan sembab terlihat begitu terluka, "Kenapa kau memilihnya? Kau tidak mungkin memilihnya tanpa alasan ... "

Katon tertawa ironis, "Ini semua karena Deswita,"

"Deswita?"

"Kau tak mengenalnya? Atau ... kau sengaja melupakannya?"

Laksita berhenti menangis dan berpikir keras untuk mengingat nama yang baru saja diucapkan Katon.

"Maksudmu Deswita ... mantan kekasih Albert?" Terbata-bata Laksita menebak siapa orang yang dimaksud Katon.

Katon hanya diam dan tersenyum samar kepada Laksita, yang mulai menangis meraung saat lelaki itu perlahan menghilang dan tak lagi bisa digenggam oleh tangan Laksita.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Cinta Si Iblis Tampan   Epilog

    Segalanya telah berubah. Dan harus berubah. Karin tak perlu diingatkan akan hal itu, karena dia cukup tahu diri. Segala kengerian yang terjadi dua hari yang lalu, membuatnya sadar jika hidupnya tak akan pernah tenang di sini. Menjadi pengantin bangsawan iblis tertinggi memang bukan pilihannya, namun Karin tahu, dia tak bisa menghindari takdirnya sendiri.Dan hari ini adalah hari terakhir baginya. Bukan hari terakhir untuk hidup, tapi hari terakhirnya untuk belajar di sekolah Sofia, karena Katon tak ingin hal mengerikan itu terjadi lagi, meski Stefani kini sudah menghilang selamanya.“Aku janji, aku tidak lama,” Karin mengacungkan jari kelingkingnya.Katon tampak menolak. “Aku tetap harus ikut,”“Aku harus menyerahkan surat ini pada kepala sekolah,”“Ya. Dan aku ikut,”“Tak perlu, Katon,”“Kenapa?” tanya Katon curiga. “Apa kamu mau menemui seseorang lagi?”Karin buru-buru menggeleng. Namun dia juga tak hendak menjawab. Ekspresinya kikuk, nampak bingung menyusun kata-kata.Katon pun men

  • Jerat Cinta Si Iblis Tampan   Bab 57

    “Siapapun yang menyakiti Erna, akan mati malam ini … “ Ancaman Hendery tak perlu digaungkan dua kali, karena dalam satu helaan nafasnya yang menderu dan murka itu saja, sudah membuat ciut nyali siapapun yang mendengar.Salah seorang siswi telah menjadi korban, kini terkulai mati kaku dengan luka tusukan belati di jantung. Semua mulai mundur. Kemudian Hendery melempar kembali belatinya ke siswi lain, yang dari pikirannya bisa Hendery baca, jika dia menjadi salah satu yang merundung Erna.Dua orang mati begitu saja, tanpa mengucapkan kalimat terakhir, atau setidaknya mohon pengampunan. Sementara tubuh Erna sudah babak belur dipukuli, tapi Hendery justru melirik Erna sekilas, dan mulai sibuk dengan aksinya sendiri.Di sisi lain, Karin yang lemas dan kedinginan mulai meringkuk menghangatkan tubuhnya ke dalam dekapan Katon, yang seakan enggan untuk melepas pelukan.“Maafkan aku, karena tak bisa melindungimu,” Katon tampak amat menyesal, sekali lagi mengelus rambut Karin dan makin memelukny

  • Jerat Cinta Si Iblis Tampan   Bab 56

    “Berhenti menghasutku!! Aku tidak akan luluh kali ini,” sergah Erna, kesal luar biasa setelah mendengar pengakuan Hendery.“Kapan aku pernah menghasutmu? Kamu sendiri yang bersedia menolong Karin di hutan terlarang,” Hendery balik bertanya. “Aku memberitahumu, karena jika sampai Katon tahu ini semua ulahmu, dia tak akan membiarkanmu hidup,”“Memang aku sebentar lagi mati,” dalih Erna, sama sekali tak terpengaruh. Klik! Dia memutus sambungan, tak peduli jika Hendery masih punya seribu topik yang ingin dia pakai untuk membujuk Erna agar berhenti. Tapi satu hal yang pasti, ketika Erna mengarahkan matanya ke tempat Karin, temannya itu sudah tak ada di tempat. Justru Tanya tiba-tiba muncul dengan raut puas di depan Erna.“Harus kuakui, ternyata kamu ada gunanya juga,” komentar Tanya, tersenyum licik sekaligus meremehkan.“Dimana Karin?”“Justru itu aku ke sini karena ingin mengajakmu menemuinya,” sahut Tanya, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan telinga Erna. “Stefani sudah memasang segel

  • Jerat Cinta Si Iblis Tampan   Bab 55

    “Er, Erna!” panggil Aldo, hendak berlari menghampiri Erna, sebelum gadis itu berlari sekencang kilat.Kini Aldo telah sampai di dekat Tanya. Tatapan matanya mendelik, penuh murka.“Apa yang sudah kamu katakan padanya?” hardik Aldo.Tanya gelagapan. “Aku hanya bicara jujur,”“Bukan hakmu untuk mengatakan padanya,” cela Aldo. “Kalau sampai terjadi apa-apa pada Karin, kamu yang akan kukejar lebih dulu,” Ancaman Aldo yang tak pernah peduli pada gosip apapun di sekolah, membuat Tanya sedikit gentar. Bahkan setelah menjadi pelindung Karin, Aldo tak pernah marah pada siapapun.***Brakk!!Erna menendang, membanting dan merusak apapun di depannya. Dia meraung, berteriak, tak peduli menjadi bahan tontonan teman-teman sekelas Edo. Sementara Edo, lelaki itu duduk diam dan pasrah di bangkunya sendiri, tak berkutik meski bangku-bangku di sekitarnya telah roboh oleh amukan Erna.“Kenapa? Hah! Kenapa harus Karin?” teriak Erna. “Dia istri petinggi di sini, dan dia SAHABATKU,” Erna menjerit, meronta m

  • Jerat Cinta Si Iblis Tampan   Bab 54

    Erna memutuskan untuk tak masuk ke sekolah keesokan harinya, karena kondisinya yang masih penuh luka dan tak tahan jika harus mendengarkan gosip serta cemoohan dari para siswi, karena berita perkelahiannya dengan Stefani telah tersebar luas ke seluruh penjuru sekolah Sofia.Setelah disembuhkan oleh Hendery, meskipun lukanya telah menutup dan tak mengalami pendarahan, namun bekasnya tetap saja belum mengering seratus persen, sehingga dia harus membalut kedua lengannya dengan perban. Erna tak ingin memberi bahan bagi para siswi tukang gosip di sekolah, dengan kemunculannya. Maka dia memilih untuk istirahat di dalam kamar, untuk sehari saja.“Er, boleh aku masuk?” Erna sampai hampir melompat, karena tak percaya telah mendengar suara Karin, begitu jelas dari balik pintu kamarnya. Dia lalu balik berteriak, meminta Karin untuk masuk karena tidak dikunci. Maka Karin pun segera membuka pintu, muncul dengan raut khawatir bersama Aldo di belakangnya.“Kukira kamu sendirian, Rin,” ujar Erna, se

  • Jerat Cinta Si Iblis Tampan   Bab 53

    “Kenapa dia harus salah paham?” Wajah Hendery mulai tak enak setelah mendengar ucapan Erna.“Sekarang kami berkencan, sesuai rencana awal kita,” jelas Erna. “Kamu tahu sisa waktuku hanya 5 bulan lagi. Aku tak bisa menyia-nyiakan kesempatan ini,”Hendery melipat tangan ke depan dada, berjalan perlahan mendekati Erna.“Dan kenapa dia harus salah paham?” ulang Hendery. “Tak ada yang terjadi pada kita, kan?”Erna mengangguk cepat. Dia kira, Hendery akan menolak karena tak ingin hubungannya dengan Erna merenggang, tapi ternyata, itu semua hanya dalam kepala Erna. Hendery sama sekali tak peduli.***Karin mulai gerah dengan tatapan orang-orang di sekitarnya, yang terus saja menatap tajam ke arah Karin, kapanpun mereka ada kesempatan. Hari ini, Aldo dan Rama sengaja tak datang untuk menjaga Karin, karena Karin merasa sedikit tidak nyaman dengan pengawasan dua orang itu. Belajar dari pengalaman Erna, Karin tak ingin ada orang lain lagi yang iri padanya hanya karena dia memiliki dua bangsawan

  • Jerat Cinta Si Iblis Tampan   Bab 52

    Tanya mendorong tubuh Erna sekerasnya, melampiaskan kemarahan dan rasa iri yang menyelimuti seluruh isi kepalanya. Teman-temannya yang lain bahkan ikut membantu Tanya memegangi kedua tangan Erna, supaya gadis itu tak bisa banyak bergerak. Meskipun Erna meronta dan berteriak brutal, dia tak cukup kuat untuk melawan dua perempuan sekaligus.“Kamu … benar-benar tak bisa dipercaya,” Tanya mencengkeram kedua pipi Erna, murka.“Katamu, kamu tak punya hubungan apapun dengan Hendery?” tanya Tanya.Erna menepis tangan Tanya sekuatnya. “Kamu gila, ya?! Kamu ini sudah punya suami, tapi kenapa kamu masih saja iri ke semua orang?!” bentak Erna.Plak! Tanya menampar pipi kanan Erna keras, hingga bekas tangannya timbul kemerahan.“Selama ini aku selalu menahan, tapi kamu selalu kelewat batas. Kamu ini cuman buangan, tapi kenapa Kamu berani mendekati Hendery?!!”“Apa hubungannya denganmu, hah? Aku tak merebut siapapun, dan aku bukan istri siapapun! Aku berhak dekat dengan siapapun juga!!” Erna balas

  • Jerat Cinta Si Iblis Tampan   Bab 51

    Hari ini adalah hari dimana Hendery bisa keluar dari rumah sakit, setelah mendapatkan perawatan selama hampir satu bulan lamanya. Di hari kepulangannya ini, tak ada seorang pun dari keluarganya yang menjemput. Namun Hendery tetaplah Hendery, lelaki yang tak pernah memusingkan apapun selain ambisinya menghabisi Katon. Tubuhnya telah pulih sepenuhnya, maka tak ada halangan bagi Hendery untuk mengemasi barang-barang sendiri, tanpa perlu dibantu siapapun. Tak seperti Katon yang diliputi kemewahan, meski mereka berdua sama-sama dari keluarga bangsawan tertinggi, namun hidup Hendery selalu sendirian.Ketika Hendery mulai memasukkan sedikit barangnya, pintu kamar miliknya dibuka. Melalui ekor matanya, Hendery bisa melihat Erna masuk membawa koper kecil. Gadis itu tak bilang apapun, dan wajahnya juga muram. Namun dia segera membuka koper yang ternyata kosong itu, dan menyambar baju-baju berantakan Hendery dari tangan Hendery, untuk dimasukkan ke dalam koper itu.Hendery tak juga mengatakan ap

  • Jerat Cinta Si Iblis Tampan   Bab 50

    Setelah melewati 14 hari yang lelah dan menegangkan di rumah sakit, akhirnya hari ini Rama mengijinkan Katon untuk pulang ke rumah. Serena sudah sejak pagi membantu Karin mengemasi keperluan yang harus dia bawa pulang, dan Ken memilih untuk menemani Katon duduk berdua di taman yang terletak tepat di depan ruang inap Katon. Semenjak kepergian Deswita, Ken dan Katon lebih banyak menghabiskan waktu berdua, merenung dan meratapi nasib sial sang kakak sulungnya itu.Deswita pergi bukan karena hal tragis, namun kematian datang menggerogoti usianya yang menua sebagai makhluk fana. Keputusan Deswita dan Albert untuk menjadi manusia berakhir menyedihkan."Apa yang dilakukan Deswita sekarang?" Ken membuka percakapan sambil menyesap rokoknya."Yang pasti kita tak akan bisa menemuinya lagi,""Apa kau menyesal? Menikahi Karin?"Katon menggeleng. "Dendamku sudah terbayarkan. Tapi satu hal yang tak kusangka, aku mencintainya,"Ken tersenyum simpul. "Sejak awal kau memang sudah mencintainya. Kalau ti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status